KULIT
Struktur dasar dan fungsinya
Kulit terdiri dari dua lapisan : epidermis dan dermis. Dibawahnya terdapat jaringan subkutan yang disebut subcutaneous tissue, yang berhubungan
dengan subkutis atau Fatty panniculus.
Epidermis adalah lapisan terluar
yang langsung berhubungan dengan lingkungan. Dibentuk oleh sel – sel yang
tersusun beraturan disebut keratinosit,
yang berfungsi untuk mensintesis keratin, sebuah protein dengan struktur
panjang yang memberikan fungsi perlindungan ( protective ).
Dermis adalah lapisan yang berada di
bawah epidermis. Tersusun terutama oleh kolagen, protein berbentuk fibril. Lapisan
dermis berada di atas panniculus atau subkutis, yang sebagian besar terdiri
dari lobus – lobus dari liposit atau sel – sel lemak ( Lipocytes ).
Inflamasi biasanya di mulai dibagian
dermis atau lemak subkutan, tapi dapat menyebar dengan cepat ke lapisan yang
lain, juga ke epidermis. Pada psoriasis, eritema ( diawali dengan vasodilatasi
pada dermis ) segera diikuti proses di epidermis berupa percepatan proliferasi
keratinosit menyebabkan kornifikasi cepat. Sel – sel yang mengalami kornifikasi
tersebut menumpuk di permukaan sebagai skuama. Reaksi alergi terhadap beberapa
bahan yang ditelan,contohnya makanan atau obat, dapat menyebabkan inflamasi di dermis,
melalui ektasia ( dilatasi ) dari pembuluh darah dan munculnya berbagai jenis
sel darah putih yang berjalan melalui berkas – berkas kolagen. Suatu inflamasi
lemak subkutan yang spesifik dapat terjadi oleh karena pelepasan enzim ke
sirkulasi darah umum yang merupakan akibat sekunder dari pankreatitis atau
karsinoma pancreas. Enzim – enzim ini melisis sel – sel lemak, menimbulkan
bentukan reaksi granulomatosa terutama mengenai lobus – lobus lemak.
Neoplasma jinak dan ganas dari kulit
seperti inflamasi , pada dasarnya mengenai satu dari tiga lapisan anatomis.
Mereka menyebabkan proliferasi otonom dari sel yang spesifik dan dapat dilihat
dengan jelas bila sel kulit yang spesifik tadi diperiksa lebih teliti. Semua
bagian kulit terdiri dari 3 lapisan anatomi ini, walaupun ada perbedaan
ketebalan di tempat yang bervariasi. Lapisan epidermis paling tebal pada bagian
telapak tangan dan telapak kaki, kira – kira 1,5 mm. Lapisan epidermis sangat
tipis pada kelopak mata kurang dari 0,1 mm. Lapisan dermis tebal pada bagian punggung,
ketebalannya mencapai 30 – 40 kali dari epidermis diatasnya. Jumlah lemak subkutan
lebih banyak di daerah abdomen dan pantat, sedangkan pada hidung dan sternum
jumlahnya lebih sedikit.
EPIDERMIS
Pada minggu-minggu pertama kehidupan
fetus, epidermis hanyalah berupa sebuah lapisan yang tipis, sel - sel yang
tidak berdiferensiasi , yang kemudian menjadi karakteristik dari keratinosit.
Struktur adneksa yang terutama merupakan folikel dan unit kelenjar keringat
ekrin, terbentuk pada bulan ketiga dari pertumbuhan fetus, berasal dari
epidermis yang tumbuh ke bawah ( Down Growth ). Kemudian kelenjar apokrin
berkembang dari bagian atas epitel folikular dan kelenjar sebaseus serta duktus
dari bagian tengah folikel. Perkembangan struktur adneksa pada bagian kulit yang
spesifik seperti variasi tempat pada ketebalan daripada ketiga lapisan kulit
diatur secara genetik.
Lapisan epidermis pada orang dewasa
terdiri dari tiga sel dasar : keratinosit,
melanosit, dan sel langerhans. Dua sel tambahan adalah sel dendrit indeterminan dan sel Merkel, kadang – kadang dapat
ditemukan di epidermis, di bawah permukaan epidermis dan mukosa oral. Sel
dendrit indeterminan dapat kita kenali dengan menggunakan mikroskop elektron
dan ditandai dengan tidak adanya melanosom dan granula - granula Langerhans.
Sel Merkel yang terletak tepat diatas
membran basalis mengandung intrasitoplasmik neurosecretory like
granules dan melalui hubungannya dengan neurit, diperkirakan dapat
meneruskan sensasi sentuhan.
KERATINOSIT
Keratinosit atau sel skuamosa adalah
sel utama dari epidermis. Ia adalah sel yang berasal ektodermal yang mempunyai
fungsi khusus yaitu memproduksi keratin, sebuah filamen protein kompleks yang
tidak hanya membentuk lapisan permukaan ( stratum korneum ) dari epidermis tapi
juga struktur protein dari rambut dan kuku. Epidermis dapat dibagi menjadi zona
– zona berikut ini : stratum basalis , stratum spinosum,stratum
granulosum,dan stratum corneum. Pembagian ini menunjukkan perubahan
penampilan dari keratinosit yang berdiferensiasi menjadi sel yang mengalami
kornifikasi.
Sel
basal mengalami proliferasi, diferensiasi dan berpindah ke atas melewati
seluruh ketebalan epidermis. Sebanyak 50 % dari sel basal tidak mengikuti
siklus. Pada saat mengalami proliferasi dan naik menjadi epidermis, keratinosit
juga berubah secara morfologi. Keratinosit menjadi lebih gepeng dan akhirnya nukleusnya menghilang dan kemudian
disebut sel tanduk.
Seperti
halnya terdapat variasi ketebalan dari lapisan anatomi kulit ( epidermis,
dermis ) dan subkutis, begitu juga pada epidermis terdapat perbedaan ketebalan
di tempat yang berbeda. Stratum korneum dan lapisan granuler paling tebal pada
telapak tangan dan telapak kaki, dan
sebenarnya hampir tidak ada pada kulit yang lembut pada otot fleksor di lengan
bawah dan abdomen. Lapisan basal pada umumnya merupakan sebuah sel yang tebal
di bagian kulit manapun. Proses keratinisasi tidak diketahui secara pasti. Matoltsy
mengemukakan bahwa keratinosit melewati fase sintetik dahulu kemudian ke fase
degradasi untuk berubah menjadi sel tanduk. Pada fase sintetik, keratinosit terkumpul
di dalam filamen-filamen intermediet sitoplasma
yang terbentuk dari protein fibrous yang tersusun dalam bentuk Alpha
heliks. Tonofilamen–tonofilamen ini membentuk suatu berkas yang berkumpul dan
berakhir di membran plasma, terikat pada suatu cakram yang disebut desmosom.
Membran
plasma dari sel – sel yang berdekatan dipisahkan oleh ruang interselular.
Penelitian menggunakan mikroskop
electron histokimia menunjukkan bahwa ruang interselular ini terdiri dari
glikoprotein dan lipid yg mungkin ikut berperan dalam kohesi selular. Granula
lamellar berfungsi pada ruang ini, terutama pada perbatasan dari lapisan
granular dan lapisan konified cell.
Keratinosit
dari zona granular selain system filament keratin terdiri dari granula - granula keratohyaline,
terbentuk dari bahan partikel amorf dengan kandungan protein-sulfur yang
tinggi. Bahan ini merupakan precursor dari filaggrin, dinamakan seperti itu
karena mungkin bertanggung jawab atas agregasi filamen keratin. Perubahan
menjadi proteuin interfilamen dari keratin epidermal yg matur. Organel –
organel yg menyerupai lamellar yg disebut Odland
bodies, juga berfungsi sebagai membrane pelindung granul atau keratinosom sering ditemukan di interselular
pada keratinosit bagian atas dan di extracellulary pada junction antara granula
dan lapisan horn. Penampakan mereka di extracelluar bertepatan dengan fase
degradasi dari keratinisasi yg ditandai dengan hilangnya organel – organel sel
dan konsolidasi seluruh isinya menjadi campuran dari filament – filament dan
bahan – bahan amorf yang dibatasi oleh membrane sel yg tebal ( sel horn dari
stratum korneum ). Mereka membentuk suatu barrier terhadap kehilangan air dan
dengan fillagrin memediasi kohesi dari sel stratum korneum.
Keratinosit
mempunyai peran pada fungsi imun dari kulit. Pada penyakit tertentu seperti
lichen planus, dermatitis alergi kontak, mycosis fungoides, dan
graft-versus-host disease, keratinosit dapat memperjelas Antigen Ia.
Antigen ini dapat memungkinkan mereka berperan serta dalam komunikasi,
interaksi dan regulasi dari system sel
yg berkolaborasi dalam induksi dari respon imun. Dan juga, keratinosit dapat
melepaskan interleukin-1 atau derivate dari sel epidermal timosit activator factor
( ETAF), yang menyediakan signal kedua ( yg pertama antigen ) yg penting untuk
aktivasi sel T.
Fibronectin yg ditemukan pada tahun
1985 sebagai protein pengikat fibroblast, terakhir diketahui sangat penting
untuk keratinosit shg ia dapat melekat satu dengan yg lain dan kemudian
meyebar; mereka memproduksinya dan memindahkannya. Fibronectin timbul banyak
sebelum basement membrane terbentuk.
Bermacam
– macam penyakit kulit merupakan manifestasi dari keratinisasi abnormal.
Psoriasis ditandai dengan tranformasi cepat yg abnormal dari sel basal menjadi
sel horn. Dibandingkan dengan waktu transit normal mereka 26 – 42 hari, pada
penyakit ini sel basal hanya membutuhkan waktu 3 atau 4 hari untuk berubah
menjadi sel horn. Kehilangan daya kohesi pada keratinosit mengakibatkan
terjadinya lesi bula – bula dari pemphigus. Ikatan desmosom antar keratinosit
terganggu ( akantolisis ) dan sel menjadi terpotong dan terpisah satu dengan yg
lain. Proses patologis ini berhubungan dengan timbulnya sirkuklasi antibody
secara langsung pada perlekatan ini. Dalam folikel pemphigus mereka terikat
secara specific pada desmoglein I, sebuah desmosom berinti glikoprotein. Sybert
et al telah mengetahui bahwa defek pada sintesis fillagrin berkorelasi dengan
timbulnya granula keratihialin dalam ichthyosis vulgaris.
MELANOSIT
Melanosit adalah sel yg memproduksi
pigmen di epidermis. Melanosit berasal dari neural crest dan dapat ditemukan
pada epidermis fetal saat minggu ke delapan dari perkembangannya. Pada
epidermis orang dewasa normal, melanosit terletak di lapisan basal dengan
frekuensi kira – kira satu tiap sepuluh keratinosit basal. Jumlah melanosit di
epidermis adalah sama tanpa memperhatikan ras atau warna kulit; lebih lagi
adalah jumlah dan ukuran dari melanosom atau pigmen granula, yg diproduksi
terus menerus oleh melanosit inilah yg menetukan perbedaan warna kulit setiap
ras.
Dalam pemeriksaan rutin secara
histology yg di warnai dengan hematoxylin dan eosin, melanosit nampak sebagai sel yg jernih ( bersih ) di dalam
lapisan basal dari epidermis. Penampilan dalam bentuk “ halo “ adalah sebuah
artefak yg disebabkan oleh pemisahan melanosit dari keratinosit terdekat selama
fiksasi dari specimen tersebut. Ini terjadi karena melanosit yg kekurangan
tonofilament tidak dapat membentuk
perlekata desmosom dengan keratinosit.
Melanosit
sebenarnya adalah sel dendrite, sebuah penampilan yg jarang terlihat terlihat
dengan mikroskop tingakt cahaya. Penelitian ultrastruktural dan kultur jaringan
menunjukkan bentukan seperti gurita ( octopus-like ) dari nmelanosit. Dendrit –
dendritnya memanjang dengan jarak yg cukup panjang didalam epidermis dan dengan
melanosit yg manapun yg berhubungan dengan sejumlah keratinosit yg banyak;
bersama – sama mereka membentuk yg kitga kenal dengan nama unit melanin
epidermal ( epidermal melanin unit ).
Walaupun
melanosit adalah pabrik pigmen untuk kulit, melanosom yg diproduksi terus
menerus dan di alirkan ke keratinosit terdekat yg berfungsi sebagai reservoir
pigmen di kulit. Melanosom dibuat di badan golgi dari sel dan melewati berbagai
macam tahapan dimana enzim tyrosinase bereaksi terhadap precursor melanin untuk
memproduksi pigmen bergranul yg halus. Sementara ini berlangsung melanosom
pindah ke ujung dari dendrite,
selanjutnya ia aka dialirkan ke kerarinosit terdekat dengan cara
apokopasi, sebuah fenomena dimana keratinosit memfagositosis dendrite dari
melanosit. Mekanisme perpindahan melanosom lain yg mungkin adalah injeksi
langsung dari melanosom ke keratinosit dan pelepasan melanosom ke extracellular
space diikuti oleh uptake dari keratinosit.
Melanosit
pada kulit yang gelap mensintesis lebih banyak melanosom dari pada kulit yang
putih ( lebih terang ). Ukuran melanosom adalah factor utama yang menentukan
bagaimana melanosom akan di distribusikan kedalam keratinosit. Melanosom yang
besar pada kulit yang gelap diedarkan secara individual ke dalam keratinosit,
melanosom yg lebih kecil pada kulit yg putih ( terang ) terbungkus di kompleks
membrane-bound dalam keratinosit. Paparan sinar matahari secara kronik ( lama )
dapat menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanosom yg lebih besar, maka
dari itu akan membuat distribusi melanosom dalam keratinosit individual
menyerupai pola yg terlihat pada kulit yg gelap.
Area
dari leukoderma atau “pemutihan” dari kulit dapat menimbulkan berbagai macam
fenomena. Pada vitiligo, kulit yg
terpengaruh menjadi putih karena hancurnya melanosit, hancurnya melanosit ini
menyebabkan pengurangan jumlahnya. Pada albinism,
jumlah melanosit normal. Tapi mereka tidak dapat mensintesis pigmen melanosom
yg utuh. Pada kasus – kasus awal pabrik pigmen sudah menghilang; kemudian
peralatan untuk mensintesis pigmen menjadi cacat.
Pigmentasi
di area local meningkat dapat terjadi karena banyak sebab. Bintikn – bintik
yang tipikal dapat timbul karena peningkatan produksi pigmen local oleh jumlah
melanosit yg normal. Nevi adalah proliferasi melanosit yg benign ( jinak ).
Melanoma adalah melanosit yg ganas. Sering kali lesi di kulit tidak berpigmen
karena hyperplasia atau hiperaktifitas dari melanosit. Lebih lagi mereka
diwarnai oleh pigmen dalam keratinosit. Keratosis Seborrhoik adalah contoh yg
umum daripada neoplasma epithelial berpigmen benign. Sebuah contoh dari
neoplasma epithelial malignant, epitelnya berpigmen tapi bukan karena
peningkatan jumlah relative dari melanosit, melainkan karena sel basal
karsinoma.
Sel Langerhans
Sel – sel langerhans secara normal
dapat ditemukan menyebar diantara keratinosit dari stratum spinosum, atau
lapisan sel prickle dari epidermis. Terdapat 3-5 % sel langerhans dari seluruh
sel yg terdapat di lapisan ini. Seperti melanosit, mereka tidak terhubung
dengan keratinosit terdekat oleh desmosom. Dengan menggunakan mikroskop cahaya
sel – sel Langerhans sulit di deteksi dengan pengecatan rutin ( biasa ), tetapi
mereka muncul menyerupai sel dendrite di bagian yg diresapi oleh klorida emas,
sebuah pengecatan spesifik untuk sel – sel langerhans. Walaupun begitu mereka
bisa di warnai dengan peroksidase berlabel antibody monoclonal OKT6, yang
mewarnai sel – sel langerhans dan juga sejumlah kecil sel intermediate yg tidak
mengandung granula - granula Birbeck. Secara ultrastruktural sel ini ditandai
dengan nucleus yg terlipat dan organel – organel intrasitoplasma yg jelas dan
biasa disebut Langerhans atau Granula Birbeck. Dalam perkembangan yg
sempurna organel – organel ini berbentuk batang – batang merah dengan vacuole
di satu sisinya dan menyerupai raket tennis.
Secara fungsional, sel – sel
langerhans berasal dari keturunan makrofag-monosit dan sumsum tulang. Mereka
berperan dalam induksi pada rejeksi graft, sensitisasi kontak primer, dan
pengawasan imun ( system imun ). Jika kulit kekurangan mereka karena paparan
radiasi ultraviolet, kulit akan kehilangan kemampuannya untuk sensitisasi
sampai sel – sel langerhans kembali terisi ( populasinya meningkat lagi ). Sel
Langerhans juga memproduksi sebagian interleukin-1, yang bertindak untuk
membantu pengaktifan sel-T seperti yg diproduksi oleh keratinosit.
Silberberg dan koleganya telah
menunjukkan bahwa sel – sel langerhans mempunyai peran penting dalam reaksi
imun terutama dari tipe hipersensitifitas tertunda, dermatitis alergi kontak.
Pertemuan Epidermal dan Dermal
Pertemuan
dari epidermal dan dermal dibentuk oleh zona membrane basement. Secara
ultrastruktur, zona ini tersusun dari empat komponen : Membran plasma dari sel basal dengan perlekatan spesifik mereka ( hemidesmosom ); sebuah zona
elektro-lusen yg disebut Lamina lucida;
Lamina basal ; Komponen - komponen fibrous yg berhubungan dengan lamina basal,
termasuk anchoring fibrils, mikrofibril – mikrofibril dermal, fiber - fiber
kolagen. Dengan menggunakan mikroskop cahaya, dengan PAS-positif membrane
basemen hanya terdiri dari komponen – komponen fibrosa, yg berasal dari dermal.
Basal lamina disintesis oleh sel – sel basal dari epidermis. Katz telah
meninjau dengan detail banyak lapisan komponen dari zona membrane basemen.
Termasuk diskusi mengenai ultrastruktural local dari variasi imunoreaksi dalam bula dermatosis
kronik. Zona membrane basemen dianggap sebagai “porous” ( menyerap / keropos )
filter semipermiabel yang memungkinkan pertukaran sel – sel dan cairan antara
epidermis dan dermis. Lebih jauh lagi ia berfungsi sebagai struktur penyokong
untuk epidermis dan penyatu antara epidermis dan dermis. Zone membrane basemen
berfungsi sama untuk bagian kulit tambahan ( anggota kulit yg lain ).
Tambahan Epidermal ( the adneksa ) /
Anggota epidermal yg lain
Ekrine
dan kelenjar apokrin serta duktus dan unit pilosebaseus merupakan bagian
tambahan dari kulit. Secara embriologi, mereka berasal dari penurunan
perkembangan epidermis dan merupakan asal dari ektodermal. Melanosit dan sel –
sel lain yg terlihat di epidermis dewasa dapat ditemukan bersama bagian
tambahan yg lain . Sementara bermacam – macam struktur tambahan mempunyai fungsi
- fungsi spesifik, mereka semua memiliki fungsi sebagai cadangan dari
epidermis.
Re-epitelisasi setelah cedera terhadap
permukaan epidermis terjadi karena migrasi keratinosit dari epitel adneksa
sepanjang permukaan kulit. Hal ini tidaklah mengejutkan, maka dari itu bagian
kulit seperti muka dan kulit kepala yg terdiri dari unit – unit pilosebasea
dalam suatu berkas, proses re-epitelisasinya berlangsung lebih cepat
dibandingkan dengan kulit di bagian punggung, dimana semua tipe adneksa
termasuk jarang. Karena bagian - bagian
yg berisi sejumlah adneksa juga diberikan jaringan yg kaya akan saraf –
saraf dan pembuluh darah di sekeliling dermis, penyembuhan luka pada umumnya
akan lebih cepat di daerah itu.
Unit Keringat Ekrin
Unit keringat ekrin terdiri dari
tiga bagian yg dimodifikasi dari struktur dasar tubular yg terbentuk selama
embryogenesis sebagai penurunan pertumbuhan dari lapisan epidermis. Komponen
intradermal dari unit tersebut, akrosirigium yg terbuka langsung menuju
permukaan kulit disebut spiral duct.
Merupakan keturunan sel duktus dermal
melalui mitosis dan migrasi berikutnya. Duktus tersebut terdiri dari sebuah
lapisan tunggal bagian dalam atau sel luminal dan dua atau tiga lapisan luar yg
berturut dari sel. Kornifikasi terjadi di dalam duktus tersebut dan sel – sel
horn menjadi bagian dari stratum korneum dari epidermis. Bagian dermal yg
sebenarnya terbentuk dari dua lapisan sel epitel kuboid dan dipisahkan oleh
kutikula eosinofil di masing sisi luminal.
Bagian sekresi acinar dari unit tersebut
atau koil kelenjar ( coil gland ) di temukan didalam pannikulus dekat
perbatasan antara dermis dan subcutan. Bagian dalam dari sel epidermis, bagian
sekresi dari kelenjar dikelilingi oleh sebuah lapisan yg rata oleh sel – sel
myoepithelial. Sel – sel sekretori mempunyai dua tipe : kaya glikogen dengan
sel pucat besar dan kecil, Sel – sel berwarna gelap. Sel – sel kaya glikogen
pucat dipergunakan untuk memulai pembentukan keringat. Sel – sel gelap bisa
berfungsi mirip seperti sel – sel pada duktus di dermal yg secara aktif
menyerap kembali ( reabsorbsi ) sodium, maka dari itu dapat memodifikasi
keringat dari yg sebenarnya solution isotonic menjadi solution hypotonic ketika
ia mencapai permukaan kulit. Keringat mirip dengan plasma dalam komposisinya, mengandung
elektrolit – elektrolit yg sama, walaupun dalam konsentrasi yg lebih encer.
Unit – unit keringat ekrin
sebenarnya ditemukan di seluruh bagian kulit. Mereka sangat banyak terutama di
telapak tangan, telapak kaki, kening dan aksila. Sekresi keringat tergantung
dari banyak factor dan di picu oleh inervasi kolinergik. Panas adalah stimulus
primer untuk peningkatan keringat, tetapi stimulus psikologikal lain termasuk stress emosional juga sangat
penting. Peningkatan produksi kerin gat sebagai respon dari panas adalah bagian
dari system termoregulasi tubuh yg secara bersamaan meningkatkan aliran darah
cutaneus, hal itu secara efektif dapat menghilangkan panas tubuh yg berlebihan.
Pada bagian yg sering bergesekan seperti telapakm tangan dan telapak kaki,
sekresi ekrin dilakukan untuk membantu agar sensisitif terhadap sentuhan dan
meningkatkan adhesi.
Unit Apokrin
Unit – unit apokrin dewasa
berkembang sebagai outgrowths, tidak pada permukaan epidermis, tapi di
infundibular atau bagian atas folikel rambut. Karena itu mereka berhubungan
erat dengan untuk unit – unit pilar setidaknya secara anatomi, jika bukan
secara fungsinya. Walaupun unit – unit apokrin immature di temukan menutupi
seluruh permukaan kulit fetus, hal ini akan berkurang dan hilang dengan sendirinya.
Bagian sekresi dari duktus yg
terbuka langsung ke bagian infundibular dari folikel rambut sebenarnya
terbentuk dari dua lapisan sel – sel epitel kuboid. Kelenjar sekretori yg
bergulung – gulung terletak di pertemuan antara dermisn dan lemak subcutaneous. Perbatasan ini dipisahkan
oleh lapisan tunggal dari sel – sel yg bervariasi di penampilannya dari
kolumnar ke kuboid. Lapisan ini sel – sel ini dikelilingi oleh sebuah lapisan
dari sel – sel myoepitel.
Pada bagian puncak dari sel – sel
kolumnar menonjol ke dalam lumen dari kelenjar dan secara potongan histologis
mereka seperti terdesak ( decaptation secretion ). Adanya kontroversi tentang
tentang model dari sekresi dalam sel – sel sekretori apokrin, apakah merokrin,
apokrin, holokrin atau ketiga - tiganya.
Komposisi dari produk sekresi hanya
dimengerti / diketahui sebagian. Protein, karbohidrat, amoniak, lemak dan zat
besi semuanya ditemukan didalam sekresi apokrin. Ia terlihat seperti susu dan
tidak berbau sampai ia mencapai permukaan kulit, dimana ia dirubah oleh bakteri
dengan suatu cara sehingga ia berbau.
Sekresi apokrin di mediasi oleh
inervasi adrenergic dan sirkulasi katekolamin dari adrenomedullary. Ekskresi
atau dorongan dari sekresi menuju ke duktus adalah berepisode walaupun sekresi
yg sebenarnya dari kelenjar secara terus menerus.
Sekresi kelenjar apokrin pada
manusia melayani fungsi yg tidak jelas; pada hewan ia mempunyai fungsi
protektif begitu juga fungsi sexual. Pada beberapa spesies adalah penting untuk
termoregulasi juga.
Walaupun kadang – kadang ditemukan
di lokasi ektopik, unit – unit apokrin dari tubuh manusia pada umumnya terdapat
di daerah – daerah berikut ini : aksila, areola, bagian anogenital, kanal
pendengaran luar ( kelenjar serumen ) dan kelopak mata ( kelenjar dari Moll ).
Kondisi seperti penyakit Fox-Fordyce dan hidradenitis supuratif, secara
tradisional di kira sebagai disfungsi dari kelenjar apokrin, sepertinya
berhubungan secara etiologi dengan komponen – komponen ekskresi dari unit –
unit apokrin contohnya duktus apokrin dan unit – unit pilr yg berhubungan,
daripadda abnormalitas manapun dalam sekresi apokrin per se.
Folikel Rambut
Selama
proses embryogenesis, sel – sel mesenkimal pada dermis fetal berkumpul sesegera
mungkin dibawah lapisan basal dari epidermis. Kuncup – kuncup epidermal tumbuh
ke bawah ke dalam dermis pada bagian ini. Folike – folikel yg sedang berkembang
membentuk suatu sudut terhadap permukaan kulit dan melanjutkan pertumbuhannya
ke bawah. Pada bagian dasarnya, kolom dari sel
- sel melebar dan mengelilingi sejumlah kecil dari sel – sel mesenkimal
dan membentuk suatu bentukan seperti bola lampu ( pentolan ). Rambut terbentuk
dari sel – sel tepat diatas bentukan lampu tersebut dimana juga memberikan
pertumbuhan terhadap zona konsentrik dari sel – sel epithelial yg
berdeferensiasi untuk membentuk lapisan dalam dan lapisan luar akar helai –
helai rambut. Sepanjang satu sisi dari folikel, dua kuncup terbentuk : Bagian
yg atas dimana ia akan berkembang menjadi kelenjar sebasea dan bagian yg bawah dimana
akan menjadi perlekatan untuk otot pili arrector. Pada bagian kulit yg nantinya
akan mempunyai unit – unit apokrin, kuncup epitel ketiga akan tumbuh atau
berkembang dari sisi folikel yg berlawanan diatas pengadaan ( anlage ) kelenjar sebasea. Bagian
paling atas dari folikel yg memanjang dari permukaan yg terbuka ke pintu masuk
dari duktus sebasea disebut segmen
infundibular. Bagian dari folikel yg antara duktus sebasea dan insersi dari
otot pili arrector disebut isthmus. Matriks atau bagian inferior, termasuk
bagian paling bawah dari folikel dan pentolan rambut.
Folikel
– folikel rambut berkembang sebanyak tiga folikel secara berurutan. Folikel –
folikel primer dikelilingi oleh dua folikel sekunder; dan folikel sekunder yg
lain kemudian tumbuh di sekeliling unit – unit utama. Sejalan dengan
perkembangannya densitas unit – unit pilosebasea meningkat, kebanyakan karena
perkembangan yg jelek dari folikel – folikel sekunder.
Batang
rambut yg sebenarnya, seperti lapisan ( sarung ) dalam dan luar akar rambut,
berkembang dari sel – sel yg tidak berdeferensiasi dari bagian matriks pentolan
rambut yg membelah diri secara mitotic. Sarung rambut rambut yg terdapat di
dalamnya berasal dari bagian pentolan rambut yg berbeda, dan mereka membentuk
lapisan – lapisan konsentris silinder. Sarung rambut dan sarung akar bagian
dalam bergerak bersama – sama ketika rambut tumbuh kearah permukaan sedangkan
sarung akar bagian luar tetap berada di posisinya. Bagian epidermis dari kanal
folikel bagian atas berdekatan dengan sarung akar bagian luar dan termasuk juga
infundibulum dan zona isthmus dari folikel. Bagian folikel yg ini adalah
permanent sedangkan bagian dari folikel antara pentolan dan batas atas dari
sarung akar bagian dalam akan digantikan dengan yg baru setiap terjadinya
siklus pertumbuhan rambut yg baru.
Tingkat
pertumbuhan rambut tergantung pada aktivitas mitotic dari sel – sel matriks
pentolan rambut. Bentukan rambut atu potongan melintang dari rambut tergantung
dari pengaturan sel – sel dalam pentolan rambut. Rambut di kepala untuk orang
kaukasia berbentuk bundar, sedangkan di bagian pubis, dagu ( jenggot ) dan bulu
mata berbentuk oval. Rambut di kepala untuk orang hitam juga berbentuk oval.
Tingkat keriting rambut pada orang dengan kulit yg hitam juga terjadi karena
hal ini dan juga karena lekukan dari folikel tepat diatas pentolan rambut.
Warna
dasar rambut berhubungan dengan distribusio melanosom dalam sel – sel pentolan
rambut yg menjadi sel – sel dari batang rambut. Melanosit dari pentolan ram but mensintesis melanosom
dan mentransfer mereka ke dalam sel – sel matriks dari pentolan rambut, hal ini
mirip seperti transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit di permukaan
epidermis. Melanosit dalam bentuk yg besar ditemukan pada rambut orang yg hitam
sedangkan melanosit yg kecil dimana melanosom tersebut teragregasi dalam
kompleks membrane dan sekelilingnya, ditemukan pada rambut orang kaukasian.
Rambut merah ditandai dengan melanosom yg berbentuk speris. Intensitas warna
rambut kebanyakan merupakan gambaran dari banyaknya jumlah melanosom yg
mengalami melanisasi yg di produksi oleh melanosit. Pemutihan rambut ( abu –
abu ) adalah hasil dari pengurangan melanosit yg hanya memproduksi sedikit melanosom. Lerner
telah menyamakan patogenesis dari pemutihan ( abu – abu ) rambut pada orang
normal dan pada orang yg terkena vitiligo. Keduanya sama – sama menunjukkan
kondisi menurunnya jumlah dari melanosit pada bagian yg terkena.
Pertumbuhan
rambut manusia terjadi pada satu siklus tapi tiap – tiap folikel bertindak
sebagai unit – unit yg independent. Maka dari itu, manusia tidak menggugurkan
rambutnya secara keseluruhan seperti
kebanyakan hewan. Setiap folikel rambut melewati tahap – tahap intermiten dari
aktivitasnya dan kemudian diam ( berhenti tumbuh ). Selama fase pertumbuhan atau anagen, sel – sel dari pentolan rambut secara aktif membelah
diri dan menghasilkan pertumbuhan rambut. Ketika fase ini sudah berhenti dan
folikel berubah menjadi katagen atau
fase transisional, sel – sel matriks tadi berhenti membelah diri dan rambut
mengembangkan zona seperti sikat ( brushlike zone ) atau kumpulan rambut untuk
sel – sel yg tidak mengalami keratinisasi yg sempurna. Selama fase katagen,
bagian bawah dari folikel menghilang dan meninggalkan sehelai sel – sel
epithelial tipis yg dikelilingi oleh membrane basemen yg tebal. Selama fase
telogen atau fase istirahat dari siklus rambut, helaian epithelial tadi
kemudian memendek hingga sukuran otot pili arrector dan meninggalkannya pada
sejumlah kecil sel – sel epitel yg
terlindung dari dermis sekitarnya. Kumpulan rambut tersebut tetap berada di
dalam bagian depan folikel yg pendek hingga fase anagen yg baru berkembang
kembali dan membentuk formasi selama embryogenesis dan batang rambut yg baru
terlepas dari kumpulan rambut tersebut.
Profil
sementara pada setiap siklus rambut bervariasi di berbagai bagian tubuh yg
lain. Pada manusia, periode pertumbuhan rambut di kulit kepala rata – rata
antara 3 – 4 tahun, sedangkan involusi dan fase istirahatnya berlangsung lebih
kurang 3 bulan. Normalnya, hampir 85 – 90 % dari semua rambut di kulit kepala
adalah dalam fase anagen, sebuah jumlah dimana dapat berkurang seiring dengan
bertambahnya usia dan berkurang dengan cepat pada laki – laki dengan
menimbulkan kebotakan.
Berbagai
macam factor fisiologi endogen dan eksogen dapat mempengaruhi siklus rambut.
Contohnya adalah kehamilan, dimana hal ini sering disertai dengan retensi dari
jumlah rambut – rambut kepala yang
meningkat pada fase anagen. Tiga sampai empat bulan setelah berakhirnya
kehamilan , komplemen normal dari rambut yg beristirahat ditambah dengan
komplemen yang telah diretensi sementara pada fase anagen akan hilang,
menyebabkan alopesia transient. Pasien yang mendapat kemoterapi sering
mengalami kehilangan rambut karena obat – obat tersebut mempengaruhi aktivitas
mitotic dari matriks rambut, menyebabkan bentukan batang rambut yang tipis
dimana pecah dalam folikel.
Kebanyakan
donor dari transplant rambut yang diambil dari bagian bawah kulit kepala
terbukti viabilitas folikel rambutnya lebih baik daripada bagian yg lain.
Glandula Sebasea
Glandula sebasea terbentu secara
embrional sebagai pertumbuhan luar dari bagian atas folikel rambut. Terdiri
atas lobus – lobus dari sel – sel yang berwarna pucat dengan lemak yang banyak
pada sitoplasmanya. Pada bagian peripheral lobus tersebut terdapat beberapa
lapisan dari sel – sel yg membentuk sel basal epidermis dan disebut sel – sel germinative. Sel germinative
ini memberikan penonjolan pada sel – sel pucat yang berisi lemak dimana
kemudian berlanjut melewati duktus sebasea yg pendek menuju ke infundibular
dari folikel rambut.
Glandula sebasea dapat ditemukan
dalam jumlah yang banyak pada muka dan kulit kepala, walaupun sebenarnya mereka
terdistribusi di seluruh bagian kulit kecuali pada telapak tangan dan telapak
kaki. Mereka selalu bergabung dengan folikel - folikel rambut kecuali pada
tempat – tempat berikut ini : Kelopak mata ( glandula meibom ), Mukosa bukal
dan Perbatasan vermilion dari bibir ( Fordyce’s spot ), Prepusium ( Tyson’s
gland ) serta areola pada wanita atau areola mamma ( Montgomery Tubercles ).
Walaupun glandula sebasea adalah
organ mini yang independent, mereka secara anatomi dan fungsional berhubungan
dengan folikel rambut. Gangguan kutaneus yang berhubungan dengan glandula
sebasea, seperti Acne Vulgaris sebenarnya merupakan gangguan dari seluruh unit
pilosebasea. Manifestasi klinis dari akne yaitu komedo, papula, pustule, dan
kista sebenarnya tidak akan terbentuk walaupun terjadi peningkatan aktivitas
glandula sebasea, dengan syarat duktus sebasea dan infundibulum tetap baik (
paten ) serta lemak dan sel – sel debris ( sebum ) dapat mencapai permukaan
kulit.
Dermis
Konstituen
dari dermis pada dasarnya adalah mesodermal kecuali pada saraf, dimana ia
berasal dari neural crest sama seperti melanosit. Sampai dengan umur 6 minggu,
dermis pada fetal hanya merupakan sebuah kolam yang berisi
asam-mukopolisakarida ( acid mucopolysacahride ), tersebar dimana – mana,
berbentuk seperti sel – sel dendrite, dimana ia adalah precursor dari fibroblast.
Pada minggu ke-12, fibroblast secara aktif mensintesis serat reticulum, serat elastis, dan kolagen. Lalu ia diperkuat oleh jaringan vascular dan pada minggu
ke-24, sel – sel lemak sudah timbul di bawah dermis.
Komponen
– komponen dasar dari dermis adalah kolagen, sebuah protein fibrosa yang
bertindak sebagai sturktur protein mayor untuk seluruh tubuh. Kolagen juga
ditemukan didalam tendon, ligamen dan tulang seperti halnya di dermis. Ia
mewakili 70% dari berat kulit kering.
Fibroblas
mensintesis molekul prokolagen, sebuah rantai heliks polipeptida spesifik yang
kemudian disekresi oleh sel dan menyusun fibril-fibril kolagen. Kolagen kaya
akan asam amino hidroksiprolin, hidroksilisin dan glisin. Setiap kolagen sama
lebarnya dan setiap serat menampilkan karakteristik berupa garis-garis
menyilang dengan perioditas 68 nm. Serat kolagen tersusun longgar di bagian
atas dari dermis ( di bagian papila dermis ). Mereka tersusun rapat seperti fasia
di bagian bawah atau retikulosit. Serat – serat kolagen secara terus menerus
akan di degradasi oleh enzim proteolitik yang disebut kolagenesis, dan
digantikan oleh serat yang baru disintesa.
Fibroblas
juga mensintesa retikulin dan serat elastik juga substansi dasar dari dermis
yang terdiri dari glikoaminoglikan atau asam mukopolisakarida. Serat – serat reticulin mirip seperti
kolagen pada perioditasnya walaupun lebih kecil diameternya. Sejumlah besar
serat reticulin ditemukan di bagian atas papila dermis dimana mereka bertindak
sebagai serat pengikat ( penempel ) untuk lamina basal. Serat – serat elastik berbeda baik dalam struktur dan bahan
kimiawinya dengan kolagen. Mereka terdiri atas agregasi dari dua komponen :
filament protein dan elastin, sebuah protein berbentuk amorf. Keunikan dari
serat – serat elastik terletak pada adanya asam amino desmosin dan isodesmosin.
Serat – serat elastik di papila dermis adalah halus sementara yang berada di
retikuler dermis adalah kasar. Matriks ekstraselular atau substansi dasar dari
dermis terbentuk dari asam mukopolisakarida, terutama asam hyaluronik,
kondroitin sulfat dan dermatan sulfat, mukopolisakarida netral serta
elektrolit - elektrolit.
Kolagen
adalah bahan penahan tekanan paling utama pada kulit. Serat – serat elastik
berperan sangat sedikit dalam menahan deformasi dan robeknya kulit, walaupun
demikian sepertinya mempunyai peran dalam memelihara elastisitas kulit.
Walaupun “ penyakit jaringan tissue “ adalah nama yang sering digunakan untuk
menyebutkan tanda – tanda klinis dari kelompok penyakit autoimun yang heterogen,
termasuk didalamnya lupus eritematosus, skleroderma dan dermatomyositis, hanya
skleroderma yang melibatkan abnormalitas dari metabolisme kolagen. Seperti
halnya skleroderma, keloid dan bentukan hipertropik skar juga menunjukkan
abnormalitas dari sintesis dan degradasi kolagen.
Defek
pada sintesis kolagen baru – baru ini telah ditemukandalam beberapa penyakit
keturunan, termasuk sindroma Ehlers-Danlos, x-linked cutis laxa, dan
osteogenesis imperfekta. Peningkatan degradasi kolagen oleh peningkatan
aktivitas kolagenase sudah diketahui secara in vitro pada berbagai jenis
penyakit, termasuk bulla epidermolisis distropika resesif.
Vaskularisasi
Vaskularisasi
dermal pada dasarnya terdiri dari 3 pleksus penting yang saling berhubungan :
pleksus subpapilar yang terdapat di bagian papila dari dermis sejajar dengan
epidermis dan dilengkapi dengan suplai kapiler yang banyak, end arteriol dan venula
ke papila dermal. Pleksus yang lebih dalam di sekitar folikel rambut dan
kelenjar ekrin terdiri dari pembuluh darah yang lebih lebar dari pada pembuluh
darah di pleksus superfisial. Vaskularisasi dari dermis berkembang dengan baik
terutama di daerah struktur adneksa.
Pleksus
vaskular berhubunga dengan jaringan limfatik dermal.
Otot - otot
Otot
halus terdapat di kulit sebagai arektor pilorum ( erektor rambut ), sebagai
tunika dartos dari skrotum, dan di areola di sekeliling puting. Erektor pilorum
menempel pada folikel rambut dibawah glandula sebasea, dan bila berkontraksi menarik
folikel rambut kearah atas, menyebabkan bulu kuduk berdiri.
Otot volunter terdapat pada kulit
leher sebagai otot platysma dan di kulit wajah sebagai otot - otot ekspresi.
Agregasi dari sel – sel otot halus
yang spesial ditemukan diantara arteriol – arteriol dan venula disebut badan
glomus. Ia membuat aliran darah dari arteri ke vena pada sistem vaskular, agar
dapat menghindari kapiler – kapiler dimana pertukaran panas dan oksigen
terjadi. Anastomosis arteriovenus ini berkembang dengan baik di jari – jari
tangan.
Saraf – saraf
Kulit kaya akan saraf – saraf.
Sentuhan dan tekanan di mediasi oleh Korpuskular Meissner di papilla kulit,
terutama sekali di telapak tangan dan telapak kaki, serta oleh Korpuskular
Vater-Pacini yg terletak di bagian dalam dermis daerah penerima beban. Mukokutaneous
End Organs ditemukan di papila dermis dari kulit tidak berambut pada
pertemuan mukokutan yaitu gland penis, preputium, klitoris, labia minor, daerah
perianal dan perbatasan vermilion bibir. Temperatur, rasa sakit dan rasa gatal
di transmisikan oleh serat saraf tak bermielin dimana yang berakhir di papila
dermis dan disekitar folikel – folikel rambut. Impuls – impuls berjalan ke sistem
saraf pusat melalui jaras ganglia dorsal ( dorsal root ganglia ).
Serat adrenergik postganglion dari
sistem saraf otonom mengatur vasokonstriksi, sekresi kelenjar apokrin, dan
kontraksi otot arektor pili dari folikel rambut. Serat – serat kolinergik
mengatur sekresi keringat ekrin.
Sel – sel Mast
Salah satu komponen dermis yang
penting adalah sel mast. Dengan ukuran diameter 6 – 12 mikron, ia dapat
dibedakan dengan yang lain dari muatannya yang mencapai 1000 granula, tiap –
tiapnya berukuran diameter 0,6 – 0,7 mikron. Pada permukaan sel tersebut
terdapat 100.000 sampai dengan 500.000 reseptor glikoprotein untuk
immunoglobulin E ( IgE ).
Granula – granula yang terwarnai
metakromatik karena kandungan heparinnya yang tinggi. Mereka juga mengandung
histamin, faktor kemotaksis neutrofil, faktor kemotaktik anafilaksis eosinofil
dan beta-glukosaminidase. Substansi yang bereaksi lambat dari anafilaksis (
leukotrin C4 dan D4 ), leukotrin B4, factor activator platelet ( PAF ), dan
prostaglandin D2 hanya terbentuk setelah lepasnya granula yang diperantarai Ig
E.
Sel Mast adalah partisipan yang
aktif pada beberapa neoplasma atau gangguan proliferatif, seperti : Urtikaria
pigmentosa, mastositosis kutan, dan mastositosis sistemik.
Subkutan
Dibawah kulit terdapat subkutis atau
panikulus, sebuah lobus yang berisi sel – sel lemak atau liposit dan dipisahkan
oleh septa fibrosa yang dibentuk dari kolagen dan pembuluh – pembuluh darah
besar. Kolagen dalam septa tersebut berhubungan dengan kolagen yang ada di
dermis. Seperti halnya epidermis dan dermis yang mempunyai variasi ketebalan
tergantung lokasi, begitu juga yang terjadi pada subkutis. Inflamasi dermatosis
tertentu yang di kenal sebagai panniculitides,
pada dasarnya mengenai subkutis menghasilkan nodul – nodul subkutan. Pola
inflamasi tersebut, entah primernya menyerang septa atau lobus – lobus lemak
itu sendiri menimbulkan kondisi-kondisi yang berbeda dimana secara klinik
mungkin mirip satu dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar