( Wound Healing )
Definisi luka
Luka adalah suatu diskontinuitas
jaringan.
Tipe Penyembuhan Luka
1. Primary Healing
· Terjadi
jika luka ditutup dalam beberapa jam setelah trauma
· Ditutup
menggunakan jahitan atau cara lain
2. Delayed Primary
Healing
· Luka
yang terkontaminasi dibiarkan terbuka untuk mencegah infeksi.
· Penutupan
dilakukan setelah mekanisme pertahanan tubuh berjalan.
· Setelah
3-4 hari, fagositosis dan angiogenesis terjadi.
· Sel-sel
inflamasi muncul untuk membunuh bakteri.
3. Secondary Healing
· Luka
dibiarkan menutup sendiri oleh proses kontraksi dan epitelialisasi.
· Myofibroblast
berperan dalam proses kontraksi.
4. Partial Thickness
Healing
·5 Merupakan luka yang hanya melibatkan lapisan
ephitel dan dermis superfisial.
·6 Proses penyembuhan hanya epithelialisasi
tanpa adanya kontraksi.
Proses
penyembuhan luka sebagai usaha tubuh memperbaiki jaringan yang rusak dapat
dibagi menjadi 2 tipe:
1. Penyembuhan
luka yang bersifat spesifik, dimana hasil akhir berupa jaringan
yang secara biologis dan histologis sama dengan jaringan yang rusak sehingga
dapat berfungsi persis seperti semula. Hal ini dikenal dengan nama regenerasi.
2. Penyembuhan
luka yang bersifat tidak spesifik, dimana hasil akhir berupa
jaringan yang secara biologis dan histologis tidak sama dengan jaringan yang
rusak, sehingga tidak dapat diharapkan fungsi jaringan tersebut. Jaringan ini
disebut jaringan parut atau sikatriks.
Proses Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka pada umumnya
terdiri dari 3 fase, yang secara biologis sebenarnya batasannya tak terlalu
jelas, yaitu:
1. Fase
Inflamasi, berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari
kelima.
2. Fase
Proliferasi (Fibroplasia), berlangsung dari akhir fase proliferasi
sampai kira-kira akhir minggu ketiga.
3. Fase
Remodeling, dapat berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun
dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap.
Fase Inflamasi
Bertujuan menghilangkan mikroorganisme yang masuk dalam
luka, benda-benda asing ataupun jaringan mati.
Terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1. Komponen vaskuler
·2 Segera setelah terjadi luka terjadi
vasokonstriksi transisional pada pembuluh darah selama 5 - 10 menit. Sesudah
itu terjadi vasodilatasi, penambahan aliran darah, peningkatan permeabilitas
vena.
·3 Plasma yang mengandung elektrolit dan
molekul-molekul besar keluar dari vaskuler dan masuk ke rongga luka ð
Oedem
·4 Perubahan-perubahan ini terjadi atas pengaruh
substansi yang dilepaskan di daerah luka yaitu histamin, dan serotonin.
2. Komponen hemostatika
·3 Bersamaan dengan vasokonstriksi terjadi juga
pengerutan ujung pembuluh darah yang putus (retraksi) dan lumennya tertutup.
·4 Terbentuk fibrin yang berisi trombosit,
eritrosit dan leukosit.
·5 Hemostasis terjadi karena trombosit yang
keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin
yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah dan pembuluh
limfe.
·6 Obstruksi pembuluh limfe mencegah penyebaran
cairan dari daerah luka, sehingga reaksi inflamasi terlokalisir.
·7 Pada infeksi streptokokus terjadi
fibrinolisis sehingga infeksi dan reaksi inflamasi cepat meluas ke bagian tubuh
lain.
8. Komponen seluler
·9 Respon seluler terjadi mulai 12 - 16 jam
sesudah leukosit meninggalkan pembuluh darah.
·10 Leukosit meninggalkan
pembuluh darah dengan jalan diapedesis, bergerak aktif ke daerah luka karena
daya kemotaktif.
·11 Leukosit menghasilkan
enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka.
·12 Pada awal proses, PMN
> MN, tetapi karena umur PMN lebih pendek, maka pada akhir fase inflamasi MN
lebih banyak.
·13 Jika PMN mati,
enzim-enzim intrasel dan debrisnya dilepaskan ke dalam luka menjadi eksudat
atau pus.
Fase
inflamasi ini disebut juga fase lambat, karena reaksi pembentukan kolagen masih
sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
Fase Proliferasi (Fibroplasia)
Terdiri
dari 3 komponen pula, yaitu :
1. Komponen epitelisasi
·1 Terjadi migrasi dan proliferasi sel-sel
epitel yang berasal dari tepi luka serta appendices kulit yang terkena trauma,
bermigrasi ke jurusan luka, berproliferasi secara mitosis dan berdiferensiasi
menjadi sel-sel epitel dewasa.
·2 Proses ini berlangsung dalam 24-48 jam
setelah perlukaan.
·3 Sel-sel itu bermigrasi membentuk diri sebagai
lapisan tipis dan melekat pada substrat yang ada pada luka, lalu bermigrasi di
atas substrat itu dengan arah ke pusat luka.
·4 Migrasi terjadi dengan kontak langsung dan
berhenti jika terjadi kontak langsung dengan epitel lain sejenis, kemudian arah
gerakannya berubah ke arah lain selama masih ada daerah luka yang belum
tertutup sel epitel, hingga bersentuhan lagi dengan sel epitel lain, dan
seterusnya.
·5 Bersamaan dengan migrasi sel-sel luka,
sel-sel basal yang tidak terlepas dari membrana basalis, demikian juga dengan
sel-sel epitel dari appendices kulit yang terluka mulai bermitosis dan
menggantikan sel-sel yang bermigrasi tadi. Kalau seluruh permukaan luka sudah
tertutup epitel, sel-sel yang bermigrasi tadi mulai bermitosis sendiri dan
mempertebal lapisal epitelial.
2. Komponen Kontraksi Luka
·1 Tujuan utama adalah penutupan luka atau
memperkecil permukaan luka. Proses terjadinya kontrasi luka ini berhubungan
erat dengan proses fibroplastik.
·2 Pada tepi luka, fibroblas yang berasal dari
sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam
aminoglisin, dan prolin. Bahan-bahan tadi membentuk serat kolagen yang akan
mempertautkan tepi luka.
·3 Pada fase ini kolagen serat dibentuk dan
secara periodik diserap. Dengan cara ini kulit dan jaringan di bawah kulit
ditarik ke arah pusat luka. Sifat ini, bersama sifat kontraktil miofibroblas,
menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka
mencapai 25% jaringan normal.
·4 Kontraksi luka dipercepat prosesnya dengan
perawatan luka secara terbuka, dan akan dihambat oleh setiap jenis pembalut.
Demikian pula skin grafting menghambat kontraksi luka, bahkan full thickness
graft menghentikan sama sekali. Kortison juga menghentikan proses kontraksi
luka.
3. Reparasi Jaringan Ikat
·1 Pada fase ini biasanya defek jaringan pada
permukaan sudah ditutupi oleh sel-sel epitel, sedang pada bagian yang lebih
dalam fibroblast mulai bermigrasi ke dalam luka untuk mengawali sintesis
jaringan parut, kolagen primer, polisakarida dan protein.
·2 Luka dipenuhi oleh sel radang, fibroblast,
dan kolagen membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang
berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi, yang ditandai oleh
meningkatnya vaskularisasi di daerah ini karena dimulainya angiogenesis
(pembentukan kapiler-kapiler darah).
FASE REMODELING
·1 Fase ini dimulai pada hari ke-21, sesudah
jaringan parut selesai dibentuk.
·2 Pada fase ini terjadi proses pematangan yang
terdiri dari penyerapan jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya
gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk.
·3 Tubuh berusaha menormalkan kembali semua
proses abnormal karena proses penyembuhan. Oedem dan sel radang diserap, sel
muda menjadi matang, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai
dengan regangan yang ada.
·4 Selama proses ini dihasilkan jaringan parut
yang pucat, tipis, lemas serta mudah digerakkan dari dasar.
·5 Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit
mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal.
·6 Makin sedikit jaringan parut yang terbentuk,
makin cepat jaringan tersebut mendekati kekuatannya semula.
·7 Proses remodeling ini terjadi proses spontan
dan berlangsung berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar