Rabu, 29 Mei 2013

LUKA BAKAR



BAB I

      Pendahuluan

 

Trauma termis adalah kerusakan kulit (dapat disertai kerusakan jaringan dibawahnya) yang disebabkan oleh perubahan suhu. Trauma termis dapat berupa luka bakar (combustio), karena bahan kimia (cedera kimia), karena aliran listrik (electric trauma), karena dingin (sengatan dingin dan frostnip).

Luka bakar merupakan trauma yang cukup sering ditemui. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Karena morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi sehingga memerlukan penanganan yang intensif  dari awal sampai dengan fase lanjut.

Luka bakar  adalah luka yang terdapat adanya nekrosis koagulatif dari jaringan. Sehingga jika dilihat definisi  dari luka bakar maka trauma dingin dapat juga dimasukkan menjadi bagian dalam luka bakar.

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daeerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Luka bakar pada daerah peiineum, ketiakk, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, antara lain karena mudah mengalami kontraktur.

Dengan memperhatikan prisip-prinsip dasar resusitasi trauma pada umumnya dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka morbiditas dan mortalitas yang terjadi. Prisip-prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin terjadi akibat trauma. Tetapi prinsip utama penanganan trauma termal ini adalah menendalikan suhu tubuh  dan menjauhkan atau mengeluarkan penderita dari lingkungan  penyebab trauma panas.
 

BAB II

Pembahasan

Anatomi dan fisiologi kulit

Kult adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m² dengan berat kira-kira 15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi dalam keadaan iklim, umur, sex, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

Anatomi kulit secara histopatalogik

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :

1.       Lapisan  epidermis atau kutikel, terdiri atas : stratum korneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.

2.       Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) berisi :

a.        pars papilare : berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah

b.       pars retikulare : berisi serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. (kelenjar kulit)

3.      Lapisan subkutis terdiri atas : jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak, ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. 



 

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

 


Definisi

      Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan  dengan beberapa faktor, termasuk konduksi jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas dan pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas. Sedangkan tulang merupakan jaringan yamg paling tahan.

      Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44º C tanpa kerusakan bermakna. Antara 44º dan 51º C,kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Di atas 51º C, protein terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur diatsa 70º C menyebabkan kerusakan seluler yang sangat singkat yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan sirkulasi; tetapio pada rentang panas lebih tinggi, hal ini tidak efektif.

      Luka bakar terbentuk dari beberapa zona, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik kerusakan meksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis yang ditandai dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih dapat diselamatkan. Di sekeliling daerah stasis terletak daerah hiperemia, tempat sel kurang rusak dan dapat sembuh sempurna. Dengan pengeringan atau infeksi, sel pada daerah statis dapat hilang dan luka dengan kedalaman tidak penuh diubah menjadi kedalaman penuh. Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.

 

Diagnosis  luka bakar dapat ditegakkan berdasarkan :

  1. kedalaman
  2. luas
  3. penyebab
  4. lokasi

 

 

     

Menurut kedalamannya luka bakar dibagi atas 3 derajat :

 

*      Derajat 1

§   Luka bakar hanya mengenai epidermis

§   Sifat luka bakar : eritema, kerusakan jaringan dan edema minimum.

§   Ditandai dengan kemerahan dan setelah 24 jam timbul gelembung yang kemudian kulit mengelupas.

§   Kulit sembuh tanpa cacat.

 

*       Derajat 2

§   luka bakar mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut.

§   Ditandai dengan adanya vesikula / bulla disertai pembengkakan disekitarnya.

§   Sembuh dalam waktu 5-7 hari.

§   Dalam fase penyembuhan akan tampak daerah bintik-bintik biru dari sebasea  dan akar rambut. Dibagi menjadi 2 :

1.     Superficial :

v  mengenai epidermis dan lapisan atas dari korium.

v Akan sembuh dalam 2 minggu

v Sering disebabkan air panas, atu flash burn akibat ledakan.

v Gejala dan tanda : kemerahan/bertitik, blister, bengkak, nyeri sensitif terhadap udara.

v Sembuh tanpa terbentuknya sikatriks.

2.     Dalam :

v sisa-sisa epitelial tinggal sedikit

v penyembuhan melalui jaringan granulasi tipis, dan akan ditutup oleh epitel yang berasal dari dasar luka selain dari tepi luka.

v Kerusakan seluruh lapisan kulit, ujung saraf dan subkutan.

v Disebabkan api, kontak lama dengan cairan panas, kontak dengan benda panas, listrik.

v Gejala dan tanda : pucat, keputihan, seperti perkamen, kulit terbuka tampak lemak, permukaan kering, tidak nyeri sensorik hilang, edema.

v Penyembuhan lebih lama 3-4 minggu.

 

*      Derajat 3

§   Luka bakar mengenai seluruh tebalnya kulit atau mengenai juga lapisan dibawah kulit seperti subkutan, otot dan tulang.

§   Tampak epitel terkelupas, dan daerah putih karena koagulasi protein dermis. Dermis yang terbakar kemudian mengering dan menciut disebut eskar. Bila eskar melingkar akan menekan arteri, vena dan saraf perifer sehingga pada awalnya akan muncul gejala kesemutan.

Setelah minggu ke dua eskar mulai lepas karen alesi berbatasan dengan jaringan sehat kemudian tampak jaringan granulasi dan memerlukan penutupan dengan jaringan parut yang menebal dan menyempit, keadaan seperti ini disebut dengan kontraktur.

 

 

Perbedaan
Derajat 2
Derajat 3
Penyebab
Suhu dan lama kontak sedang
Suhu dan lama kontak lama
Bila epitel lepas, warna kulit
Merah
Putih pucat
Rasa sakit
+
-
Penyerapan warna
+
-
Penyembuhan
-          Superficial : 2-3 minggu
-          Dalam : 3-4 minggu
Melalui jaringan granulasi.

 

Pembagian menurut luas luka bakar :

 

Dewasa ("rule of nine") Wallace :

Kepala dan leher                                     :    9 %

Dada dan perut                                       :  18 %

Punggung hingga bokong                       :  18 %

Anggota gerak atas masing-masing         :    9 %

Anggota gerak bawah masing-masing    :  18 %

Perineum dan genitalia eksterna :    1 %

 

 

Anak (rumus 10-15-20) Lund and Browder

Kepala dan leher                                     :   15 %

Ektremitas atas kanan dan kiri                :  2 x 10 %

Badan depan dan belakang                     :  2 x 20 %

Ektremitas bawah kanan dan kiri            :  2 x 15 %

 

 

Bayi (rumus 10)

Kepala dan leher                                     :  20 %

Ektremitas atas kanan dan kiri                :  2 x 10 %

Badan depan dan belakang                     :  2 x 20 %

Ektremitas bawah kanan dan kiri            :  2 x 10 %

 

Cara perhitungan yang lain : seluas telapak tangan penderita = 1 %

 

 

Klasifikasi Luka Bakar :

 

    1. Berat atau kritis, bila :

v  Derajat 2 dengan luas lebih dari 25 %

v  Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atu terdapat di muka, kaki, dan tangan.

v  Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau fraktur

v  Luka bakar akibat listrik.

 

    1. Sedang, bila :

v  Derajat 2 dengan luas 15-25 %

v  Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %, kecuali muka, kaki, tangan, mata, dan telinga.

                 

    1. Ringan, bila :

v  Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %

v  Derajat 3 kurang dari 2 %

 

 

 

Indikasi rawat inap

 

*      Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada orang dewasa.

*      Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.

*      Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan, kaki, atau perineum.

 

 

Patofisiologi

 

Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bulla dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bulla yang terbentuk pada luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3. dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dapat dijumpai pada fase awal/akut/syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.

Bila luas luka bakar kurang dari 20 % biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya  tetapi bila diatas 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di muka, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terisap. Udem yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang timbul adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun yang lain. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis.

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau anti biotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kuman banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.

Pada awalnya infeksi biasanya disebabkan oleh kokus gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Keadaan ini disebabkan oleh trombosis; kuman menimbulkan vaskulitas pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar sehingga jaringan tersebut mati.

Bila luka bakar dibiopsi eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman gram pisitif seperti stafilokokus atau basil gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di darah.

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Akibat luka bakar derajat II yang dalam mungkin terjadi parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku, dan secara estetik sangat jelek.

Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian, maka fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut peristaltis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.

Stres atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama denga gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak curling. Yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme, sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari bpembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. Dengan demikian korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.

 

 

Terapi

            Tindakan yang pertama kali dilakukan seperti setiap penderita trauma, di tempat kejadian adalah mematikan api misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar,berguling-guling di tanah untuk mencegah meluasnya pakaian yang terbakar, menceburkan diri ke air dingin,dll. Semua tindakan dilakukan dengan prinsip untuk  mempersingkat kontak korban dengan sumber yang menyebabkan luka bakar.

            Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbaka selama 15 menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk mempertahankan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.

            Pertolongan pertama setelah sumber panas di padamkan, disingkirkan, atau dihilangkan, terdiri dari merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiraminya dengan air mengalir selama 15 menit.

            Prisip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.

            Pada penderita luka bakar berat,selaian penanganan umum seperti pada luka bakar ringan,maka hal yang pertama kali harus diperhatikan adalah  airway, breathing, circulation pasien jika perlu dilakukan resuitasi segera.

Airway : bila pasien menunjukan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Bila terjadi udem laring dipasang pipa endotrakeal atau trakeostomi.

Breathing : jika ad gejala gangguan breathing yang bisa disebabkan keracunan CO maka diberikan oksigen murni.

Circulation : bila ada tanda-tanda syok, segera di resusitasi.

            Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan atau toksoid. Analgesik diberikan jika penderita kesakitan.

 

 

Pemberian cairan intravena

Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.

 

 Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan :

  1. Cara Evans :

a.       Luas luka bakar (%) x  berat badan (Kg) à ml Nacl / 24 jam

b.      Luas luka bakar (%) x  berat badan (Kg) à ml plasma / 24 jam

c.       2000 cc Glukosa 5 % / 24 jam

 

Hari pertama : separuh dari jumlah a + b + c diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Hari kedua :  setengah dari jumlah cairan hari pertama

Hari ketiga :  setengah jumlah cairan hari kedua

 

Penderita mula-mula dipuasakan karena peristaltik usus terhambat pada keadaan presyok, dan mulai di berikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali. Jika diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi bahkan dihentikan.

 

Keterangan :

 

a dan b : pengganti cairan yang hilang akibat edema.

Plasma diperlukan untuk :

*      mengganti plasma yng keluar dari pembuluh darah

*      meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan cairan keluar

*      juga berfungsi untuk menarik kembali cairan yag telah keluar dari intravaskular.

 

  1. Cara Baxter

 

Luas luka bakar (%) x brat badan (Kg) x 4 ml

 

Cara pemberian :

*      Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama

*      Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

*      Heri pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan Ringer Laktat karena defisit ion Na.

*      Hari kedua diberikan setengah dari hari pertama.

 

Pemberian dapat ditambah jika perlu umpamanya bila penderita dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang.

 

Jumlah produksi urin normal

            Penting diketahui sebagai acuan untuk mengetahui apakah pengobatan cairan memadai atau tidak.

 

Produksi urin normal

*      Dewasa           : 0,5-1 cc / Kg BB / jam

*      Anak-anak       : 1 cc /  Kg BB / jam

*      Bayi                 : 2 cc / Kg BB / jam

 

Hal-hal yang perlu dimonitoring pada penderita luka bakar :

*       Pengukuran tensi, nadi, dan frekuensi nafas.

*       Pemasagan kateter buli-buli untuk mengukur produksi urin per jam

*       pemasangan kateter pengukuran tekanan vena

*       pemeriksaan haemoglobin dan hematrokrit

*       analisis gas darah.

 

 

Hal-hal yang perlu diberikan pada penderita luka bakar :

*      Antibiotik sistemik spektrum luas untuk mencegah infeksi. ( diberikan berdasarkan kultur dan resistensi ).

*       Obat suportif diberikan secara rutin :

-          Vitamin A,B, dan D

-           Vitamin C 500 mg

-           FE sulfat 500 mg

*       Antasid diberikan untuk pencegahan tukak stres.

*       Antifiretik diberikan jika suhu tinggi.

*      Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme yaitu sebanyak 2500-3000 kalori / hari dengan kadar protein yang tinggi. Makanan diberikan melalui pipa lambung  atau ditambah dengan nutrisi parenteral.

*      Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai

*      Penderita harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1 ml / Kg BB / jam.

Jaingan parut yang membentuk kontraktur merupakan jaringan granulasi. Semakin dalam luka bakar, dan semakin lama tidak dilakukan grafting, semakin banyak jaringan granulasi, maka jaringan parut semakin buruk, sehingga resiko kontraktur semakin besar. Karena itu lakukan grafting secara dini.

 

Posisi perawatan untuk mencegah kontraktur :

o     Ekstensi leher dengan bantal atau collar

o     Ekstensi pergelangan tangan

o     Jika axilla terbakar abduksi lengan 90º

o     Jika fossa kubiti terbakar ekstensikan siku 180º

o     Bidai ekstensi pergelangan tangan

o     Abduksi paha 15-20º

o     Ekstensi sendi paha dan lutut

o     Pergelangan kaki 90º

 

Perkembangan kontraktur pada luka bakar harus dicegah pada tahap dini.

 

Pengobatan lokal dan perawatan luka bakar :

 

Luka bakar derajat I dan II yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Pada luka yang lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringn kulit yang mati. Dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup.

 

Keuntungan perawatan terbuka :

o  Mudah dan murah.

o  Luka tetap dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.

o  Inspeksi dan pemeriksaan selalu dapat dilakukan.

o  Sesuai dengan bagian tubuh yang sukar dibalut (wajah,perineum,bokong).

 

Kerugian perawatan terbuka :

o  Bila digunakan obat tertentu misalnya nitras argenti alas tidur menjadi kotor.

o  Tidak enak untuk dipandang, karena luka tampak kotor.

 

Perawatan tertutup : dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan agar luka tidak terkontaminasi, tetapi ditutup dengan cukup longgar sehingga masih bisa berlangsung penguapan.

 

Keuntungan perawatan tertutup :

o   Luka tampak rapi.

o   Terlindung dan enak bagi penderita.

 

Kerugian perawatan tertutup :

o  Diperlukan tenaga dan dana lebih banyak

o  Suasana yang lembab dan hangat memungkinkan kuman untuk berkembang biak.

 

 

Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan,salep atau krim.

o  Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kassa (tulle).

o  Antiseptik

§   Betadine atau nitras argenti 0,5 %

§   Zilvesulfadiazin dalam bentuk krim 1 %

Þ     Bakteriostatik

Þ     Daya tembus cukup

Þ     Efektif untuk semua kuman

Þ     Tidak menimbulkan resistensi

Þ     Aman

 

Pada luka bakar derajat II sebaiknya keropeng dibiarkan menjadi kering. Keropeng ini akan terlepas sendiri seperti kulit ular setelah 7-12 hari. Pada waktuitu kulit dibawahnya sudah sembuh.

 

Pada luka bakar derajat III sebaiknya keropeng dibiarkan menjadi kering selama 10-18 hari. Kemudian keropeng dapat dilepaskan dan dilakukan cangkok kulit.

 

 

Tindakan bedah

 

Pengangkatan keropeng atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan keropeng, dan pembengkakan yang terus berlanjut dapat membahayakan sirkulasi (menekan organ-organ yang ada didaerah sekitarnya) yang dapat menyebabkan bagian distalnya mati.

Tanda-tanda dini dari penjepitan ini berupa : nyeri kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas.

 

Deberidement diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan eksisi tangensial. Keadaan ini dilakukan setelh keadaan penderita stabil.

 

Penutupan luka bakar dengan bahan biologis (kulit mayat, kulit kulit binatang atu amnion manusia) dianjurkan jika transflantasi denang kulit penderita mengalami kesulitan. Bahan tersebut berfungsi sebagai pencegah infeksi, penghalang penguapan berlebihan, dan mengurangi nyeri.

 

Penyulit yang ditakuti pada penderita luka bakar : 

v  Infeksi dan sepsis

v  Oligouria dan anuria

v  Udema paru

v  Anemia (terjadi karena destruksi eritrosit yang terbakar, depresi sumsum tulang karena sepsis, perdarahan pada luka saat penggantian pembalut).

v  Kontraktur

 

Permasalahan pasca luka bakar yang terjadi adalah akibat dari jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabakan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali terutama bila parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.

            Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan rasa percaya diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi terutama jika cacat menaenai wajah atau tangan.

            Bila luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis, pnemonia, atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma.

 

Tahap-tahap yang  dilakukan pada luka bakar

 

1.  Tindakan segera pada luka bakar

Airway

    Bila ditemukan tanda-tanda dibawah ini harus dicurigai adanya trauma inhalasi. Keadaan tersebut memerlukan pertolongan segera dan penanganan definitif, termasuk dalam hal airway. Bila terdapat trauma inhalasi harus dilakukan rujukan ke pusat rumah sakit luka bakar. Terdengarnya stridor adalah indikasi untuk intubasi endotrakeal.

 

Tanda klinis trauma inhalasi :

v   Luka bakar wajah

v   Hangusnya alis mata dan bulu hidung

v   Adanya timbunan karbon dan adanya tanda-tanda inflamasi akut didalam orofaring.

v   Sputum yang mengandung arang atau carbon

v   Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api

v   Ledakan yang menyebabkan trauma luka bakar pada kepala dan badan

v   Kadar karboksi hemoglobin > 10 % setelah berada dalam lingkungan api.

 

Menghentikan proses luka bakar

Semua pakaian yang dipakai harus segera dilepaskan

Pemberian cairan infus

Cari vena yang dapat digunakan untuk infus menggunakan jarum F16.

 

2.   Penilaian penderita luka bakar

   Anamnesis

v  riwayat luka bakar, cedera ikutan

v  riwayat penyakit yang sedang diderita

v riwayat alergi

v riwayat imunisasi tetanus

Luas luka bakar

Kedalaman luka bakar

 

3.   Stabilisasi penderita luka bakar

  1. Airway
  2. Breathing

v  Trauma bakar lansung menyebabkan udem / obstruksi dari saluran nafas atas.

v  Inhalasi dari hasil-hasil pembakaran yang tidak sempurna dan asap beracun.

v  Keracunan monoksida.

C.        Volume sirkulasi

             Pengukuran produksi urine / jam

D.       Pemeriksaan fisik

v   Tentukan luas dan dalamnya luka bakar

v   Periksa apakah ada cedera ikutan selain luka bakar

v   Tentukan berat badan penderita

E.        Catatan urutan penanganan ( Flow sheet )

F.         Pemeriksaan lain yang diperlukan

v  Darah

-          Darah lengkap

-          Golongan darah beserta pemeriksaan lainya ( cross-match )

-          Kadar HB CO

-          Gula darah

-          Elektrolit

-          Tes kehamilan pada wanita usia subur

-          Analisis gas darah / Astrup

v   Pemeriksaan radiologi : foto Thoraks

G.       Luka bakar melingkar pada ( circumferential ) pada ektremitas :

Upaya menjamin sirkulasi perifer

1.      Lepaskan seluruh perhiasan yang dipakai

2.      Nilai keadaan sirkulasi distal à sianosis,gangguan pengisian kapiler, gangguan neurologis yang progresiv ( misalnya parestesia,nyeri bagian dalam )

3.      Gangguan sirkulasi pada luka bakar ekstremitas dapat dihilangkan dengan eskhartomi (konsultasi dengan ahli bedah)

4.      Fasotomià diperlukan jika luka bakar disertai fraktur, trauma tekan (crush injury),trauma listrik atau trauma bakar yang melukai jaringan bawah fasia.

H.       Pemasangan pipa lambung

Bila penderita muntah-muntah, kembung, luka bakar melebihi 20 %.

I.           Obat-obatan narkotika, analgetik, dan sedativa.

  Gelisah karena hipoksemia dan hipovolemia serta nyeri.

J.          Perawatan luka

Luka derajat II sangat nyeri, terutama bila terhembus angin.

-          penutupan luka dengan kain bersih

-          jangan pecahkan bulla atau vesikel

-          jangan berikan zat-zat antibiotik topikal

-          jangan kompres air dingin karena dapat menyebabkan hipotermia

K.        Antibiotika

Diberikan hanya bila terjadi infeksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar