ILEUS OBSTRUKSI
BAB I
ILEUS OBSTRUKSI MEKANIK
PENDAHULUAN
Ileus
obstruksi mekanik adalah gangguan pasase usus atau peristaltic usus akibat
adanya sumbatan bagi jalan distal isi usus. Ileus juga didefinisikan sebagai jenis obstruksi apapun,
tetapi istilah ini umumnya telah berarti ketidakmampuan isi menuju ke distal
terhadap kelainan sementara dalam motilitas.
Terdapat
2 jenis obstruksi :
1.
Ileus
paralitik ( ileus adinamik ), dimana peristaltik usus dihambat sebagian akibat
pengaruh toksin trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus.
2.
Obstruksi
mekanik ( ileus dinamik ) dimana didapat obstruksi intralumen misalnya oleh
strangulasi, invaginasi atau sumbatan di dalam lumen usus.
Pada
obstruksi halus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi stangulasi.
Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan
gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi
strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala obstruktif dan gejala sistemik
akibat adanya toksin dan sepsis.
PEMBAHASAN
Anatomi
Dalam
perkembangannya, saluran cerna hanya berupa suatu tabung sederhana dengan
beberapa benjolan. Pada usia foetus bulan kedua dan ketiga usus tumbuh dengan
cepat dan berada di dalam tali pusat.
Usus
halus mencakup duodenum, jejunum dan ileum, yang mencakup panjang usus yang terbentang
dari pylorus sampai Valva Ileocaecalis, ia bertanggung jawab bagi sebagian
besar panjang saluran pencernaan dan luas permukaan mukosanya yang luas
merupakan tempat absorpsi bahan makanan, air dan mineral yang memungkinkan
pemeliharaan normal, pertumbuhan dan perkembangan. 40% bagian atas usus halus
setelah duodenum adalah yeyunum dan 60% bagian bawah disebut ileum.
Usus
halus diliputi oleh membran mukosa yang terdiri dari vilus-vilus. Di setiap
vilus terdapat perluasan otot polos lapisan submukosa yang berjalan
longitudinal sampai ke ujung vilus. Ujung bebas sel-sel epitel vilus dibagi
menjadi mikrovili yang halus yang membentuk brush
border. Lapisan luar membran mukosa mengandung banyak enzim yang berperan
dalam proses-proses pencernaan yang diawali oleh kelenjar liur, lambung dan
pancreas.
Usus
halus merupakan tabung komplek dan berlipat-lipat. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke
bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Duodenum
panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai jejunum. Pemisahan duodenum
dan jejunum ditandai oleh ligamentum TREITZ, suatu pita muskulofibrosa yang
berorigo pada ictus dextra diafragma
dekat hiatus esofagus dan berinsereio pada perbatasan duedenum dan jejunum.
Jejunum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri sedangkan ileum
cenderung terletak di regio abdominalis sebelah kanan.
Mesenterium
merupakan lipatan peritoneum yang lebar, menyerupai kipas yang menggantung
jejunum dan ileum dari dinding posterior
abdomen , dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong
pembuluh darah dan limfe yang mensuplai usus.
Aliran darah kolalateral melalui arcade mesenterium dipinggir usus halus
cukup banyak, ini yang antara lain menjamin penyembuhan luka. Omentum mayus
merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dari kurvatura mayor lambung dan berjalan turun didepan visera
abdomen seperti celemek. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar
limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum
minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari kurvatura minor lambung
dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum hepatogastrikum
dan ligamentum hepatoduodenal. Salah satu fungsi duodenum adalah mencegah
pergerakan antara organ-organ yang berdekatan dengan mensekresi cairan serosa
yang berperanan sebagai pelumas.
Otot
yang meliputi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri atas
serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam berupa
serabut-serabut sirkular. Penataan demikian membantu gerakan peristaltik usus
halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan penyambung, sedangkan lapisan
mukosa bagian dalam tebal, banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar.
Perdarahan dan
Persarafan
Mesenterium
mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, kelenjar limfe dan saraf autonom.
Aliran darah kolateral melalui arcade mesenterium dipinggir usus halus cukup
banyak, ini yang antara lain menjamin penyembuhan luka. Arteria Mesenterika
Superior dicabangkan dari aorta tepat dibawah Arteri Seliaka. Arteri ini
memperdarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteria
gastroduodenalis dan cabangnya Arteria Pankreatikoduodenalis Superior. Darah
dikembalikan lewat Vena Mesenterika Superior yang menyatu dengan vena lienalis
membentuk Vena Porta.
Selain
itu terdapat perdarahan kolateral antara Arteri Colika Media sebagai cabang
dari Arteri Mesentrika Superior dan Arteri Colika Sinistra sebagai cabang Arteri
Mesenterika Inferior. Hubungan kolateral ini terletak di pinggir kolon
tranversus dan kolon desenden. Disamping ini terdapat hubungan kolateral antara pangkal a. mesenterika
superior dan pangkal Arteri Mesenterika Inferior melalui lengkung pembuluh yang
disebut Arkus Riolan. Lengkung pembuluh kolateral ini menjadi vital bila timbul
gangguan perdarahan melalui salah satu dari kedua arteri tersebut.
Usus
halus dipersarafi cabang-cabang kedua saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan
pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerkan usus.
Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan
serabut-serabut parsimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang
menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak
dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.
Fisiologi
Usus
halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi
dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya
proses ini. Proses pencernaan dimulai dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida,
dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan didalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang mneghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu
menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan
dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi
kerja lipase pankreas.
Proses
pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enterikus). Banyak
diantara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan
zat-zat makanan sambil diabsorbsi. Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus halus. Lemak, yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang
diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak
lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang sekresi getah
pankreas yang kaya akan enzim; hal ini diperantarai oleh kerja pankreozim.
Absorbsi
adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein
(gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui didning usus ke
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air,
elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Besi dan kalsium sebagian besar
diabsorbsi di dalam duodenum, asam folat dan vitamin-vitamin juga diabsorbsi
didalam duodenum. Absorbsi gula, asam-asam amino, dan lemak sebagian besar
diselesaikan menjelang kimus mencapai jejunum. Absorbsi vitamin B 12
berlangsung pada ileum terminal melalui mekanisme transpor khusus yang memerlukan
faktor intrinsik lambung.
Pertukaran
keluar masuknya cairan terjadi dengan cara difusi, osmosis, atau dibawah
pengaruh tekanan hidrostatik. Dalam usus halus
terdapat sekitar 9 liter air setiap hari, 2 liter berasal dari makanan dan 7
liter dari hasil sekresi saluran cerna, namun hanya 1-2 liter yang diteruskan
ke colon.
Kontraksi usus dikoordinasikan oleh
gelombang usus, suatu gelombang depolarisasi otot polos yang bergerak menuju
kaudal dari otot polos sirkuler
duodenum. Frekuensi gelombang lambat menurun dari sekitar 12 x/menit di yeyunum
menjadi sekitar 9 x/menit di ileum. Terdapat 2 jenis pergerakan yaitu konraksi
segmental dan gelombang peristaltik yang diatur oleh saraf otonom. Kontraksi
segmental merupakan kontraksi yang berfungsi mendorong maju mundurnya kimus dan
meningkatkan pajanannya ke permukaan mukosa.
Etiologi
Obstruksi ileus mekanik dapat disebabkan oleh :
-
adhesi
-
hernia
inkarserata
-
massa
cacing
-
tumor
à primer maupun metastase
-
lain-lain
à peradangan, divertikulum Meckel, invaginasi, volvulus,
atau obstruksi makanan
Adhesi
Ileus karena adesi umumnya
tidak disertai strangulasi. Adesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum
akibat peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi. Adesi dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat
maupun luas. Sering juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi, perlengketan
dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali. Adesi yang kambuh
mungkin akan menjadi masalah besar.
Hernia Inkaserata
Obstruksi akibat
hernia inkaserata pada anak dapat dikelola secara konservatif dengan posisi
tidur Trendelenburg. Jika reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam
waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.
Massa Cacing
Obstruksi oleh
cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena hygiene kurang sehingga
infestasi cacing terjadi berulang-ulang dan usus halus lebih sempit daripada
usus halus orang dewasa sedangkan ukuran cacaing sama besar. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat yang terdiri dari sisa makanan dan puluhan
ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Gejala klinik, pada awalnya keadaan umum tidak
terlalu parah, tetapi anak dapat menderita serangan kolik tanpa berhenti jika
obstruksi menjadi total. Muntah terjadi saat terjadi serangan kolik dan anak
menjadi gelisah.
Invaginasi
Invaginasi adalah
keadaan dimana usus bagian proksimal masuk ke usus bagian distalnya, sehingga
membuat obstruksi pada usus. Invaginasi
sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang dewasa. Invaginasi pada
anak dapat disebut idioptik karena tidak diketahui sebabnya. Invaginasi
idiopatik umumnya merupakan intususepsi ileosekal yang kemudian masuk naik ke
dalam kolon asenden dan mungkin terus sampai dapat keluar dari rectum.
Invaginasi memang dapat mengakibatkan nekrosis iskemik bagian usus yang masuk
dengan komplikasi perforasi dan peritonitis.
Pada Foto Rontgen
menunjukkan keadaan dari usus dimana bagian usus masuk ke bagian usus yang lain
(usus didekatnya), hal ini menyebabkan bengkak, mengurangi peredaran darah,
obstruksi, dan kerusakan jaringan. Intususepsi
merupakan keadaan yang memerlukan penanganan segera (barium enema atau tindakan
bedah) untuk menghindarkana kematian jaringan (nekrosis), perforasi usus,
peritonitis dan kematian.
Volvulus
Volvulus adalah
keadaan dimana usus terpuntir. Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan.
Sebagai kausanya biasanya pita congenital atau adesi dikambinghitamkan, tetapi
ada operasi sering tidak ditemukan. Kebanyakan volvulus di dapat di bagian
ileum yang diperdarahi oleh a. ileosekalis dan mudah mengalami strangulasi.
Gambaran kliniknya merupakan gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa
gejala dan tanda strangulasi.
Diverticulum Meckel
Regresi yang tidak sempurna pada duktus
omfalomesenterikus (duktus vetelinus) dapat meninggalkan bermacam-macam
kelainan antara lain diverticulum Meckel. Diverticulum Meckel merupakan
divertikulum yang sering ditemukan di usus halus dan berasal dari bagian
intraabdomen duktus vitelinus. Obstruksi ini disebabkan oleh invaginasi dan hernia interna akibat
kelok usus dibelakang divertikulum dan pitanya ke umbilicus. Divertikulum
Meckel sendiri tidak menunjukkan tanda dan gejala. Baru bila ada
divertikulitis timbul keluhan dan tanda
yang mirip sekali dengan appendicitis akut walaupun letaknya dapat berbeda.
Perforasi disertai dengan peritonitis yang dapat meluas sampai peritonitis
purulenta generalisata sama dengan kejadian pada appendicitis perforata.
Patofisiologi
Ada tiga jenis dasar obstruksi mekanis :
1.
Obstruksi Sederhana
2.
Obstruksi dengan Strangulasi
3.
Obstruksi jenis gelung
tertutup
Obstruksi Sederhana
Obstruksi
usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan
pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus maupun oleh
muntah. Keadaan umum akan memburuk dalam waktu singkat.
Pada
anamnesis obstruksi letak tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya
berupa adesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Pada
pemeriksaan ditemukan tanda dan gejala yang bergantung pada tahap perkembangan
obstruksi.
Gambaran klinik
Gejala umum berupa
syok, oliguri, dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorisme dan
kelebihan cairan di usus. Hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai
mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan
usus atau kejang usus, dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik,
hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi ( metallic sound ). Penderita tampak
gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu atau dua kali defekasi.
Nilai laboratorium
pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis dan
gangguan elekterolit.
Obstruksi dengan Strangulasi
Pada strangulasi
terdapat jepitan atau lilitan yang menyebabkan gangguan peredaran darah
sehingga terjadi iskemia, nekrosis atau gangren. Gangren menyebabkan tanda
toksis yang tejadi pada sepsis yaitu takhikardia, syok septic, dengan
leukositosis. Obstruksi demikian mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan
distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi lumen dalam obstruksi
sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen
dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa
usus yang normalnya bertindak sebagai sawar bagi penyerapan bakteri dan produk
toksinnya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap
perubahan aliran darah. Dengan strangulasi memanjang timbul iskemi dan sawar
rusak. Bakteri bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.
Disamping itu kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat
menimbulkan syok. Jika keadaan ini tidak dinilai secara dini dapat menimbulkan
kematian pasien.
Bila dijumpai
tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.
Obstruksi Jenis
Gelung Tertutup
Obstruksi
gelung tertutup timbul apabila jalan masuk dan jalan keluar suatu gelung usus
tersumbat. Jenis obstruksi ini banyak menyimpan bahaya dibandingkan kebanyakan
obstruksi karena ia berlanjut dengan strangulasi dengan cepat sebelum terbukti
tanda klinik dan obstruksi. Penyebab obstruksi gelung tertutup mencakup pita
lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada
keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan
peningkatan cepat tekanan instralmumen, yang menyebabkan obstruksi aliran vena.
Adhesi, hernia inkarserata, massa cacing, volvulus, invaginasi, lain-lain
: diverticulum Meckel, obstruksi makanan atau peradangan
Tanda dan Gejala Klinis
Gejala obstruksi
usus bervariasi penampilan dan keparahannya, bergantung atas tingkat obstruksi
maupun kapan pasien diperiksa. Gejala mencakup nyeri abdomen kram, perut
kembung, muntah, konstipasi atau gas dan distensi. Gejala umum berupa syok,
oliguri dan gangguan elektrolit. Nyeri abdomen biasanya tetap seperti pada
awalnya dan kemudian menjadi bersifat kolik.
Nyeri abdomen
sekunder terhadap kontraksi-kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus
melawan obstruksi. Nyeri dari obstruksi proximal biasanya terlokalisasi
supraumbilicus di dalam abdomen, sedangkan yang dari obstruksi ileum rendah
biasanya tampil dengan nyeri intra umbilicus. Dengan berlalunya waktu, usus
berdilatasi, mofilitas menurun sehingga gelombang peristaltik menjadi semakin
jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh
pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen.
Muntah reflex
ditemukan segera setelah mulainya obstruksi. Jika obstruksi di proksimal, maka
muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau
kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi sehingga tidak terlihat distensi.
Jika obstruksi di distal usus halus atau kolon, maka muntah timbul lambat dan
setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk, sebagai hasil
pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi.
Kegagalan pengeluaran
gas dan feses per rectum juga suatu gambaran khas obstruksi usus.
Dalam obstruksi usus sebagian, diare merupakan
gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi.
Pemeriksaan
Fisik
Gambaran pertama
dalam memeriksa pasien dengan kecurigaan obstruksi usus mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering, karena lebih banyak cairan disekuestrasi
ke dalam lumen usus, maka dapat timbul demam, takikardia dan penurunan tekanan
darah.
Dalam pemeriksaan
abdomen, perhatian harus diberikan bagi kemunculan distensi, parut abdomen
(yang menggambarkan perlengketan pasca bedah), hernia dan massa abdomen. Pada
pasien kurus, bukti gelombang peristaltis terlihat, pada dinding abdomen dan
berkorelasi dengan mulainya nyeri kolik. Akhirnya harus diusahakan untuk
membangkitkan tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup “defance musculair” involunter atau
rebound. Tanda ini menunjukkan adanya obstruksi strangulata.
Pada auskultasi, gambaran klasik dalam obstruksi
usus mekanik adalah gemerincing logam ( metallic
sound ) bernada tinggi dan gelora (rush) di masa tenang. Gelora demikian
bersamaan dengan nyeri kolik. Jika pasien pertama kali diperiksa beberapa hari
dalam perjalanan penyakit dan usus di atas obstruksi telah berdilatasi, maka
aktivitas peristaltik ( sehingga juga bising usus ) dapat tidak ada atau menurun.
Tidak ada bunyi usus ini bisa juga ditemukan dalam ileus paralitik atau
obstruksi strangulata. Pada pemeriksaan rektum dan pelvis jika ditemukan adanya
massa atau tumor serta tak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan
obstruksi proksimal.
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran Laboratorium
Pada
awal perjalanan obstruksi usus mekanik sederhana, kadar laboratorium umumnya
dalam batas normal. Dengan berlalunya waktu, lebih banyak cairan disekuestrasi
di dalam lumen usus dan timbul dehidra Pemeriksaan Hb/Ht dapat memperlihatkan adanya hemokonsentrasi,
peningkatan nitrogen urea darah (BUN),
berat jenis urin, disertai adanya penurunan kadar serum natrium klorida dan
kalium juga manifestasi lebih lanjut. Analisis gas darah dan pemeriksaan elektrolit untuk menilai adanya
gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Muntah hebat pada obstruksi proksimal (di atas pylorus), terjadi
alkalosis dan perlu dilakukan pengukuran bikarbonat serum maupun pH arteri.
Hitung leukosit biasanya meningkat (leukositosis) sedang dalam obstruksi
mekanik sederhana (15000 sampai 20000). Dalam obstruksi strangulate (terutama
dengan usus gangrenosa), hitung leukosit sangat tinggi antara 30.000 dan
50.000.
Pemeriksaan Radiologi
Foto
polos abdomen 3 posisi (posisi berdiri, ½ duduk dan lateral dekubitus) sangat
membantu menentukan ada tidaknya sumbatan. Pelebaran usus dengan tanda-tanda air fluid level dan bagian distal kolon
tidak terisi udara menunjukkan adanya obstruksi. Tanda yang
sering terlihat dalam obstruksi strangulasi
adalah”biji kopi” (coffe bean) atau pseudotumor, tempat usus terisi
darah terstrangulasi terlihat suatu massa
pada film abdomen.
Pemeriksaan kontras kadang-kadang bermanfaat
dalam mendapatkan informasi tentang obstruksi usus. Yang paling bermanfaat
adalah pemeriksaan dengan enema barium, yang dapat menentukan tempat dan
kadang-kadang etiologi obstruksi colon
Diagnosis Banding
Ileus paralitik,
pada ileus paralitik nyeri yang ditimbulkan lebih ringan tetapi konstan dan
difus. Pada pemeriksaan fisis didapatklan adanya distensi abdomen, perkusi
timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan tidak dapat terdengar
sama sekali. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal ( nyeri tekan dan nyeri
lepas ).
Pada foto rontgen
ketika terjadi obstruksi pada usus, kedua cairan dan udara (gas) yang terkumpul
didalam usus menunjukkan gambaran yang dinamakan “air fluid levels”.
Selain itu dapat juga dilakukan
pemeriksaan USG abdomen dan Ct-scan abdomen
Penatalaksanaan
Dasar
pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan
(infus dengan larutan yang mengandung kalium, natrium, dan klorida),
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan dekompresi, memperbaiki
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Bersama dengan
intervensi bedah, penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen
usus maupun dekompresi traktus gastrointestinalis dengan sonde yang ditempatkan
intralumen, merupakan tujuan primer terapi dalam obstruksi usus. Dekompresi
pipa gastrointestinalis diindikasikan untuk dua alasan :
(1)
Untuk
dekompresi lambung sehingga memperkecil kesempatan asprasi isi usus
(2)
Membatasi
masuknya udara yang ditelan ke dalam
saluran pencernaan, hingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan ancaman vascular.
Operasi
Operasi
dini setelah dekompresi dengan penggantian cairan dan elektrolit dilakukan
untuk mencegah komplikasi sepsis sekunder terhadap strangulata atau ruptur
usus. Sehingga obstruksi yang dicurigai disertai dengan jenis strangulasi atau
gelung tertutup maupun jenis colon, mempunyai prioritas bedah tinggi. Tindakan
yang terlihat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa kategori.
1.
lisis pita lekat atau
reposisi hernia
2.
pintas usus
3.
reseksi dengan
anastomosis
4.
diversi stoma dengan
atau tanpa reseksi
Perawatan pasca operasi mencakup cairan dan elektrolit
rumatan, antibiotik dan dekompresi. Pada ileus paralitik pasca operasi dapat
diberikan sisaprit dan metoklorpramid yang bermanfaat untuk
gastroparesis.
Nonstrangulasi obstruksi mempunyai suatu
angka kematian sekitar 2 %, banyak terjadi pada orang tua. Obstruksi
strangulata mempunyai tingkat kematian kira-kira 8 % jika operasi dilakukan
dalam 36 jam setelah gejala timbul dan 2 % jika operasi ditunda lebih dari 36
jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar