Rabu, 09 Oktober 2013

kulit



KULIT

Struktur dasar dan  fungsinya


            Kulit terdiri dari dua lapisan : epidermis dan dermis. Dibawahnya terdapat jaringan subkutan yang disebut subcutaneous tissue, yang berhubungan dengan subkutis atau Fatty panniculus.
            Epidermis adalah lapisan terluar yang langsung berhubungan dengan lingkungan. Dibentuk oleh sel – sel yang tersusun beraturan disebut keratinosit, yang berfungsi untuk mensintesis keratin, sebuah protein dengan struktur panjang yang memberikan fungsi perlindungan ( protective ).
            Dermis adalah lapisan yang berada di bawah epidermis. Tersusun terutama oleh kolagen, protein berbentuk fibril. Lapisan dermis berada di atas panniculus atau subkutis, yang sebagian besar terdiri dari lobus – lobus dari liposit atau sel – sel lemak ( Lipocytes ).
            Inflamasi biasanya di mulai dibagian dermis atau lemak subkutan, tapi dapat menyebar dengan cepat ke lapisan yang lain, juga ke epidermis. Pada psoriasis, eritema ( diawali dengan vasodilatasi pada dermis ) segera diikuti proses di epidermis berupa percepatan proliferasi keratinosit menyebabkan kornifikasi cepat. Sel – sel yang mengalami kornifikasi tersebut menumpuk di permukaan sebagai skuama. Reaksi alergi terhadap beberapa bahan yang ditelan,contohnya makanan atau obat, dapat menyebabkan inflamasi di dermis, melalui ektasia ( dilatasi ) dari pembuluh darah dan munculnya berbagai jenis sel darah putih yang berjalan melalui berkas – berkas kolagen. Suatu inflamasi lemak subkutan yang spesifik dapat terjadi oleh karena pelepasan enzim ke sirkulasi darah umum yang merupakan akibat sekunder dari pankreatitis atau karsinoma pancreas. Enzim – enzim ini melisis sel – sel lemak, menimbulkan bentukan reaksi granulomatosa terutama mengenai lobus – lobus lemak.
            Neoplasma jinak dan ganas dari kulit seperti inflamasi , pada dasarnya mengenai satu dari tiga lapisan anatomis. Mereka menyebabkan proliferasi otonom dari sel yang spesifik dan dapat dilihat dengan jelas bila sel kulit yang spesifik tadi diperiksa lebih teliti. Semua bagian kulit terdiri dari 3 lapisan anatomi ini, walaupun ada perbedaan ketebalan di tempat yang bervariasi. Lapisan epidermis paling tebal pada bagian telapak tangan dan telapak kaki, kira – kira 1,5 mm. Lapisan epidermis sangat tipis pada kelopak mata kurang dari 0,1 mm. Lapisan dermis tebal pada bagian punggung, ketebalannya mencapai 30 – 40 kali dari epidermis diatasnya. Jumlah lemak subkutan lebih banyak di daerah abdomen dan pantat, sedangkan pada hidung dan sternum jumlahnya lebih sedikit.

EPIDERMIS
            Pada minggu-minggu pertama kehidupan fetus, epidermis hanyalah berupa sebuah lapisan yang tipis, sel - sel yang tidak berdiferensiasi , yang kemudian menjadi karakteristik dari keratinosit. Struktur adneksa yang terutama merupakan folikel dan unit kelenjar keringat ekrin, terbentuk pada bulan ketiga dari pertumbuhan fetus, berasal dari epidermis yang tumbuh ke bawah ( Down Growth ). Kemudian kelenjar apokrin berkembang dari bagian atas epitel folikular dan kelenjar sebaseus serta duktus dari bagian tengah folikel. Perkembangan struktur adneksa pada bagian kulit yang spesifik seperti variasi tempat pada ketebalan daripada ketiga lapisan kulit diatur secara genetik.
            Lapisan epidermis pada orang dewasa terdiri dari tiga sel dasar : keratinosit, melanosit, dan sel langerhans. Dua sel tambahan adalah sel dendrit indeterminan dan sel Merkel, kadang – kadang dapat ditemukan di epidermis, di bawah permukaan epidermis dan mukosa oral. Sel dendrit indeterminan dapat kita kenali dengan menggunakan mikroskop elektron dan ditandai dengan tidak adanya melanosom dan granula - granula Langerhans. Sel Merkel yang terletak  tepat diatas membran basalis mengandung intrasitoplasmik neurosecretory like granules dan melalui hubungannya dengan neurit, diperkirakan dapat meneruskan sensasi sentuhan.

KERATINOSIT
            Keratinosit atau sel skuamosa adalah sel utama dari epidermis. Ia adalah sel yang berasal ektodermal yang mempunyai fungsi khusus yaitu memproduksi keratin, sebuah filamen protein kompleks yang tidak hanya membentuk lapisan permukaan ( stratum korneum ) dari epidermis tapi juga struktur protein dari rambut dan kuku. Epidermis dapat dibagi menjadi zona – zona berikut ini : stratum basalis , stratum spinosum,stratum granulosum,dan stratum corneum. Pembagian ini menunjukkan perubahan penampilan dari keratinosit yang berdiferensiasi menjadi sel yang mengalami kornifikasi.
Sel basal mengalami proliferasi, diferensiasi dan berpindah ke atas melewati seluruh ketebalan epidermis. Sebanyak 50 % dari sel basal tidak mengikuti siklus. Pada saat mengalami proliferasi dan naik menjadi epidermis, keratinosit juga berubah secara morfologi. Keratinosit menjadi lebih gepeng dan  akhirnya nukleusnya menghilang dan kemudian disebut sel tanduk.
Seperti halnya terdapat variasi ketebalan dari lapisan anatomi kulit ( epidermis, dermis ) dan subkutis, begitu juga pada epidermis terdapat perbedaan ketebalan di tempat yang berbeda. Stratum korneum dan lapisan granuler paling tebal pada telapak tangan dan telapak kaki,  dan sebenarnya hampir tidak ada pada kulit yang lembut pada otot fleksor di lengan bawah dan abdomen. Lapisan basal pada umumnya merupakan sebuah sel yang tebal di bagian kulit manapun. Proses keratinisasi tidak diketahui secara pasti. Matoltsy mengemukakan bahwa keratinosit melewati fase sintetik dahulu kemudian ke fase degradasi untuk berubah menjadi sel tanduk. Pada fase sintetik, keratinosit terkumpul di dalam filamen-filamen intermediet sitoplasma  yang terbentuk dari protein fibrous yang tersusun dalam bentuk Alpha heliks. Tonofilamen–tonofilamen ini membentuk suatu berkas yang berkumpul dan berakhir di membran plasma, terikat pada suatu cakram yang disebut desmosom.
Membran plasma dari sel – sel yang berdekatan dipisahkan oleh ruang interselular. Penelitian menggunakan  mikroskop electron histokimia menunjukkan bahwa ruang interselular ini terdiri dari glikoprotein dan lipid yg mungkin ikut berperan dalam kohesi selular. Granula lamellar berfungsi pada ruang ini, terutama pada perbatasan dari lapisan granular dan lapisan konified cell.
Keratinosit dari zona granular selain system filament keratin terdiri dari granula - granula keratohyaline, terbentuk dari bahan partikel amorf dengan kandungan protein-sulfur yang tinggi. Bahan ini merupakan precursor dari filaggrin, dinamakan seperti itu karena mungkin bertanggung jawab atas agregasi filamen keratin. Perubahan menjadi proteuin interfilamen dari keratin epidermal yg matur. Organel – organel yg menyerupai lamellar yg disebut Odland bodies, juga berfungsi sebagai membrane pelindung granul atau keratinosom sering ditemukan di interselular pada keratinosit bagian atas dan di extracellulary pada junction antara granula dan lapisan horn. Penampakan mereka di extracelluar bertepatan dengan fase degradasi dari keratinisasi yg ditandai dengan hilangnya organel – organel sel dan konsolidasi seluruh isinya menjadi campuran dari filament – filament dan bahan – bahan amorf yang dibatasi oleh membrane sel yg tebal ( sel horn dari stratum korneum ). Mereka membentuk suatu barrier terhadap kehilangan air dan dengan fillagrin memediasi kohesi dari sel stratum korneum.
Keratinosit mempunyai peran pada fungsi imun dari kulit. Pada penyakit tertentu seperti lichen planus, dermatitis alergi kontak, mycosis fungoides, dan graft-versus-host disease, keratinosit dapat memperjelas Antigen Ia. Antigen ini dapat memungkinkan mereka berperan serta dalam komunikasi, interaksi dan regulasi  dari system sel yg berkolaborasi dalam induksi dari respon imun. Dan juga, keratinosit dapat melepaskan interleukin-1 atau derivate dari sel epidermal timosit activator factor ( ETAF), yang menyediakan signal kedua ( yg pertama antigen ) yg penting untuk aktivasi sel T.
Fibronectin yg ditemukan pada tahun 1985 sebagai protein pengikat fibroblast, terakhir diketahui sangat penting untuk keratinosit shg ia dapat melekat satu dengan yg lain dan kemudian meyebar; mereka memproduksinya dan memindahkannya. Fibronectin timbul banyak sebelum basement membrane terbentuk.
Bermacam – macam penyakit kulit merupakan manifestasi dari keratinisasi abnormal. Psoriasis ditandai dengan tranformasi cepat yg abnormal dari sel basal menjadi sel horn. Dibandingkan dengan waktu transit normal mereka 26 – 42 hari, pada penyakit ini sel basal hanya membutuhkan waktu 3 atau 4 hari untuk berubah menjadi sel horn. Kehilangan daya kohesi pada keratinosit mengakibatkan terjadinya lesi bula – bula dari pemphigus. Ikatan desmosom antar keratinosit terganggu ( akantolisis ) dan sel menjadi terpotong dan terpisah satu dengan yg lain. Proses patologis ini berhubungan dengan timbulnya sirkuklasi antibody secara langsung pada perlekatan ini. Dalam folikel pemphigus mereka terikat secara specific pada desmoglein I, sebuah desmosom berinti glikoprotein. Sybert et al telah mengetahui bahwa defek pada sintesis fillagrin berkorelasi dengan timbulnya granula keratihialin dalam ichthyosis vulgaris.

MELANOSIT
            Melanosit adalah sel yg memproduksi pigmen di epidermis. Melanosit berasal dari neural crest dan dapat ditemukan pada epidermis fetal saat minggu ke delapan dari perkembangannya. Pada epidermis orang dewasa normal, melanosit terletak di lapisan basal dengan frekuensi kira – kira satu tiap sepuluh keratinosit basal. Jumlah melanosit di epidermis adalah sama tanpa memperhatikan ras atau warna kulit; lebih lagi adalah jumlah dan ukuran dari melanosom atau pigmen granula, yg diproduksi terus menerus oleh melanosit inilah yg menetukan perbedaan warna kulit setiap ras.
            Dalam pemeriksaan rutin secara histology yg di warnai dengan hematoxylin dan eosin, melanosit nampak  sebagai sel yg jernih ( bersih ) di dalam lapisan basal dari epidermis. Penampilan dalam bentuk “ halo “ adalah sebuah artefak yg disebabkan oleh pemisahan melanosit dari keratinosit terdekat selama fiksasi dari specimen tersebut. Ini terjadi karena melanosit yg kekurangan tonofilament  tidak dapat membentuk perlekata desmosom dengan keratinosit.
Melanosit sebenarnya adalah sel dendrite, sebuah penampilan yg jarang terlihat terlihat dengan mikroskop tingakt cahaya. Penelitian ultrastruktural dan kultur jaringan menunjukkan bentukan seperti gurita ( octopus-like ) dari nmelanosit. Dendrit – dendritnya memanjang dengan jarak yg cukup panjang didalam epidermis dan dengan melanosit yg manapun yg berhubungan dengan sejumlah keratinosit yg banyak; bersama – sama mereka membentuk yg kitga kenal dengan nama unit melanin epidermal ( epidermal melanin unit ).
Walaupun melanosit adalah pabrik pigmen untuk kulit, melanosom yg diproduksi terus menerus dan di alirkan ke keratinosit terdekat yg berfungsi sebagai reservoir pigmen di kulit. Melanosom dibuat di badan golgi dari sel dan melewati berbagai macam tahapan dimana enzim tyrosinase bereaksi terhadap precursor melanin untuk memproduksi pigmen bergranul yg halus. Sementara ini berlangsung melanosom pindah ke ujung dari dendrite,  selanjutnya ia aka dialirkan ke kerarinosit terdekat dengan cara apokopasi, sebuah fenomena dimana keratinosit memfagositosis dendrite dari melanosit. Mekanisme perpindahan melanosom lain yg mungkin adalah injeksi langsung dari melanosom ke keratinosit dan pelepasan melanosom ke extracellular space diikuti oleh uptake dari keratinosit.
Melanosit pada kulit yang gelap mensintesis lebih banyak melanosom dari pada kulit yang putih ( lebih terang ). Ukuran melanosom adalah factor utama yang menentukan bagaimana melanosom akan di distribusikan kedalam keratinosit. Melanosom yang besar pada kulit yang gelap diedarkan secara individual ke dalam keratinosit, melanosom yg lebih kecil pada kulit yg putih ( terang ) terbungkus di kompleks membrane-bound dalam keratinosit. Paparan sinar matahari secara kronik ( lama ) dapat menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanosom yg lebih besar, maka dari itu akan membuat distribusi melanosom dalam keratinosit individual menyerupai pola yg terlihat pada kulit yg gelap.
Area dari leukoderma atau “pemutihan” dari kulit dapat menimbulkan berbagai macam fenomena. Pada vitiligo, kulit yg terpengaruh menjadi putih karena hancurnya melanosit, hancurnya melanosit ini menyebabkan pengurangan jumlahnya. Pada albinism, jumlah melanosit normal. Tapi mereka tidak dapat mensintesis pigmen melanosom yg utuh. Pada kasus – kasus awal pabrik pigmen sudah menghilang; kemudian peralatan untuk mensintesis pigmen menjadi cacat.
Pigmentasi di area local meningkat dapat terjadi karena banyak sebab. Bintikn – bintik yang tipikal dapat timbul karena peningkatan produksi pigmen local oleh jumlah melanosit yg normal. Nevi adalah proliferasi melanosit yg benign ( jinak ). Melanoma adalah melanosit yg ganas. Sering kali lesi di kulit tidak berpigmen karena hyperplasia atau hiperaktifitas dari melanosit. Lebih lagi mereka diwarnai oleh pigmen dalam keratinosit. Keratosis Seborrhoik adalah contoh yg umum daripada neoplasma epithelial berpigmen benign. Sebuah contoh dari neoplasma epithelial malignant, epitelnya berpigmen tapi bukan karena peningkatan jumlah relative dari melanosit, melainkan karena sel basal karsinoma.

Sel Langerhans
            Sel – sel langerhans secara normal dapat ditemukan menyebar diantara keratinosit dari stratum spinosum, atau lapisan sel prickle dari epidermis. Terdapat 3-5 % sel langerhans dari seluruh sel yg terdapat di lapisan ini. Seperti melanosit, mereka tidak terhubung dengan keratinosit terdekat oleh desmosom. Dengan menggunakan mikroskop cahaya sel – sel Langerhans sulit di deteksi dengan pengecatan rutin ( biasa ), tetapi mereka muncul menyerupai sel dendrite di bagian yg diresapi oleh klorida emas, sebuah pengecatan spesifik untuk sel – sel langerhans. Walaupun begitu mereka bisa di warnai dengan peroksidase berlabel antibody monoclonal OKT6, yang mewarnai sel – sel langerhans dan juga sejumlah kecil sel intermediate yg tidak mengandung granula - granula Birbeck. Secara ultrastruktural sel ini ditandai dengan nucleus yg terlipat dan organel – organel intrasitoplasma yg jelas dan biasa disebut Langerhans atau Granula Birbeck. Dalam perkembangan yg sempurna organel – organel ini berbentuk batang – batang merah dengan vacuole di satu sisinya dan menyerupai raket tennis.
            Secara fungsional, sel – sel langerhans berasal dari keturunan makrofag-monosit dan sumsum tulang. Mereka berperan dalam induksi pada rejeksi graft, sensitisasi kontak primer, dan pengawasan imun ( system imun ). Jika kulit kekurangan mereka karena paparan radiasi ultraviolet, kulit akan kehilangan kemampuannya untuk sensitisasi sampai sel – sel langerhans kembali terisi ( populasinya meningkat lagi ). Sel Langerhans juga memproduksi sebagian interleukin-1, yang bertindak untuk membantu pengaktifan sel-T seperti yg diproduksi oleh keratinosit.
            Silberberg dan koleganya telah menunjukkan bahwa sel – sel langerhans mempunyai peran penting dalam reaksi imun terutama dari tipe hipersensitifitas tertunda, dermatitis alergi kontak.

Pertemuan Epidermal dan Dermal
Pertemuan dari epidermal dan dermal dibentuk oleh zona membrane basement. Secara ultrastruktur, zona ini tersusun dari empat komponen : Membran plasma dari sel basal dengan perlekatan spesifik  mereka ( hemidesmosom ); sebuah zona elektro-lusen yg disebut Lamina lucida; Lamina basal ; Komponen - komponen fibrous yg berhubungan dengan lamina basal, termasuk anchoring fibrils, mikrofibril – mikrofibril dermal, fiber - fiber kolagen. Dengan menggunakan mikroskop cahaya, dengan PAS-positif membrane basemen hanya terdiri dari komponen – komponen fibrosa, yg berasal dari dermal. Basal lamina disintesis oleh sel – sel basal dari epidermis. Katz telah meninjau dengan detail banyak lapisan komponen dari zona membrane basemen. Termasuk diskusi mengenai ultrastruktural local dari  variasi imunoreaksi dalam bula dermatosis kronik. Zona membrane basemen dianggap sebagai “porous” ( menyerap / keropos ) filter semipermiabel yang memungkinkan pertukaran sel – sel dan cairan antara epidermis dan dermis. Lebih jauh lagi ia berfungsi sebagai struktur penyokong untuk epidermis dan penyatu antara epidermis dan dermis. Zone membrane basemen berfungsi sama untuk bagian kulit tambahan ( anggota kulit yg lain ).

Tambahan Epidermal ( the adneksa ) / Anggota epidermal yg lain
          Ekrine dan kelenjar apokrin serta duktus dan unit pilosebaseus merupakan bagian tambahan dari kulit. Secara embriologi, mereka berasal dari penurunan perkembangan epidermis dan merupakan asal dari ektodermal. Melanosit dan sel – sel lain yg terlihat di epidermis dewasa dapat ditemukan bersama bagian tambahan yg lain . Sementara bermacam – macam struktur tambahan mempunyai fungsi - fungsi spesifik, mereka semua memiliki fungsi sebagai cadangan dari epidermis.
             Re-epitelisasi setelah cedera terhadap permukaan epidermis terjadi karena migrasi keratinosit dari epitel adneksa sepanjang permukaan kulit. Hal ini tidaklah mengejutkan, maka dari itu bagian kulit seperti muka dan kulit kepala yg terdiri dari unit – unit pilosebasea dalam suatu berkas, proses re-epitelisasinya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan kulit di bagian punggung, dimana semua tipe adneksa termasuk jarang. Karena bagian - bagian  yg berisi sejumlah adneksa juga diberikan jaringan yg kaya akan saraf – saraf dan pembuluh darah di sekeliling dermis, penyembuhan luka pada umumnya akan lebih cepat di daerah itu.

Unit Keringat Ekrin
            Unit keringat ekrin terdiri dari tiga bagian yg dimodifikasi dari struktur dasar tubular yg terbentuk selama embryogenesis sebagai penurunan pertumbuhan dari lapisan epidermis. Komponen intradermal dari unit tersebut, akrosirigium yg terbuka langsung menuju permukaan kulit disebut spiral duct. Merupakan keturunan  sel duktus dermal melalui mitosis dan migrasi berikutnya. Duktus tersebut terdiri dari sebuah lapisan tunggal bagian dalam atau sel luminal dan dua atau tiga lapisan luar yg berturut dari sel. Kornifikasi terjadi di dalam duktus tersebut dan sel – sel horn menjadi bagian dari stratum korneum dari epidermis. Bagian dermal yg sebenarnya terbentuk dari dua lapisan sel epitel kuboid dan dipisahkan oleh kutikula eosinofil di masing sisi luminal.
            Bagian sekresi acinar dari unit tersebut atau koil kelenjar ( coil gland ) di temukan didalam pannikulus dekat perbatasan antara dermis dan subcutan. Bagian dalam dari sel epidermis, bagian sekresi dari kelenjar dikelilingi oleh sebuah lapisan yg rata oleh sel – sel myoepithelial. Sel – sel sekretori mempunyai dua tipe : kaya glikogen dengan sel pucat besar dan kecil, Sel – sel berwarna gelap. Sel – sel kaya glikogen pucat dipergunakan untuk memulai pembentukan keringat. Sel – sel gelap bisa berfungsi mirip seperti sel – sel pada duktus di dermal yg secara aktif menyerap kembali ( reabsorbsi ) sodium, maka dari itu dapat memodifikasi keringat dari yg sebenarnya solution isotonic menjadi solution hypotonic ketika ia mencapai permukaan kulit. Keringat mirip dengan plasma dalam komposisinya, mengandung elektrolit – elektrolit yg sama, walaupun dalam konsentrasi yg lebih encer.
            Unit – unit keringat ekrin sebenarnya ditemukan di seluruh bagian kulit. Mereka sangat banyak terutama di telapak tangan, telapak kaki, kening dan aksila. Sekresi keringat tergantung dari banyak factor dan di picu oleh inervasi kolinergik. Panas adalah stimulus primer untuk peningkatan keringat, tetapi stimulus psikologikal lain  termasuk stress emosional juga sangat penting. Peningkatan produksi kerin gat sebagai respon dari panas adalah bagian dari system termoregulasi tubuh yg secara bersamaan meningkatkan aliran darah cutaneus, hal itu secara efektif dapat menghilangkan panas tubuh yg berlebihan. Pada bagian yg sering bergesekan seperti telapakm tangan dan telapak kaki, sekresi ekrin dilakukan untuk membantu agar sensisitif terhadap sentuhan dan meningkatkan adhesi.

Unit Apokrin
            Unit – unit apokrin dewasa berkembang sebagai outgrowths, tidak pada permukaan epidermis, tapi di infundibular atau bagian atas folikel rambut. Karena itu mereka berhubungan erat dengan untuk unit – unit pilar setidaknya secara anatomi, jika bukan secara fungsinya. Walaupun unit – unit apokrin immature di temukan menutupi seluruh permukaan kulit fetus, hal ini akan berkurang dan hilang dengan sendirinya.
            Bagian sekresi dari duktus yg terbuka langsung ke bagian infundibular dari folikel rambut sebenarnya terbentuk dari dua lapisan sel – sel epitel kuboid. Kelenjar sekretori yg bergulung – gulung terletak di pertemuan antara dermisn dan  lemak subcutaneous. Perbatasan ini dipisahkan oleh lapisan tunggal dari sel – sel yg bervariasi di penampilannya dari kolumnar ke kuboid. Lapisan ini sel – sel ini dikelilingi oleh sebuah lapisan dari sel – sel myoepitel.
            Pada bagian puncak dari sel – sel kolumnar menonjol ke dalam lumen dari kelenjar dan secara potongan histologis mereka seperti terdesak ( decaptation secretion ). Adanya kontroversi tentang tentang model dari sekresi dalam sel – sel sekretori apokrin, apakah merokrin, apokrin, holokrin atau ketiga - tiganya.
            Komposisi dari produk sekresi hanya dimengerti / diketahui sebagian. Protein, karbohidrat, amoniak, lemak dan zat besi semuanya ditemukan didalam sekresi apokrin. Ia terlihat seperti susu dan tidak berbau sampai ia mencapai permukaan kulit, dimana ia dirubah oleh bakteri dengan suatu cara sehingga ia berbau.
            Sekresi apokrin di mediasi oleh inervasi adrenergic dan sirkulasi katekolamin dari adrenomedullary. Ekskresi atau dorongan dari sekresi menuju ke duktus adalah berepisode walaupun sekresi yg sebenarnya dari kelenjar secara terus menerus.
            Sekresi kelenjar apokrin pada manusia melayani fungsi yg tidak jelas; pada hewan ia mempunyai fungsi protektif begitu juga fungsi sexual. Pada beberapa spesies adalah penting untuk termoregulasi juga.
            Walaupun kadang – kadang ditemukan di lokasi ektopik, unit – unit apokrin dari tubuh manusia pada umumnya terdapat di daerah – daerah berikut ini : aksila, areola, bagian anogenital, kanal pendengaran luar ( kelenjar serumen ) dan kelopak mata ( kelenjar dari Moll ). Kondisi seperti penyakit Fox-Fordyce dan hidradenitis supuratif, secara tradisional di kira sebagai disfungsi dari kelenjar apokrin, sepertinya berhubungan secara etiologi dengan komponen – komponen ekskresi dari unit – unit apokrin contohnya duktus apokrin dan unit – unit pilr yg berhubungan, daripadda abnormalitas manapun dalam sekresi apokrin per se.

Folikel Rambut
Selama proses embryogenesis, sel – sel mesenkimal pada dermis fetal berkumpul sesegera mungkin dibawah lapisan basal dari epidermis. Kuncup – kuncup epidermal tumbuh ke bawah ke dalam dermis pada bagian ini. Folike – folikel yg sedang berkembang membentuk suatu sudut terhadap permukaan kulit dan melanjutkan pertumbuhannya ke bawah. Pada bagian dasarnya, kolom dari sel  - sel melebar dan mengelilingi sejumlah kecil dari sel – sel mesenkimal dan membentuk suatu bentukan seperti bola lampu ( pentolan ). Rambut terbentuk dari sel – sel tepat diatas bentukan lampu tersebut dimana juga memberikan pertumbuhan terhadap zona konsentrik dari sel – sel epithelial yg berdeferensiasi untuk membentuk lapisan dalam dan lapisan luar akar helai – helai rambut. Sepanjang satu sisi dari folikel, dua kuncup terbentuk : Bagian yg atas dimana ia akan berkembang menjadi kelenjar sebasea dan bagian yg bawah dimana akan menjadi perlekatan untuk otot pili arrector. Pada bagian kulit yg nantinya akan mempunyai unit – unit apokrin, kuncup epitel ketiga akan tumbuh atau berkembang dari sisi folikel yg berlawanan diatas  pengadaan ( anlage ) kelenjar sebasea. Bagian paling atas dari folikel yg memanjang dari permukaan yg terbuka ke pintu masuk dari duktus sebasea disebut segmen infundibular. Bagian dari folikel yg antara duktus sebasea dan insersi dari otot pili arrector disebut isthmus. Matriks atau bagian inferior, termasuk bagian paling bawah dari folikel dan pentolan rambut.
Folikel – folikel rambut berkembang sebanyak tiga folikel secara berurutan. Folikel – folikel primer dikelilingi oleh dua folikel sekunder; dan folikel sekunder yg lain kemudian tumbuh di sekeliling unit – unit utama. Sejalan dengan perkembangannya densitas unit – unit pilosebasea meningkat, kebanyakan karena perkembangan yg jelek dari folikel – folikel sekunder.
Batang rambut yg sebenarnya, seperti lapisan ( sarung ) dalam dan luar akar rambut, berkembang dari sel – sel yg tidak berdeferensiasi dari bagian matriks pentolan rambut yg membelah diri secara mitotic. Sarung rambut rambut yg terdapat di dalamnya berasal dari bagian pentolan rambut yg berbeda, dan mereka membentuk lapisan – lapisan konsentris silinder. Sarung rambut dan sarung akar bagian dalam bergerak bersama – sama ketika rambut tumbuh kearah permukaan sedangkan sarung akar bagian luar tetap berada di posisinya. Bagian epidermis dari kanal folikel bagian atas berdekatan dengan sarung akar bagian luar dan termasuk juga infundibulum dan zona isthmus dari folikel. Bagian folikel yg ini adalah permanent sedangkan bagian dari folikel antara pentolan dan batas atas dari sarung akar bagian dalam akan digantikan dengan yg baru setiap terjadinya siklus pertumbuhan rambut yg baru.
Tingkat pertumbuhan rambut tergantung pada aktivitas mitotic dari sel – sel matriks pentolan rambut. Bentukan rambut atu potongan melintang dari rambut tergantung dari pengaturan sel – sel dalam pentolan rambut. Rambut di kepala untuk orang kaukasia berbentuk bundar, sedangkan di bagian pubis, dagu ( jenggot ) dan bulu mata berbentuk oval. Rambut di kepala untuk orang hitam juga berbentuk oval. Tingkat keriting rambut pada orang dengan kulit yg hitam juga terjadi karena hal ini dan juga karena lekukan dari folikel tepat diatas pentolan rambut.
Warna dasar rambut berhubungan dengan distribusio melanosom dalam sel – sel pentolan rambut yg menjadi sel – sel dari batang rambut.  Melanosit dari pentolan ram but mensintesis melanosom dan mentransfer mereka ke dalam sel – sel matriks dari pentolan rambut, hal ini mirip seperti transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit di permukaan epidermis. Melanosit dalam bentuk yg besar ditemukan pada rambut orang yg hitam sedangkan melanosit yg kecil dimana melanosom tersebut teragregasi dalam kompleks membrane dan sekelilingnya, ditemukan pada rambut orang kaukasian. Rambut merah ditandai dengan melanosom yg berbentuk speris. Intensitas warna rambut kebanyakan merupakan gambaran dari banyaknya jumlah melanosom yg mengalami melanisasi yg di produksi oleh melanosit. Pemutihan rambut ( abu – abu ) adalah hasil dari pengurangan melanosit yg  hanya memproduksi sedikit melanosom. Lerner telah menyamakan patogenesis dari pemutihan ( abu – abu ) rambut pada orang normal dan pada orang yg terkena vitiligo. Keduanya sama – sama menunjukkan kondisi menurunnya jumlah dari melanosit pada bagian yg terkena.
Pertumbuhan rambut manusia terjadi pada satu siklus tapi tiap – tiap folikel bertindak sebagai unit – unit yg independent. Maka dari itu, manusia tidak menggugurkan rambutnya secara keseluruhan  seperti kebanyakan hewan. Setiap folikel rambut melewati tahap – tahap intermiten dari aktivitasnya dan kemudian diam ( berhenti tumbuh ). Selama fase pertumbuhan atau anagen, sel – sel  dari pentolan rambut secara aktif membelah diri dan menghasilkan pertumbuhan rambut. Ketika fase ini sudah berhenti dan folikel berubah menjadi katagen atau fase transisional, sel – sel matriks tadi berhenti membelah diri dan rambut mengembangkan zona seperti sikat ( brushlike zone ) atau kumpulan rambut untuk sel – sel yg tidak mengalami keratinisasi yg sempurna. Selama fase katagen, bagian bawah dari folikel menghilang dan meninggalkan sehelai sel – sel epithelial tipis yg dikelilingi oleh membrane basemen yg tebal. Selama fase telogen atau fase istirahat dari siklus rambut, helaian epithelial tadi kemudian memendek hingga sukuran otot pili arrector dan meninggalkannya pada sejumlah kecil sel – sel epitel  yg terlindung dari dermis sekitarnya. Kumpulan rambut tersebut tetap berada di dalam bagian depan folikel yg pendek hingga fase anagen yg baru berkembang kembali dan membentuk formasi selama embryogenesis dan batang rambut yg baru terlepas dari kumpulan rambut tersebut.
Profil sementara pada setiap siklus rambut bervariasi di berbagai bagian tubuh yg lain. Pada manusia, periode pertumbuhan rambut di kulit kepala rata – rata antara 3 – 4 tahun, sedangkan involusi dan fase istirahatnya berlangsung lebih kurang 3 bulan. Normalnya, hampir 85 – 90 % dari semua rambut di kulit kepala adalah dalam fase anagen, sebuah jumlah dimana dapat berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan berkurang dengan cepat pada laki – laki dengan menimbulkan kebotakan.
Berbagai macam factor fisiologi endogen dan eksogen dapat mempengaruhi siklus rambut. Contohnya adalah kehamilan, dimana hal ini sering disertai dengan retensi dari jumlah rambut – rambut kepala  yang meningkat pada fase anagen. Tiga sampai empat bulan setelah berakhirnya kehamilan , komplemen normal dari rambut yg beristirahat ditambah dengan komplemen yang telah diretensi sementara pada fase anagen akan hilang, menyebabkan alopesia transient. Pasien yang mendapat kemoterapi sering mengalami kehilangan rambut karena obat – obat tersebut mempengaruhi aktivitas mitotic dari matriks rambut, menyebabkan bentukan batang rambut yang tipis dimana pecah dalam folikel.
Kebanyakan donor dari transplant rambut yang diambil dari bagian bawah kulit kepala terbukti viabilitas folikel rambutnya lebih baik daripada bagian yg lain.

Glandula Sebasea
            Glandula sebasea terbentu secara embrional sebagai pertumbuhan luar dari bagian atas folikel rambut. Terdiri atas lobus – lobus dari sel – sel yang berwarna pucat dengan lemak yang banyak pada sitoplasmanya. Pada bagian peripheral lobus tersebut terdapat beberapa lapisan dari sel – sel yg membentuk sel basal epidermis dan disebut sel – sel germinative. Sel germinative ini memberikan penonjolan pada sel – sel pucat yang berisi lemak dimana kemudian berlanjut melewati duktus sebasea yg pendek menuju ke infundibular dari folikel rambut.
            Glandula sebasea dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak pada muka dan kulit kepala, walaupun sebenarnya mereka terdistribusi di seluruh bagian kulit kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki. Mereka selalu bergabung dengan folikel - folikel rambut kecuali pada tempat – tempat berikut ini : Kelopak mata ( glandula meibom ), Mukosa bukal dan Perbatasan vermilion dari bibir ( Fordyce’s spot ), Prepusium ( Tyson’s gland ) serta areola pada wanita atau areola mamma ( Montgomery Tubercles ).
            Walaupun glandula sebasea adalah organ mini yang independent, mereka secara anatomi dan fungsional berhubungan dengan folikel rambut. Gangguan kutaneus yang berhubungan dengan glandula sebasea, seperti Acne Vulgaris sebenarnya merupakan gangguan dari seluruh unit pilosebasea. Manifestasi klinis dari akne yaitu komedo, papula, pustule, dan kista sebenarnya tidak akan terbentuk walaupun terjadi peningkatan aktivitas glandula sebasea, dengan syarat duktus sebasea dan infundibulum tetap baik ( paten ) serta lemak dan sel – sel debris ( sebum ) dapat mencapai permukaan kulit.
Dermis
Konstituen dari dermis pada dasarnya adalah mesodermal kecuali pada saraf, dimana ia berasal dari neural crest sama seperti melanosit. Sampai dengan umur 6 minggu, dermis pada fetal hanya merupakan sebuah kolam yang berisi asam-mukopolisakarida ( acid mucopolysacahride ), tersebar dimana – mana, berbentuk seperti sel – sel dendrite, dimana ia adalah precursor dari fibroblast. Pada minggu ke-12, fibroblast secara aktif mensintesis serat reticulum, serat elastis, dan kolagen. Lalu ia diperkuat oleh jaringan vascular dan pada minggu ke-24, sel – sel lemak sudah timbul di bawah dermis.
Komponen – komponen dasar dari dermis adalah kolagen, sebuah protein fibrosa yang bertindak sebagai sturktur protein mayor untuk seluruh tubuh. Kolagen juga ditemukan didalam tendon, ligamen dan tulang seperti halnya di dermis. Ia mewakili 70% dari berat kulit kering.
Fibroblas mensintesis molekul prokolagen, sebuah rantai heliks polipeptida spesifik yang kemudian disekresi oleh sel dan menyusun fibril-fibril kolagen. Kolagen kaya akan asam amino hidroksiprolin, hidroksilisin dan glisin. Setiap kolagen sama lebarnya dan setiap serat menampilkan karakteristik berupa garis-garis menyilang dengan perioditas 68 nm. Serat kolagen tersusun longgar di bagian atas dari dermis ( di bagian papila dermis ). Mereka tersusun rapat seperti fasia di bagian bawah atau retikulosit. Serat – serat kolagen secara terus menerus akan di degradasi oleh enzim proteolitik yang disebut kolagenesis, dan digantikan oleh serat yang baru disintesa.
Fibroblas juga mensintesa retikulin dan serat elastik juga substansi dasar dari dermis yang terdiri dari glikoaminoglikan atau asam mukopolisakarida. Serat – serat reticulin mirip seperti kolagen pada perioditasnya walaupun lebih kecil diameternya. Sejumlah besar serat reticulin ditemukan di bagian atas papila dermis dimana mereka bertindak sebagai serat pengikat ( penempel ) untuk lamina basal. Serat – serat elastik berbeda baik dalam struktur dan bahan kimiawinya dengan kolagen. Mereka terdiri atas agregasi dari dua komponen : filament protein dan elastin, sebuah protein berbentuk amorf. Keunikan dari serat – serat elastik terletak pada adanya asam amino desmosin dan isodesmosin. Serat – serat elastik di papila dermis adalah halus sementara yang berada di retikuler dermis adalah kasar. Matriks ekstraselular atau substansi dasar dari dermis terbentuk dari asam mukopolisakarida, terutama asam hyaluronik, kondroitin sulfat dan dermatan sulfat, mukopolisakarida netral serta elektrolit  - elektrolit.
Kolagen adalah bahan penahan tekanan paling utama pada kulit. Serat – serat elastik berperan sangat sedikit dalam menahan deformasi dan robeknya kulit, walaupun demikian sepertinya mempunyai peran dalam memelihara elastisitas kulit. Walaupun “ penyakit jaringan tissue “ adalah nama yang sering digunakan untuk menyebutkan tanda – tanda klinis dari kelompok penyakit autoimun yang heterogen, termasuk didalamnya lupus eritematosus, skleroderma dan dermatomyositis, hanya skleroderma yang melibatkan abnormalitas dari metabolisme kolagen. Seperti halnya skleroderma, keloid dan bentukan hipertropik skar juga menunjukkan abnormalitas dari sintesis dan degradasi kolagen.
Defek pada sintesis kolagen baru – baru ini telah ditemukandalam beberapa penyakit keturunan, termasuk sindroma Ehlers-Danlos, x-linked cutis laxa, dan osteogenesis imperfekta. Peningkatan degradasi kolagen oleh peningkatan aktivitas kolagenase sudah diketahui secara in vitro pada berbagai jenis penyakit, termasuk bulla epidermolisis distropika resesif.

Vaskularisasi
Vaskularisasi dermal pada dasarnya terdiri dari 3 pleksus penting yang saling berhubungan : pleksus subpapilar yang terdapat di bagian papila dari dermis sejajar dengan epidermis dan dilengkapi dengan suplai kapiler yang banyak, end arteriol dan venula ke papila dermal. Pleksus yang lebih dalam di sekitar folikel rambut dan kelenjar ekrin terdiri dari pembuluh darah yang lebih lebar dari pada pembuluh darah di pleksus superfisial. Vaskularisasi dari dermis berkembang dengan baik terutama  di daerah struktur adneksa.
Pleksus vaskular berhubunga dengan jaringan limfatik dermal.

Otot - otot
Otot halus terdapat di kulit sebagai arektor pilorum ( erektor rambut ), sebagai tunika dartos dari skrotum, dan di areola di sekeliling puting. Erektor pilorum menempel pada folikel rambut dibawah glandula sebasea, dan bila berkontraksi menarik folikel rambut kearah atas, menyebabkan bulu kuduk berdiri.
            Otot volunter terdapat pada kulit leher sebagai otot platysma dan di kulit wajah sebagai otot - otot ekspresi.
            Agregasi dari sel – sel otot halus yang spesial ditemukan diantara arteriol – arteriol dan venula disebut badan glomus. Ia membuat aliran darah dari arteri ke vena pada sistem vaskular, agar dapat menghindari kapiler – kapiler dimana pertukaran panas dan oksigen terjadi. Anastomosis arteriovenus ini berkembang dengan baik di jari – jari tangan.
Saraf – saraf
            Kulit kaya akan saraf – saraf. Sentuhan dan tekanan di mediasi oleh Korpuskular Meissner di papilla kulit, terutama sekali di telapak tangan dan telapak kaki, serta oleh Korpuskular Vater-Pacini yg terletak di bagian dalam dermis daerah penerima beban. Mukokutaneous End Organs ditemukan di papila dermis dari kulit tidak berambut pada pertemuan mukokutan yaitu gland penis, preputium, klitoris, labia minor, daerah perianal dan perbatasan vermilion bibir. Temperatur, rasa sakit dan rasa gatal di transmisikan oleh serat saraf tak bermielin dimana yang berakhir di papila dermis dan disekitar folikel – folikel rambut. Impuls – impuls berjalan ke sistem saraf pusat melalui jaras ganglia dorsal ( dorsal root ganglia ).
            Serat adrenergik postganglion dari sistem saraf otonom mengatur vasokonstriksi, sekresi kelenjar apokrin, dan kontraksi otot arektor pili dari folikel rambut. Serat – serat kolinergik mengatur sekresi keringat ekrin.

Sel – sel Mast
            Salah satu komponen dermis yang penting adalah sel mast. Dengan ukuran diameter 6 – 12 mikron, ia dapat dibedakan dengan yang lain dari muatannya yang mencapai 1000 granula, tiap – tiapnya berukuran diameter 0,6 – 0,7 mikron. Pada permukaan sel tersebut terdapat 100.000 sampai dengan 500.000 reseptor glikoprotein untuk immunoglobulin E ( IgE ).
            Granula – granula yang terwarnai metakromatik karena kandungan heparinnya yang tinggi. Mereka juga mengandung histamin, faktor kemotaksis neutrofil, faktor kemotaktik anafilaksis eosinofil dan beta-glukosaminidase. Substansi yang bereaksi lambat dari anafilaksis ( leukotrin C4 dan D4 ), leukotrin B4, factor activator platelet ( PAF ), dan prostaglandin D2 hanya terbentuk setelah lepasnya granula yang diperantarai Ig E.
            Sel Mast adalah partisipan yang aktif pada beberapa neoplasma atau gangguan proliferatif, seperti : Urtikaria pigmentosa, mastositosis kutan, dan mastositosis sistemik.

Subkutan
            Dibawah kulit terdapat subkutis atau panikulus, sebuah lobus yang berisi sel – sel lemak atau liposit dan dipisahkan oleh septa fibrosa yang dibentuk dari kolagen dan pembuluh – pembuluh darah besar. Kolagen dalam septa tersebut berhubungan dengan kolagen yang ada di dermis. Seperti halnya epidermis dan dermis yang mempunyai variasi ketebalan tergantung lokasi, begitu juga yang terjadi pada subkutis. Inflamasi dermatosis tertentu yang di kenal sebagai panniculitides, pada dasarnya mengenai subkutis menghasilkan nodul – nodul subkutan. Pola inflamasi tersebut, entah primernya menyerang septa atau lobus – lobus lemak itu sendiri menimbulkan kondisi-kondisi yang berbeda dimana secara klinik mungkin mirip satu dengan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar