Kamis, 10 Oktober 2013

ILEUS OBSTRUKSI MEKANIK



ILEUS OBSTRUKSI

 

BAB I

ILEUS OBSTRUKSI MEKANIK


PENDAHULUAN 
Ileus obstruksi mekanik adalah gangguan pasase usus atau peristaltic usus akibat adanya sumbatan bagi jalan distal isi usus. Ileus juga didefinisikan sebagai jenis obstruksi apapun, tetapi istilah ini umumnya telah berarti ketidakmampuan isi menuju ke distal terhadap kelainan sementara dalam motilitas.
Terdapat 2 jenis obstruksi :
1.        Ileus paralitik ( ileus adinamik ), dimana peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus.
2.        Obstruksi mekanik ( ileus dinamik ) dimana didapat obstruksi intralumen misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau sumbatan di dalam lumen usus.
            Pada obstruksi halus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi stangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala obstruktif dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.



PEMBAHASAN
Anatomi 

Dalam perkembangannya, saluran cerna hanya berupa suatu tabung sederhana dengan beberapa benjolan. Pada usia foetus bulan kedua dan ketiga usus tumbuh dengan cepat dan berada di dalam tali pusat.
Usus halus mencakup duodenum, jejunum dan ileum, yang mencakup panjang usus yang terbentang dari pylorus sampai Valva Ileocaecalis, ia bertanggung jawab bagi sebagian besar panjang saluran pencernaan dan luas permukaan mukosanya yang luas merupakan tempat absorpsi bahan makanan, air dan mineral yang memungkinkan pemeliharaan normal, pertumbuhan dan perkembangan. 40% bagian atas usus halus setelah duodenum adalah  yeyunum dan 60% bagian bawah disebut ileum.
Usus halus diliputi oleh membran mukosa yang terdiri dari vilus-vilus. Di setiap vilus terdapat perluasan otot polos lapisan submukosa yang berjalan longitudinal sampai ke ujung vilus. Ujung bebas sel-sel epitel vilus dibagi menjadi mikrovili yang halus yang membentuk brush border. Lapisan luar membran mukosa mengandung banyak enzim yang berperan dalam proses-proses pencernaan yang diawali oleh kelenjar liur, lambung dan pancreas.
Usus halus merupakan tabung komplek dan berlipat-lipat. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai jejunum. Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh ligamentum TREITZ, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada ictus dextra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsereio pada perbatasan duedenum dan jejunum. Jejunum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri sedangkan ileum cenderung terletak di regio abdominalis sebelah kanan.
Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang lebar, menyerupai kipas yang menggantung jejunum  dan ileum dari dinding posterior abdomen , dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah dan limfe yang mensuplai usus.  Aliran darah kolalateral melalui arcade mesenterium dipinggir usus halus cukup banyak, ini yang antara lain menjamin penyembuhan luka. Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dari kurvatura mayor  lambung dan berjalan turun didepan visera abdomen seperti celemek. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari kurvatura minor lambung dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum hepatogastrikum dan ligamentum hepatoduodenal. Salah satu fungsi duodenum adalah mencegah pergerakan antara organ-organ yang berdekatan dengan mensekresi cairan serosa yang berperanan sebagai pelumas.
Otot yang meliputi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam berupa serabut-serabut sirkular. Penataan demikian membantu gerakan peristaltik usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan penyambung, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal, banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar.

Perdarahan dan Persarafan
Mesenterium mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, kelenjar limfe dan saraf autonom. Aliran darah kolateral melalui arcade mesenterium dipinggir usus halus cukup banyak, ini yang antara lain menjamin penyembuhan luka. Arteria Mesenterika Superior dicabangkan dari aorta tepat dibawah Arteri Seliaka. Arteri ini memperdarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteria gastroduodenalis dan cabangnya Arteria Pankreatikoduodenalis Superior. Darah dikembalikan lewat Vena Mesenterika Superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk Vena Porta.
Selain itu terdapat perdarahan kolateral antara Arteri Colika Media sebagai cabang dari Arteri Mesentrika Superior dan Arteri Colika Sinistra sebagai cabang Arteri Mesenterika Inferior. Hubungan kolateral ini terletak di pinggir kolon tranversus dan kolon desenden. Disamping ini terdapat  hubungan kolateral antara pangkal a. mesenterika superior dan pangkal Arteri Mesenterika Inferior melalui lengkung pembuluh yang disebut Arkus Riolan. Lengkung pembuluh kolateral ini menjadi vital bila timbul gangguan perdarahan melalui salah satu dari kedua arteri tersebut.
Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerkan usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut-serabut parsimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.
      Fisiologi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses pencernaan dimulai dimulai dari mulut  dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan didalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang mneghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak diantara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi. Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus halus. Lemak, yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya akan enzim; hal ini diperantarai oleh kerja pankreozim.
Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui didning usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi di dalam duodenum, asam folat dan vitamin-vitamin juga diabsorbsi didalam duodenum. Absorbsi gula, asam-asam amino, dan lemak sebagian besar diselesaikan menjelang kimus mencapai jejunum. Absorbsi vitamin B 12 berlangsung pada ileum terminal melalui mekanisme transpor khusus yang memerlukan faktor intrinsik lambung.
Pertukaran keluar masuknya cairan terjadi dengan cara difusi, osmosis, atau dibawah pengaruh tekanan hidrostatik. Dalam usus halus terdapat sekitar 9 liter air setiap hari, 2 liter berasal dari makanan dan 7 liter dari hasil sekresi saluran cerna, namun hanya 1-2 liter yang diteruskan ke colon.
Kontraksi usus dikoordinasikan oleh gelombang usus, suatu gelombang depolarisasi otot polos yang bergerak menuju kaudal dari otot  polos sirkuler duodenum. Frekuensi gelombang lambat menurun dari sekitar 12 x/menit di yeyunum menjadi sekitar 9 x/menit di ileum. Terdapat 2 jenis pergerakan yaitu konraksi segmental dan gelombang peristaltik yang diatur oleh saraf otonom. Kontraksi segmental merupakan kontraksi yang berfungsi mendorong maju mundurnya kimus dan meningkatkan pajanannya ke permukaan mukosa.

      Etiologi
Obstruksi ileus mekanik dapat disebabkan oleh :
-          adhesi
-          hernia inkarserata
-          massa cacing
-          tumor à primer maupun metastase
-          lain-lain à peradangan, divertikulum Meckel, invaginasi, volvulus, atau obstruksi makanan

Adhesi
Ileus karena adesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi. Adesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas. Sering juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali. Adesi yang kambuh mungkin akan menjadi masalah besar.

Hernia Inkaserata
Obstruksi akibat hernia inkaserata pada anak dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Jika reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.

Massa Cacing
Obstruksi oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena hygiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang-ulang dan usus halus lebih sempit daripada usus halus orang dewasa sedangkan ukuran cacaing sama besar. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat yang terdiri dari sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
    Gejala klinik, pada awalnya keadaan umum tidak terlalu parah, tetapi anak dapat menderita serangan  kolik tanpa berhenti jika obstruksi menjadi total. Muntah terjadi saat terjadi serangan kolik dan anak menjadi gelisah.

Invaginasi
Invaginasi adalah keadaan dimana usus bagian proksimal masuk ke usus bagian distalnya, sehingga membuat obstruksi pada usus.  Invaginasi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang dewasa. Invaginasi pada anak dapat disebut idioptik karena tidak diketahui sebabnya. Invaginasi idiopatik umumnya merupakan intususepsi ileosekal yang kemudian masuk naik ke dalam kolon asenden dan mungkin terus sampai dapat keluar dari rectum. Invaginasi memang dapat mengakibatkan nekrosis iskemik bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis.
Pada Foto Rontgen menunjukkan keadaan dari usus dimana bagian usus masuk ke bagian usus yang lain (usus didekatnya), hal ini menyebabkan bengkak, mengurangi peredaran darah, obstruksi, dan kerusakan jaringan. Intususepsi merupakan keadaan yang memerlukan penanganan segera (barium enema atau tindakan bedah) untuk menghindarkana kematian jaringan (nekrosis), perforasi usus, peritonitis dan kematian.
Volvulus
Volvulus adalah keadaan dimana usus terpuntir. Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan. Sebagai kausanya biasanya pita congenital atau adesi dikambinghitamkan, tetapi ada operasi sering tidak ditemukan. Kebanyakan volvulus di dapat di bagian ileum yang diperdarahi oleh a. ileosekalis dan mudah mengalami strangulasi. Gambaran kliniknya merupakan gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
Diverticulum Meckel
Regresi yang tidak sempurna pada duktus omfalomesenterikus (duktus vetelinus) dapat meninggalkan bermacam-macam kelainan antara lain diverticulum Meckel. Diverticulum Meckel merupakan divertikulum yang sering ditemukan di usus halus dan berasal dari bagian intraabdomen duktus vitelinus. Obstruksi ini disebabkan  oleh invaginasi dan hernia interna akibat kelok usus dibelakang divertikulum dan pitanya ke umbilicus. Divertikulum Meckel sendiri tidak menunjukkan tanda dan gejala. Baru bila ada divertikulitis  timbul keluhan dan tanda yang mirip sekali dengan appendicitis akut walaupun letaknya dapat berbeda. Perforasi disertai dengan peritonitis yang dapat meluas sampai peritonitis purulenta generalisata sama dengan kejadian pada appendicitis perforata.

      Patofisiologi
Ada tiga jenis dasar obstruksi mekanis :
1.        Obstruksi Sederhana
2.        Obstruksi dengan Strangulasi
3.        Obstruksi jenis gelung tertutup

Obstruksi Sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus maupun oleh muntah. Keadaan umum akan memburuk dalam waktu singkat.
Pada anamnesis obstruksi letak tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa adesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Pada pemeriksaan ditemukan tanda dan gejala yang bergantung pada tahap perkembangan obstruksi.

Gambaran klinik

Gejala umum berupa syok, oliguri, dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorisme dan kelebihan cairan di usus. Hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus, dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi ( metallic sound ). Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu atau dua kali defekasi.
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis dan gangguan elekterolit.

Obstruksi dengan Strangulasi
Pada strangulasi terdapat jepitan atau lilitan yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi iskemia, nekrosis atau gangren. Gangren menyebabkan tanda toksis yang tejadi pada sepsis yaitu takhikardia, syok septic, dengan leukositosis. Obstruksi demikian mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi lumen dalam obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi  dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar bagi penyerapan bakteri dan produk toksinnya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan aliran darah. Dengan strangulasi memanjang timbul iskemi dan sawar rusak. Bakteri bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Disamping itu kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat menimbulkan syok. Jika keadaan ini tidak dinilai secara dini dapat menimbulkan kematian pasien.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

Obstruksi  Jenis Gelung Tertutup
Obstruksi gelung tertutup timbul apabila jalan masuk dan jalan keluar suatu gelung usus tersumbat. Jenis obstruksi ini banyak menyimpan bahaya dibandingkan kebanyakan obstruksi karena ia berlanjut dengan strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinik dan obstruksi. Penyebab obstruksi gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan instralmumen, yang menyebabkan obstruksi aliran vena.
Adhesi, hernia inkarserata, massa cacing, volvulus, invaginasi, lain-lain : diverticulum Meckel, obstruksi makanan atau peradangan
      
Tanda dan Gejala Klinis
Gejala obstruksi usus bervariasi penampilan dan keparahannya, bergantung atas tingkat obstruksi maupun kapan pasien diperiksa. Gejala mencakup nyeri abdomen kram, perut kembung, muntah, konstipasi atau gas dan distensi. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Nyeri abdomen biasanya tetap seperti pada awalnya dan kemudian menjadi bersifat kolik.
Nyeri abdomen sekunder terhadap kontraksi-kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus melawan obstruksi. Nyeri dari obstruksi proximal biasanya terlokalisasi supraumbilicus di dalam abdomen, sedangkan yang dari obstruksi ileum rendah biasanya tampil dengan nyeri intra umbilicus. Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, mofilitas menurun sehingga gelombang peristaltik menjadi semakin jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen.
Muntah reflex ditemukan segera setelah mulainya obstruksi. Jika obstruksi di proksimal, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi sehingga tidak terlihat distensi. Jika obstruksi di distal usus halus atau kolon, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk, sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi.
Kegagalan pengeluaran gas dan feses per rectum juga suatu gambaran khas obstruksi usus.
Dalam obstruksi usus sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi.
      
Pemeriksaan Fisik
Gambaran pertama dalam memeriksa pasien dengan kecurigaan obstruksi usus mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering, karena lebih banyak cairan disekuestrasi ke dalam lumen usus, maka dapat timbul demam, takikardia dan penurunan tekanan darah.
Dalam pemeriksaan abdomen, perhatian harus diberikan bagi kemunculan distensi, parut abdomen (yang menggambarkan perlengketan pasca bedah), hernia dan massa abdomen. Pada pasien kurus, bukti gelombang peristaltis terlihat, pada dinding abdomen dan berkorelasi dengan mulainya nyeri kolik. Akhirnya harus diusahakan untuk membangkitkan tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup “defance musculair” involunter atau rebound. Tanda ini menunjukkan adanya obstruksi strangulata.
Pada auskultasi, gambaran klasik dalam obstruksi usus mekanik adalah gemerincing logam ( metallic sound ) bernada tinggi dan gelora  (rush) di masa tenang. Gelora demikian bersamaan dengan nyeri kolik. Jika pasien pertama kali diperiksa beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas obstruksi telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik ( sehingga juga bising usus ) dapat tidak ada atau menurun. Tidak ada bunyi usus ini bisa juga ditemukan dalam ileus paralitik atau obstruksi strangulata. Pada pemeriksaan rektum dan pelvis jika ditemukan adanya massa atau tumor serta tak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan obstruksi proksimal.

Pemeriksaan Penunjang
Gambaran Laboratorium
Pada awal perjalanan obstruksi usus mekanik sederhana, kadar laboratorium umumnya dalam batas normal. Dengan berlalunya waktu, lebih banyak cairan disekuestrasi di dalam lumen usus dan timbul dehidra Pemeriksaan Hb/Ht dapat memperlihatkan adanya hemokonsentrasi, peningkatan  nitrogen urea darah (BUN), berat jenis urin, disertai adanya penurunan kadar serum natrium klorida dan kalium juga manifestasi lebih lanjut. Analisis gas darah dan pemeriksaan elektrolit untuk menilai adanya gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Muntah hebat pada obstruksi  proksimal (di atas pylorus), terjadi alkalosis dan perlu dilakukan pengukuran bikarbonat serum maupun pH arteri. Hitung leukosit biasanya meningkat (leukositosis) sedang dalam obstruksi mekanik sederhana (15000 sampai 20000). Dalam obstruksi strangulate (terutama dengan usus gangrenosa), hitung leukosit sangat tinggi antara 30.000 dan 50.000.
 
     Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen 3 posisi (posisi berdiri, ½ duduk dan lateral dekubitus) sangat membantu menentukan ada tidaknya sumbatan. Pelebaran usus dengan tanda-tanda air fluid level dan bagian distal kolon tidak terisi udara menunjukkan adanya obstruksi. Tanda yang sering terlihat dalam obstruksi strangulasi  adalah”biji kopi” (coffe bean) atau pseudotumor, tempat usus terisi darah terstrangulasi terlihat suatu massa pada film abdomen.
    Pemeriksaan kontras kadang-kadang bermanfaat dalam mendapatkan informasi tentang obstruksi usus. Yang paling bermanfaat adalah pemeriksaan dengan enema barium, yang dapat menentukan tempat dan kadang-kadang etiologi obstruksi colon
     Diagnosis Banding
Ileus paralitik, pada ileus paralitik nyeri yang ditimbulkan lebih ringan tetapi konstan dan difus. Pada pemeriksaan fisis didapatklan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan tidak dapat terdengar sama sekali. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal ( nyeri tekan dan nyeri lepas ).

Pada foto rontgen ketika terjadi obstruksi pada usus, kedua cairan dan udara (gas) yang terkumpul didalam usus menunjukkan gambaran yang dinamakan “air fluid levels”.
Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan Ct-scan abdomen


             Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan (infus dengan larutan yang mengandung kalium, natrium, dan klorida), menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan dekompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Bersama dengan intervensi bedah, penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus maupun dekompresi traktus gastrointestinalis dengan sonde yang ditempatkan intralumen, merupakan tujuan primer terapi dalam obstruksi usus. Dekompresi pipa gastrointestinalis diindikasikan untuk dua alasan :
(1)   Untuk dekompresi lambung sehingga memperkecil kesempatan asprasi isi usus
(2)   Membatasi masuknya udara yang  ditelan ke dalam saluran pencernaan, hingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan ancaman vascular.

Operasi
Operasi dini setelah dekompresi dengan penggantian cairan dan elektrolit dilakukan untuk mencegah komplikasi sepsis sekunder terhadap strangulata atau ruptur usus. Sehingga obstruksi yang dicurigai disertai dengan jenis strangulasi atau gelung tertutup maupun jenis colon, mempunyai prioritas bedah tinggi. Tindakan yang terlihat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa kategori.
1.      lisis pita lekat atau reposisi hernia
2.      pintas usus
3.      reseksi dengan anastomosis
4.      diversi stoma dengan atau tanpa reseksi

Perawatan pasca operasi mencakup cairan dan elektrolit rumatan, antibiotik dan dekompresi. Pada ileus paralitik pasca operasi dapat diberikan sisaprit dan metoklorpramid yang bermanfaat untuk gastroparesis.

     Prognosis
Nonstrangulasi obstruksi mempunyai suatu angka kematian sekitar 2 %, banyak terjadi pada orang tua. Obstruksi strangulata mempunyai tingkat kematian kira-kira 8 % jika operasi dilakukan dalam 36 jam setelah gejala timbul dan 2 % jika operasi ditunda lebih dari 36 jam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar