TUMOR TULANG
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi Tumor atau neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus
secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh.
Tumor tulang atau neoplasma
tulang adalah neoplasma yang agak jarang
ditemukan. Insidens tumor ganas tulang menempati
urutan kesebelas dari seluruh tumor ganas yang ada dan hanya 1,5% dari seluruh
tumor ganas organ. Insidensi dari beberapa neoplasma tulang bekaitan
dengan usia, misalnya Osteosarkoma yang terjadi kebanyakan pada anak dan
dewasa. Lokasi anatomi juga mempunyai kekhususan, yaitu tersering terjadi pada
daerah metafisis tulang panjang, yaitu femur distal, tibia proksimal dan
humerus proksimal.
Berdasarkan penelitian ditemukan
bahwa pemicu terbesar terjadinya tumor tulang adalah faktor genetika. Gejala
awal yang umum berupa nyeri berkepanjangan pada tulang. Nyeri ini bisa jadi
muncul sebagai akibat trauma benturan, tetapi bisa juga tidak. Tidak jarang ditemukan
penderita pada awalnya justru tidak merasakan nyeri, namun terjadi pembengkakan
pada tulang. Uniknya, tumor ini potensial menyerang penderita berusia di bawah
20 tahun.
Klasifikasi tumor tulang, yaitu primer dan sekunder (metastatik). Tumor primer tulang dibagi menjadi tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).
Neoplasma benigna tulang ditangani dengan cara eksisi atau kuretase. Defek tulang ditutup dengan tandur tulang. Neoplasma
muskuloskeletal primer yang ganas secara umum ditangani dengan cara pembedahan yang biasanya
disertai dengan radioterapi dan kemoterapi.
BAB II
TUMOR TULANG & PENANGANANNYA
DEFINISI
Tumor tulang
merupakan kelainan pada tulang yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang
sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal
disebut neoplasma.
Tumor adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel tersebut tidak pernah
menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan “Tumor Tulang”, yaitu
pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas.
Tumor dapat
bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer yang
berasal dari unsur-unsur tulang sendiri atau sekunder dari metastasis
(infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang.
1.
Tumor Jinak
(Benign)
Tumor jinak (benign) tidak menyerang dan menghancurkan
tissue (sekumpulan sel terinterkoneksi yang membentuk fungsi serupa dalam suatu
organisme) yang berdekatan, tetapi mampu tumbuh membesar secara lokal. Biasanya
setelah dilakukan operasi pengangkatan (tumor jinak), tumor jenis ini tidak
akan muncul lagi.
2.
Tumor Ganas
(Malignant)
Tumor jenis ini lebih dikenal dengan istilah Kanker,
yang memiliki potensi untuk menyerang dan merusak tissue yang berdekatan, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
menyebabkan terjadinya metastasis (migrasi sel ke tempat yang jauh).
INSIDENS
Dari seluruh tumor tulang primer; 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat
ganas. Ini berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang bersifat
ganas. Tumor ganas tulang menempati urutan kesebelas dari seluruh tumor ganas
yang ada dan hanya 1,5% dari seluruh tumor ganas organ. Perbandingan insidens
tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama.
Tumor jinak primer tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma (39,3%),
osteokondroma (32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya oleh tumor tulang jinak yang
lain.
Osteogenik sarkoma (48,8%) merupakan tumor ganas primer tulang yang paling
sering ditemukan, diikuti giant cell tumor (17,5%), kondrosarkoma (10%) dan
sisanya adalah tumor tulang ganas yang lain.
Tabel
Insidens tumor jinak dan tumor ganas primer pada tulang
Tumor Jinak
|
Tumor Ganas
|
||
Jenis
|
Insidens
|
Jenis
|
Insidens
|
Osteoma
|
39,3%
|
Osteogenik sarkoma
|
48,8%
|
Osteokondroma
|
32,5%
|
Giant cell tumor
|
17,5%
|
Kondroma
|
9,8%
|
Kondrosarkoma
|
10%
|
Tumor jinak lainnya
|
18,4%
|
Tumor ganas lainnya
|
23,7%
|
KLASIFIKASI
Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel, antara lain:
- Primer
1. Tumor asal jaringan tulang (Osteogenik)
Jinak: Osteoma.
Ganas: Osteosarkoma.
Osteoid osteoma.
Parosteal osteosarkoma.
Osteoblastoma jinak.
2. Tumor asal jaringan tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak: Kondroma.
Ganas: Kondrosarkoma.
Osteokondroma.
Kondrosarkoma juksta
Kondroblastoma
jinak.
kortikal.
Fibroma kondromiksoid.
3. Tumor asal jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak: Non Ossifying Fibroma. Ganas: Fibrosarkoma.
Lipoma.
Liposarkoma.
Mesenkimoma ganas.
Sarkoma tak
berdiferensiasi.
4. Tumor asal sumsum tulang (mielogenik)
Ganas: Sarkoma Ewing.
Limfosarkoma tulang.
Retikulo sarkoma tulang.
Mieloma Multipel.
5. Tumor asal
vaskuler
Jinak:
Hemangioma.
Ganas: Angiosarkoma.
Limfangioma.
Tumor glomus.
Intermediate: Hemangio-endotelioma.
Hemangio-perisitoma.
6.
Tumor tulang lainnya
Jinak: Giant cell tumor.
Ganas: Kordoma.
Neurilemoma.
Adamantinoma.
Neurofibroma.
- Sekunder/Metastatik
Tumor yang berasal dari organ lain
yang menyebar ke tulang.
Contoh:
tumor/kanker paru yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel tumornya menyerupai
sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
- Yang termasuk dalam kategori tumor tulang sekunder adalah:
Ø
Tumor
Metastatik.

Ø
Tumor yang
berasal dari hasil penyebaran issue neoplasma yang berdekatan.

Ø
Tumor yang
merupakan hasil transformasi membahayakan dari luka atau tumor jinak yang sudah
ada sebelumnya.

Klasifikasi menurut TNM, yaitu:
Ø T = Tumor
induk
TX tumor tidak dapat dicapai.
T0 tidak ditemukan tumor primer.
T1 tumor terbatas dalam periost.
T2 tumor menembus periost.
T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang.
Ø N = Kelenjar
limf regional
N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limf.
N1 tumor di kelenjar limf regional.
Ø M =
Metastasis jauh
M0 tidak ditemukan metastasis jauh.
M1 metastasis jauh.
Osteosarkoma/Sarkoma Osteogenik
Merupakan neoplasma tulang ganas
primer yang paling sering didapat. Terjadi pada dekade ke-2 dari
kehidupan dimana masa tersebut merupakan masa aktif pertumbuhan tulang, hanya
kurang dari 5% terjadi pada anak-anak usia kurang dari 10 tahun. Bersifat
sangat ganas, cepat bermetastase ke paru-paru dengan melalui aliran darah.
Klinis:
- Pria lebih banyak diserang daripada wanita dengan perbandingan 2:1.
- Didapat terutama pada usia muda, berusia 10-20 tahun.
- Keluhan utama penderita ialah perasaan sakit pada bagian tulang yang terkena disertai adanya benjolan.
- Ditemukan tanda-tanda keganasan umum seperti anemia, berat badan menurun.
Lokasi: Didapat pada metafisis
tulang-tulang panjang terutama pada
bagian distal femur, proksimal tibia dan proksimal humerus.
Radiologi:
Didapat 3 macam gambaran radiologi, yaitu:
1.
Gambaran
osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama.
2.
Gambaran
osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor tulang.
3.
Gambaran
campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan tumor tulang.
Pada MRI ditemukan garis akibat proses destruksi dan
ekstensi jaringan lunak sel-sel tumor.
Pertumbuhan neoplasma yang cepat mengakibatkan
terangkatnya poriosteum dan tulang reaktif terbentuk antara periosteum yang
terangkat dengan tulang dan pada pemeriksaan X-Ray terlihat sebagai segitiga
Codman. Kombinasi antara tulang reaktif dan tulang neoplastik yang dibentuk
sepanjang pembuluh darah berjalan radier dari kortek tulang ke arah masa tumor
membentuk gambaran Sunbrust.
Patologi: Gambaran
histologinya bervariasi. Kriteria untuk diagnosis adalah didapatnya stroma
sarkoma dengan pembentukan osteoid neoplastik dari tulang disertai gambaran
anaplasia yang menyolok. Sel-sel ganas menembus rongga antara kumpulan osteoid.
Terapi: Penderita dengan Osteosarkoma
membutuhkan terapi operatif berupa amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui
tulang daerah proksimal tumor atau melalui sendi (disartikulasi) proksimal dari
tumor. Menurut penyelidikan, antara teknik amputasi melalui tulang dengan
disartikulasi tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hasil Survival Rate.
Selain terapi operatif, maka pada penderita osteosarkoma diperlukan juga terapi
adjuvan berupa pemberian kemoterapi atau radio terapi. Para ahli berpendapat
bahwa pada saat diagnosis osteosarkoma ditegakkan, maka dianggap kebanyakan
penderita sudah mempunyai mikro metastase di paru-paru sehingga setelah
amputasi walaupun X-Ray paru-paru masih belum nampak metastase, perlu diberikan
kemoterapi untuk memberantas mikrometastase.
Prognosis: Pada permulaannya prognosis
Osteosarkoma adalah buruk, 5 years Survival Rate-nya hanya berkisar antara
10-20%. Belakangan ini dengan terapi adjuvan berupa sitostatik yang agresif dan
intensif yang diberikan prabedah dan pasca bedah maka Survival Rate menjadi
lebih baik dapat mencapai 60-70%. Berkat terapi adjuvan juga terapi amputasi
belakangan ini sudah berkurang, sekarang pada pusat-pusat pengobatan kanker
yang lengkap, maka terapi non amputasi atau Limb Salvage lebih sering
dilakukan.
Parosteal Osteosarkoma/Juxtakortikal Osteosarkoma
Merupakan neoplasma yang jarang
didapat. Didapat pada golongan usia muda, dan paling sering mengenai bagian
posterior distal femur. Kelainan ini berasal dari sel osteoblast periost dan
paling sering tumbuh di sisi tulang. Neoplasma ini mempunyai sifat yang berbeda
jauh dengan osteosrakoma. Tumbuhnya lambat bila dibanding dengan osteosarkoma
dan juga lambat bermetastase di paru-paru. Terapi adalah eksisi luas, kalau
perlu amputasi. Prognosisnya baik, 5 years Survival Rate-nya lebih dari 50%.
Sarcoma ini jarang menimbulkan nyeri dan patah tulang
patologis.
Kondrosarkoma
Merupakan tumor ganas yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang dapat
tumbuh spontan (kondrosarkoma
primer) atau merupakan degenerasi maligna lesi jinak seperti esteokondroma,
enkondroma (kondrosarkoma sekunder). Ditemukan usia antara 30-60 tahun.
Neoplasma ini tumbuhnya agak lambat dan hanya memberikan sedikit keluhan.
Neoplasma ini lambat memberikan metastase.
Lokasi: Terutama mengenai tulang ceper
seperti pelvis dan skapula, tetapi dapat juga didapat pada tulang panjang
seperti femur dan humerus.
Klinis: Keluhan penderita adalah adanya massa
tumor yang menjadi besar secara perlahan-lahan.
Radiologi: Tampak
sebagai lesi osteolitik ditengah metafisis tulang dengan bercak- bercak
kalsifikasi yang berasal dari matriks kartilago disertai proses destruksi
kortek, sehingga tumor dapat dilihat meluas ke jaringan lunak disekitarnya.
Patologi: Tampak sel-sel
ganas diantara tulang lamellar didalam sumsum tulang yang membentuk tulang
rawan. Gambaran mitosis tidak begitu banyak.
Terapi: Operasi reseksi luas, kalau perlu
amputasi. Terapi adjuvan seperti radioterapi, kemotherapi tidak menolong.
Fibrosarkoma
Jaringan ikat dalam rongga tulang
merupakan asal dari tumor ganas ini, tumor ganas tulang ini membentuk matriks
kolagen tetapi tidak membentuk osteoid ataupun chondroid. Jarang didapat dan
merupakan noplasma sel spindle yang ganas. Kejadian pada wanita dan pria hampir
sama. Fibrosarkoma dapat dihubungkan dengan adanya paget’s disease, fibrous
dysplasia, giant sel tumor, osteomielitis kronis. Neoplasma ini juga dapat
merupakan neoplasma sekunder, sebagai akibat radiasi terhadap tumor tulang
jinak.
Klinik: Didapat pada usia 20-60 tahun dengan
keluhan sakit yang sangat pada benjolan yang membesar dengan lambat. Dapat
terjadi fraktur patologis.
Lokasi: Mengenai tulang-tulang panjang,
paling banyak pada tulang femur, tibia dan humerus. Tumor didapat di daerah
metafisis yaitu pada lesi di intramedular dan periosteal.
Radiologi: Tampak sebagai lesi yang
radiolusen, sebagai akibat proses destruksi kortikal tulang , batas tumor tidak
jelas.
Patologi: Gambaran histologi tumor terlihat
sebagai tumor ganas dengan adanya anaplasia, mitosis, terdapat tanda “herring
bone pattern”. Sel-sel tumor menghambat pembentukan kolagen sehingga
tidak ada permukaan osteoid/tulang atau tulang rawan. Gambaran mikroskopik
adalah sama dengan fibrosarkoma jaringan lunak.
Terapi: Dapat dilakukan
eksisi radikal dan terapi radiasi adjuvant.
Prognosis: Tergantung
pada tingkatan tumor tetapi 5 Years Survival Rate ± 25-30%, jadi lebih baik
dari kondrosarkoma atau osteosarkoma.
Sarkoma Ewing
Tumor ganas yang jarang didapat.
Disebut juga “Small Round Blue Cell”. Menyerang golongan usia muda, kebanyakan
dibawah usia 20 tahun dengan prevalensi kurang lebih 80%. Lebih banyak didapat
pada kaum pria.
Klinis: Penderita mengeluh sakit dengan
diseretai adanya benjolan. Kemungkinan ada suhu badan yang meninggi,
berkeringat berlebih, leukositosis dan laju endap darah meningkat.
Lokasi: Pada diafsisis tulang-tulang
panjang, paling sering pada femur, humerus, tibia, ulna dan fibula, dapat juga
mengenai tulang-tulang tipis.
Radiologi: Tampak
proses destruksi tulang dengan batas yang tidak jelas. Pembentukan tulang
reaktif baru oleh periosteum bisa berlapis-lapis yang memberikan gambaran Onion
Skin atau tegak lurus yang nampak sebagai Sunbrust.
Pada MRI menunjukkan kerusakan kortek dan gangguan
pada jaringan lunak sekitarnya.
Patologi: Terdapat
gambaran highly cellular, neoplasma infiltrat dengan bagian yang padat, round
cell dengan sitoplasma yang jernih “ round blue cell tumor”, dan adanya
ekstensif nekrosis yang ditunjukkan dengan gambaran occasional Homer-Wright
rossetes.
Diagnosis Banding: Gambaran klinis dan radiologis
sarkoma ewing mirip dengan osteomeilitis, osteosarkoma dan neuroblastoma
metastatik.
Terapi:
o Operasi berupa reseksi luas atau amputasi.
o Kemoterapi.
o Radioterapi.
Prognosis: Buruk. Mortalitas pada tahun-tahun
pertama setelah diagnosis ± 95%. Akhir-akhir ini dengan terapi kombinasi
radioterapi, kemoterapi dan operasi, prognosis menjadi lebih baik.
Retikulo Sarkoma Tulang
Tumor ganas yang gambaran
mikroskopisnya mirip sekali dengan sarkoma Ewing, tetapi mempunyai sifat klinis
yang berlainan. Didapat terutama pada usia dewasa, terutama mengenai
tulang-tulang panjang, pelvis dan iga. Tumbuh lebih lambat daripada sarkoma
Ewing, sehingga mengakibatkan rasa sakit yang lebih sedikit.
Secara lokal proses destruksinya
lebih banyak, dengan akibat dapat terjadi fraktur patologis.
Radiologi : Mirip dengan sarkoma Ewing.
Patologi: Secara mikroskopis dibedakan dengan
sarkoma Ewing pengan pewarnaan khusus. Sel-sel tumor sarkoma retikulum tidak
mengandung glikogen (P.A.S negatif), sedang sel sarkoma Ewing mengandung
glikogen (P.A.S positif).
Terapi: Radiosensitif. Pemberian kemoterapi
juga menolong. Dalam beberapa keadaan mungkin diperlukan tindakan amputasi.
Prognosis: Baik. Survival Rate mencapai 50% .
Mieloma Multipel /Plasma Sel Mieloma/Plasmasitoma
Neoplasma tulang ganas yang sering
didapat akibat dari penyebaran kerusakan osteolitik tulang. Lebih banyak
didapat pada kaum pria dengan usia diatas 40 tahun.
Klinis: Tumor mengakibatkan rasa sakit.
Pada penderita dapat ditemukan anemia, hiperkalsemia, suhu badan yang meninggi,
berat badan yang menurun dan perasaan mudah lelah. Di dalam darah ada
peninggian kadar gammaglobulin. Urin mengandung protein spesifik yaitu protein
Bence Jones, yang dapat ditemukan pada lebih kurang 50% mieloma. Fraktur patologis
merupakan komplikasi yang sering terjadi karena adanya proses destruksi yang
cepat dengan disertai sedikit reaksi pembentukan tulang reaktif. Tidak adanya
pembentukan tulang reaktif penyebab tumor ini tidak sering terdeteksi dengan
bone scan. Diagnosis ditegakkan dengan dengan pemeriksaan B.M.P (Bone Marrow
Puncture) di daerah sternum atau kista iliaka dimana akan dilihat adanya
sel-sel plasma abnormal. Adanya protein bence jones dalam urin dan peninggian
gammaglobulin pada elektro foresis.
Lokasi: Pada orang tua sumsum tulang masih
masih didapat tulang vertebra, pelvis dan tengkorak, dan thoraks maka neoplasma
ini paling sering ditemukan pada tulang-tulang tersebut.
Radiologi: Lesi mengakibatkan gambaran punched
out, berupa lesi osteolitik yang bulat irreguler. Tidak terdapat reaksi
periosteal. Erosi dimulai dari intramedular hingga ke kortek.
Patologi: Terdapat
plasma sel, lesi osteolitik disebabkan oleh peningkatan resorbsi osteoklast
yang dipengaruhi oleh sitokin sel plasma.
Terapi: Radioterapi dan kemoterapi, atau
dilakukan transplantasi sumsum tulang Pada fraktur patologis yang mengenai
tulang ekstremitas dilakukan fiksasi internal.
Prognosis: Buruk, 5 Years Survival Rate ± 10%.
Penderita pada umumnya meninggal 2 tahun setelah diagnosis ditegakkan.
Angiosarkoma
Adalah tumor ganas yang jarang ditemukan, secara histologist ditandai dengan pembentukan anastomosis vaskuler yang
ireguler yang dilapisi oleh satu/lebih sel-sel endotelial yang atipik dan biasa
terdapat gambaran sel yang imatur disertai dengan massa padat yang kurang
berdiferensiasi (anaplastik). Lesi pada kelainan ini merupakan lesi multiple pada
satu tulang, kemudian dengan sangat cepat akan metastasis ke tulang sekitarnya
atau menuju ke paru-paru.
Lympangioma yang tumbuh cepat dapat
mengakibatkan destruksi tulang luas (massive osteolysis) dan memberikan
gambaran X-Ray dissapearing bone atau phantom bone.
Lokasi: Terutama pada
tulang panjang pada diafisis tulang.
Klinis: Nyeri yang
berat pada bagian diafisis tulong terutama tulang ekstremitas bawah.
Radiologi: Terdapat
gambaran lesi pada mid-diafisis ataupun ipsilateral tulang dan pada bagian
kontralateral dari lesi yang pertama. CT Scan thorak menunjukkan nodule pada
paru, jika dilakukan biopsy akan ditegakkan diagnosis angiosarkoma derajat
tinggi.
Terapi: Jika sudah
ditemukan metastasis jauh, maka terapi pembedahan bukan lagi terapi pilihan,
terapi hanya untuk menghindari fraktur patologis. Terapi dengan radiasi dan
adjuvant dapat diberikan.
Prognosis: Jika tumor tidak menunjukkan respon
terhadap radiasi, maka dimungkinkan pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun
setelah diagnosis ditegakkan.
Giant Cell Tumor/Tumor Sel Raksasa/Osteoklastoma
Tulang tumor yang asalnya masih
kontroversial, ada yang berpendapat tumor ini berasal dari jaringan ikat,
pendapat lain mengatakan tumor ini asalnya dari sel osteoklas, tetapi ada juga
yang berpendapat asal tumor ini asalnya tidak diketahui. Tumor ini mempunyai sifat dan kecenderungan untuk berubah menjadi ganas dan
agresif sehingga dikategorikan sebagai suatu tumor ganas.
Tumor sel raksasa menempati urutan kedua (17,5%) dari seluruh tumor ganas
tulang, terutama ditemukan pada umur 20-40 tahun dan jarang sekali di bawah
umur 20 tahun dan lebih sering pada wanita daripada pria.
Lokasi: Didapat pada epifisis tulang
panjang yang dapat meluas ke arah metafisis. Tempat yang paling sering terjadi
adalah proksimal tibia, distal femur dan distal radius. Juga dapat ditemukan di
pelvis dan sacrum.
Klinis: Keluhan rasa
nyeri yang terus bertambah serta
pembengkakan pada bagian tulang yang mengalami lesi, terutama pada lutut dan mungkin ditemukan efusi sendi serta gangguan
gerakan pada sendi.
Radiologi: Tampak
daerah osteolitik di epifisis dengan batas yang jelas dan memberikan kesan
multilokuler gambaran soap bubble. Terjadi penipisan kortek.
Patologi: Pada sediaan
hasil kuretase, Stroma yang vaskuler dengan banyak sel-sel datia/giant cell.
Ditemukan mitosis dengan mudah pada perbesaran 4x dan 10x. Beberapa tempat
terdapat sel fibrihistiocit dan xantoma sel.
Terapi: Operasi kuret yang diikuti dengan
pengisian bone graft atau bone cement. Dan beberapa terapi adjuvant dengan
phenol, insersi PMMA (polymethylmetacrylate), cryoterapi setelah curetase.
Pada beberapa hal dapat dilakukan reseksi tumor,
eksisi luas yang disertai tindakan rekontruksi. Kadang-kadang juga memerlukan
amputasi.
Kordoma
Merupakan
tumor ganas yang berasal dari sisa notokordal, sering ditemukan pada usia
dewasa muda dengan prevalensi tertinggi pada usia 50 hingga 70 tahun.
Perbandingan kejadian pada laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Lokasi: Tumor ini
berkembang secara progresif pada daerah sakrum dan koksigis (50%). Kordoma
dapat juga ditemukan pada tulang belakang dan akan memberikan nyeri pada
pinggang bawah. Apabila terjadi sakrum, kordoma dapat menimbulkan obstruksi
uretra/rektum dan pada tingkat lanjut dapat timbul gejala-gejala neurologis.
Terdapat juga laporan bahwa tumor ini dapat terjadi pada tulang kepala.
Klinis: Gejala kinis
tergantung pada tempat terjadinya, kadang terdapat keluhan nyeri, gangguan pada
system urogenital, keluhan sakit kepala jika terjadi pada tulang kepala.
Radiologis: Gambaran radiologik secara plain
yang dapat ditemukan adalah gambaran radiolusen pada daerah sakrum yang
menunjukkan adanya lesi dengan pengrusakan tulang. Terdapat fokal kalsifikasi.
Dengan CT-scan dan MRI dapat dilihat penyebaran dan pembesaran tumor
intrapelvik, kalsifikasi epidural.
Patologi: Tumor ini ditandai dengan pengaturan
lobuler dan septum dari jaringan yang terbentuk dari sel-sel yang banyak
mengandung vakuola (sel fisaliporus) dengan material mukoid interseluler yang
menjadi mucus.
Pengobatan: Pengobatan yang dapat dilakukan
berupa reseksi lokal. Tumor biasanya melakukan infiltrasi pada jaringan lunak
sekitarnya tapi jarang mengadakan metastasis. Prognosis kelainan ini baik dan
jarang terjadi pada rekuren. Tetapi harus diperhatikan lokasi anatomi jangan
sampai mengganggu fungsi seksual.
Adamantinoma
Merupakan tumor ganas
tulang yang jarang ditemukan, terutama mengenai diafisis tulang tibia (90%) dan
sering ditemukan pada umur 20-25 tahun.
Tumor ini termasuk dalam tumor low
grade dan bermetastasis secara lambat.
Gambaran histologis tumor ini
seperti dengan adamantinoma pada rahang (ameloblastoma dari rahang).
Lokasi: Terutama
terletak pada diafisis tulang tibia, juga pada tulang rahang (mandibula).
Klinis: Nyeri tumpul
pada tulang yang kronik, jaringan lunak disekitarnya terasa nyeri melingkari
tulang yang nyeri.
Radiologis: Gambaran
radiologik terlihat gelembung khas berupa defek pada korteks anterior tibia.
Mungkin pula ditemukan penebalan dari tulang sekitarnya. Lesi radiolusen
mengelilingi bagian tulang yang sklerosis, dan terdapat juga lesi-lesi kecil
dengan gambaran yang serupa. Dengan pemeriksaan CT-scan dapat dilihat adanya
penyebaran tumor ke dalam medula atau penyebaran di luar periosteum
Patologi: Pada
pemeriksaan histologis ditemukan adanya sel pulau yang menyerupai epitelial
dengan jaringan selspindle interseluler. Juga terdapat gambaran sel stroma yang
fibrous yang terdiri dari sarang-sarang berisi sel basal dengan gambaran gelap
Pengobatan: Pada dasarnya pengobatan adamantinoma
berupa eksisi lokal yang luas dengan mengambil bagian-bagian sekitar tulang
yang normal. Pemeriksaan CT-scan diperlukan sebelum operasi untuk melihat
dalamnya penetrasi tumor. Bila lesi meluas sampai ke permukaan endosteal maka
sebaiknya eksisi dilakukan pada seluruh segmen dan ruang kosong yang tertinggal
diisi dengan bone graft yang bervaskularisasi.
Tumor Tulang Sekunder
Merupakan jenis tumor tulang ganas
yang sering didapat. Kemungkinan tumor tulang merupakan tumor metastatik yang
harus selalu difikirkan, pada penderita yang berusia lanjut. Pada usia
dewasa/lanjut jenis keganasan yang sering bermetastase ke tulang ialah
karsinoma payudara, paru-paru, lambung, ginjal,
usus, prostat dan tiroid.
Sedang pada anak-anak ialah
neuroblastoma. Penderita-penderita yang meninggal akibat karsinoma, pada
pemeriksaan bedah mayat ternyata paling sedikit seperempatnya menunjukkan
tanda-tanda metastase ke tulang. Sel-sel anak sebar mencapai tulang dengan
melalui jalan darah, saluran limfe atau dengan cara ekstensi langsung. Sumsum
tulang merupakan tempat yang subur untuk pertumbuhan sel-sel anak sebar, dengan
demikian tulang vertebra, pelvis, iga dan bagian proksimal tulang-tulang
panjang merupakan tempat yang paling sering dihinggapi oleh sel-sel anak sebar.
Pada penderita dengan kemungkinan
keganasan tulang metastasik, maka harus dilakukan pemeriksaan pada semua tulang
misalnya dengan bone survey atau bone scan. Keluhan penderita yang paling
menonjol ialah rasa sakit. Rasa sakit dapat diakibatkan oleh fraktur patologis.
Dalam beberapa keadaan justru lesi
metastatik ditulang yang terlebih dulu ditemukan dan didiagnosis, dimana hasil
pemeriksaan mikroskopik menunjukkan suatu jenis neoplasma tulang metastatik
yang kadang-kadang jaringan asalnya sulit ditentukan, sehingga harus dicari
dengan cermat lokasi daripada tumor primernya.
Radiologi: Pada umumnya tumor metastatik akan
mengakibatkan gambaran osteolitik, sedang pada metastase Ca prostat nampak
gambaran osteoblatik/osteosklerosis. Kadar Calsium meninggi karena terjadi
pelepasan kalsium ke dalam darah akibat proses resorpsi osteoblastik pada
tulang-tulang. Adanya pembentukan tulang reaktif ditandai oleh kadar fosfatase
alkali yang meningkat. Pada metastase Ca prostat, kadar fosfatase asam
meninggi.
Terapi: Terapi bersifat paliatif, karena
penderita sudah berada dalam stadium lanjut. Terapi ditujukan pada jenis
karsinoma primernya yang dapat berupa radioterapi, kemoterapi ataupun hormon
terapi. Terapi dari segi bedah adalah terhadap fraktur patologis yang mungkin
memerlukan fiksasi secara eksternal atau internal, agar supaya penderita dapat
diimobilisasi tanpa merasa kesakitan. Bila perlu dapat dilakukan fiksasi
internal terhadap tulang-tulang ekstremitas sebelum tulang tersebut mengalami
fraktur, jadi baru diperkirakan akan fraktur bila proses pada tulang dibiarkan
berjalan terus (impending fracture).
DIAGNOSIS
Untuk menetapkan diagnosis
tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu:
Anamnesis
Anamnesis penting artinya untuk mengetahui riwayat kelainan atau trauma
sebelumnya. Perlu pula ditanyakan riwayat keluarga apakah ada yang menderita
penyakit yang sejenis misalnya diafisial aklasia yang bersifat herediter.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah:
1.
Umur
Umur penderita sangat penting
untuk diketahui karena banyak tumor tulang yang mempunyai kekhasan dalam umur
terjadinya, misalnya osteogenik sarkoma ditemukan pada anak sampai sebelum
dewasa muda, kondrosarkoma pada umur 40 tahun, giant cell tumor jarang
ditemukan di bawah umur 20 tahun.
2.
Lama dan perkembangan (progresifitas) tumor
Tumor jinak biasanya berkembang secara perlahan
dan bila terjadi perkembangan yang cepat dalam waktu singkat atau suatu tumor
yang jinak tiba-tiba menjadi besar maka perlu dicurigai adanya keganasan.
3.
Nyeri
Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas.
Adanya nyeri menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke
jaringan sekitarnya, perdarahan atau degenerasi.
4.
Pembengkakan
Kadang-kadang penderita
mengeluhkan adanya suatu pembengkakan, yang timbul secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu yang lama atau secara tiba-tiba.
Pemeriksaan Klinik
Hal-hal yang penting pada pemeriksaan klinik adalah:
1.
Lokasi
Beberapa jenis tumor mempunyai
lokasi yang klasik dan tempat-tempat predileksi tertentu seperti di daerah
epifisis, metafisis tulang, atau menyerang tulang-tulang tertentu misalnya
osteoma pada daerah tengkorak, osteogenik sarkoma pada daerah metafisis,
osteoblastoma di daerah vertebra.
2.
Besar, bentuk, batas dan sifat tumor
Tumor yang kecil kemungkinan
suatu tumor jinak, sedangkan tumor yang besar kemungkinan adalah tumor ganas.
Penting pula diperhatikan bentuk tumor apakah disertai pelebaran pembuluh darah
atau ulkus yang merupakan karakteristik suatu tumor ganas. Tanda-tanda efusi
sendi mungkin dapat ditemukan pada tumor yang berdekatan dengan sendi.
3.
Gangguan pergerakan sendi
Pada tumor yang besar di
sekitar sendi akan memberikan gangguan pada pergerakan sendi.
4.
Spasme otot dan kekakuan tulang belakang
Apabila tumor terdapat pada
daerah tulang belakang, baik jinak atau ganas, dapat memberikan spasme/kekakuan
otot tulang belakang.
5.
Fraktur patologis
Beberapa tumor ganas dapat memberikan komplikasi fraktur patologis oleh
karena terjadi kerapuhan pada tulang sehingga penderita akan datang dengan
gejala fraktur.
Pemeriksaan Neurologis
Bila terdapat gejala gangguan neurologis pada penderita, maka pemeriksaan
neurologis perlu dilakukan secara cermat untuk menentukan apakah gangguan ini
timbul oleh karena penekanan tumor pada saraf tertentu.
Pemeriksaan Radiologis
Merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis
tumor tulang. Dilakukan foto polos lokal pada lokasi lesi atau foto survei
seluruh tulang (bone survey) apabila dicurigai adanya tumor yang
bersifat metastasis atau tumor primer yang dapat mengenai beberapa bagian
tulang.
Foto polos tulang dapat memberikan gambaran
tentang:
• Lokasi tumor: epifisis, metafisis, diafisis atau pada organ-organ tertentu.
• Bersifat soliter atau multiple.
• Jenis tulang yang terkena.
• Batas tumor tegas/tidak, mengandung kalsifikasi/tidak.
•
Bentuk kistik atau solid.
Pemeriksaan radiologis lain yang dapat
dilakukan, yaitu:
ü Radionukleida scanning,
pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma.
ü CT Scan, dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumor apakah
intraoseus atau ekstraoseus.
ü MRI, dapat memberikan informasi apakah tumor berada dalam tulang atau
tidak, apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
GAMBARAN RADIOGRAFI KONVENSIONAL
Gambaran lesi
- Destruksi tulang
- Reaksi periosteal
- Matriks tumor
- Ekspansi lesi
-
Keterlibatan jaringan lunak
Reaksi tulang terhadap tumor
·
Respon terbatas tulang
o Destruksi à lesi litik
o Reaksi à sklerosis
o Remodelling à reaksi periosteal
·
Kecepatan pertumbuhan tumor menentukan respon
o Pertumbuhan lambat à sklerotik
o Pertumbuhan cepat à litik
·
Batas antar tumor dan tulang normal terlihat
pada foto polos
·
Proses pertumbuhan tumor yang slow progresif
akan menghasilkan batas yang tegas antara tumor dan jaringan tulang sekitarnya
·
Proses pertumbuhan tumor yang sangat progresif
mendestruksi tulang akan menghasilkan batas yang kabur antara tumor dan
jaringan tulang sekitarnya
Tipe destruksi ada 3 macam yaitu:
A. Geographic
B. Moth-eaten
C. Permeative
A. Geographic
Bone Destruction
·
Batas tegas
·
Indikasi à kurang agresif, pertumbuhan lambat, jinak
·
Zona transisi sempit
Examples
·
Batas tidak rata, compang camping
·
Indikasi à
o pertumbuhan lebih cepat
dibandingkan geographic
o Mungkin keganasan
Examples
·
Myeloma
- Metastases
·
Ewing’s sarcoma
C.
Permeative
·
Berbatas tidak tegas dgn “worm-holes” multipel
·
Penyebaran melalui ruang sumsum tulang
·
Zona transisi lebar
·
Indikasi
o Malignant agresif (keganasan,
agresif)
Examples
·
Ewing’s
Sarcoma
·
Myeloma
·
Osteomyelitis
·
Neuroblastoma
Reaksi periosteal
·
Benign
o None
o Solid
·
Keganasan
o Lamellated or onion-skin
o Sunburst
o
Codman’s triangle
|
·
Osteoblastik
o Fluffy, cotton-like or
cloud-like densities
§ Osteosarcoma
·
Cartilaginous
o Comma-shaped, punctate,
annular, popcorn-like
§ Enchondroma, chondrosarcoma, chondromyxoid fibroma
Tumor matrix
·
Osteoblastic
·
Cartilaginous
·
Keterlibatan jaringan lunak
·
Indikasi
o Biasa keganasan
o Seperti massa jaringan lunak yang tegas
·
Lesi jinak dgn keterlibatan jaringan lunak
o Osteomyelitis
Multiple Lesions
·
Lebih sering jinak
·
Lesi ganas yang multipel
Pemeriksaan
Laboratorium
§ Darah, meliputi: pemeriksaan LED, hemoglobin, serum alkali fosfatase, serum
elektroforesis protein, serum asam fosfatase yang memberikan nilai diagnostik
pada tumor ganas tulang.
§ Urin, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksaan protein Bence
Jones.
Pemeriksaan
Biopsi
Tujuannya
untuk memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologis, untuk
membantu menetapkan diagnosis, serta staging tumor (menentukan keganasan).
Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
radiologis yang dipergunakan pada staging. Apabila pemeriksaan CT-scan dibuat
setelah dilakukan biopsi, maka akan nampak perdarahan pada jaringan lunak yang
memberikan kesan gambaran suatu keganasan pada jaringan lunak.
Dikenal dua metode pemeriksaan
biopsi, yaitu:
o Biopsi tertutup, dengan
menggunakan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) untuk melakukan
sitodiagnosis. Merupakan salah satu cara biopsi untuk melakukan diagnosa pada
tumor.
Keuntungan dari FNAB adalah:
·
Tidak perlu perawatan.
·
Risiko komplikasi kecil.
·
Mencegah penyebaran tumor.
·
Cepat mendapatkan hasil.
o Biopsi terbuka, adalah metode
biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulannya yaitu dapat diambil jaringan
yang lebih besar untuk pemeriksaan histologik dan pemeriksaan ultramikroskopik,
mengurangi kesalahan pengambilan jaringan dan mengurangi kecenderungan
perbedaan diagnostik tumor jinak dan tumor ganas seperti antara enkondroma dan
kondrosarkoma, osteoblastoma dan osteosarkoma. Biopsi terbuka tidak boleh
dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi berikutnya,
misalnya pada reseksi en-bloc.
DIAGNOSIS BANDING
Perlu
dilakukan dengan sangat hati-hati oleh karena kelainan-kelainan lain seperti
infeksi, miositis osifikans, hematoma dapat memberikan gambaran klinis dan
radiologik yang menyerupai gambaran suatu tumor ganas tulang. Kelainan-kelainan
yang dapat memberikan gambaran klinis dan radiologik yang menyerupai tumor,
antara lain:
1. Hematoma
subperiosteal atau pada jaringan lunak yang akan memberikan benjolan yang
disertai nyeri.
2. Osteomielitis
dapat memberikan gejala seperti tumor ganas osteosarkoma atau tumor ganas
Ewing.
3. Fraktur
stress; ini akan memberikan gejala nyeri dan gambaran adanya fraktur.
4. Miositis
osifikans.
5. Artritis
gout.
PENATALAKSANAAN
Pada
tumor-tumor ganas diperlukan kerjasama dan konsultasi antara ahli bedah
onkologi, ahli bedah ortopedi, ahli radiologi, ahli patologi serta ahli
prostetik dan rehabilitasi.
v Curiga akan tumor ganas
Apabila suatu lesi pada tumor
primer dicurigai sebagai suatu keganasan maka penderita sebaiknya dirawat untuk
pemeriksaan lengkap, pemeriksaan darah, foto paru-paru, pencitraan baik dengan
foto polos maupun CT-scan dan biopsi tumor.
Operasi
Eksisi
tumor dengan cara operasi dapat dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:
Ø Intralesional atau intrakapsuler
Teknik ini dilakukan dengan cara eksisi/kuretase tumor, tidak dianjurkan
pada tumor ganas dan biasanya dilakukan pada kelompok tumor low grade tumour,
misalnya giant cell tumor.
Ø Eksisi marginal
Adalah pengeluaran tumor di luar dari kapsulnya. Teknik ini terutama
dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas jenis low grade malignancy.
Ø Eksisi luas (eksisi en-bloc)
Tumor dikeluarkan secara utuh disertai jaringan disekitar tumor yang berupa
pseudo-kapsul atau jaringan yang bereaksi di luar tumor. Tindakan eksisi luas
dilakukan pada tumor ganas dan biasanya dikombinasi dengan pemberian kemoterapi
atau radioterapi pada pre/pasca operasi.
Ø Operasi radikal
Dilakukan seperti pada eksisi luas dan ditambah dengan pengeluaran seluruh
tulang serta sendi dan jaringan sebagai satu bagian yang utuh. Cara ini
biasanya berupa amputasi anggota gerak di atasnya dan disertai pengeluaran
sendi di atasnya.
Dengan
staging yang tepat serta pemberian kemoterapi untuk mengontrol penyebaran
tumor, tindakan amputasi dapat dihindarkan dengan suatu teknik yang disebut limb-sparing
surgery (limb saving procedure) yaitu berupa eksisi yang luas disertai dengan
penggantian anggota gerak dengan mempergunakan bone graft atau protesis
yang disesuaikan dengan anggota gerak tersebut yang dibuat khusus secara
individu.
Radioterapi
Radiasi
dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor-tumor ganas
yang radiosensitif dan dapat juga sebagai pengobatan awal sebelum tindakan
operasi dilakukan. Kombinasi radioterapi dapat pula diberikan bersama-sama
dengan kemoterapi. Radioterapi dilakukan pada keadaan-keadaan yang in-operable
misalnya adanya metastasis atau keadaan lokal yang tidak memungkinkan untuk
tindakan operasi.
Kemoterapi
Merupakan suatu pengobatan tambahan pada tumor ganas tulang dan jaringan lunak.
Obat-obatan yang dipergunakan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid,
vinkristin, sisplatinum. Pemberian kemoterapi biasanya dilakukan pada pre/pasca
operasi.
BAB III
KESIMPULAN
Tumor tulang merupakan
kelainan pada tulang yang bersifat neoplastik. Dengan istilah lain “Tumor Tulang” adalah pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas.
Dari seluruh tumor tulang primer; 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat
ganas. Ini berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang bersifat
ganas. Perbandingan insidens tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama.
Klasifikasi
neoplasma tulang berdasarkan asal sel, yaitu: primer (osteogenik, kondrogenik, fibrogenik, mielogenik, tumor asal vaskuler,
tumor tulang lainnya) dan sekunder/metastatik (tumor yang
berasal dari organ lain yang menyebar ke tulang).
Untuk menetapkan diagnosis
tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu: anamnesis, pemeriksaan klinik,
pemeriksaan neurologis, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan biopsi.
Metode pengobatan pada
neoplasma tulang antara lain dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Ada
beberapa teknik operasi, yaitu: intralesional atau intrakapsuler, eksisi
marginal, eksisi luas, serta operasi radikal.