BAB I
Pendahuluan
Trauma termis adalah kerusakan kulit (dapat disertai
kerusakan jaringan dibawahnya) yang disebabkan oleh perubahan suhu. Trauma
termis dapat berupa luka bakar (combustio), karena bahan kimia (cedera
kimia), karena aliran listrik (electric trauma), karena dingin (sengatan
dingin dan frostnip).
Luka bakar merupakan trauma yang cukup sering ditemui.
Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Karena morbiditas dan
mortalitas yang cukup tinggi sehingga memerlukan penanganan yang intensif dari awal sampai dengan fase lanjut.
Luka bakar adalah
luka yang terdapat adanya nekrosis koagulatif dari jaringan. Sehingga jika
dilihat definisi dari luka bakar maka
trauma dingin dapat juga dimasukkan menjadi bagian dalam luka bakar.
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung
pada dalam dan luasnya luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu faktor letak daeerah yang terbakar, usia, dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Luka bakar
pada daerah peiineum, ketiakk, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya,
antara lain karena mudah mengalami kontraktur.
Dengan memperhatikan prisip-prinsip dasar resusitasi
trauma pada umumnya dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat
menurunkan sekecil mungkin angka morbiditas dan mortalitas yang terjadi.
Prisip-prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan
nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik
dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati
penyulit-penyulit yang mungkin terjadi akibat trauma. Tetapi prinsip utama
penanganan trauma termal ini adalah menendalikan suhu tubuh dan menjauhkan atau mengeluarkan penderita
dari lingkungan penyebab trauma panas.
BAB II
Pembahasan
Anatomi dan fisiologi kulit
Kult adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m²
dengan berat kira-kira 15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial
dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi dalam keadaan iklim, umur, sex,
ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Anatomi kulit secara histopatalogik
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga
lapisan utama, yaitu :
1.
Lapisan
epidermis atau kutikel, terdiri atas : stratum korneum, stratum lucidum,
stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.
2.
Lapisan dermis (korium, kutis vera, true
skin) berisi :
a.
pars papilare : berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah
b.
pars retikulare : berisi serabut-serabut
penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. (kelenjar kulit)
3.
Lapisan subkutis terdiri atas :
jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak, ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan getah bening.
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis,
subkutis ditandai dengan adanya jaringan longgar dan adanya sel dan jaringan
lemak.
Definisi
Luka bakar suhu
pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan
dengan beberapa faktor, termasuk konduksi jaringan yang terkena, waktu
kontak dengan sumber tenaga panas dan pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas. Sedangkan
tulang merupakan jaringan yamg paling tahan.
Sel-sel dapat
menahan temperatur sampai 44º C tanpa kerusakan bermakna. Antara 44º dan 51º
C,kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan
temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Di atas
51º C, protein terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat.
Temperatur diatsa 70º C menyebabkan kerusakan seluler yang sangat singkat yang
dapat ditahan. Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan
tenaga panas dengan perubahan sirkulasi; tetapio pada rentang panas lebih
tinggi, hal ini tidak efektif.
Luka bakar
terbentuk dari beberapa zona, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada
titik kerusakan meksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis
yang ditandai dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang
masih dapat diselamatkan. Di sekeliling daerah stasis terletak daerah
hiperemia, tempat sel kurang rusak dan dapat sembuh sempurna. Dengan
pengeringan atau infeksi, sel pada daerah statis dapat hilang dan luka dengan
kedalaman tidak penuh diubah menjadi kedalaman penuh. Salah satu tujuan
perawatan luka bakar adalah menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.
Diagnosis luka bakar dapat ditegakkan berdasarkan :
- kedalaman
- luas
- penyebab
- lokasi
Menurut kedalamannya luka bakar dibagi
atas 3 derajat :

§
Luka bakar hanya mengenai
epidermis
§
Sifat luka bakar : eritema,
kerusakan jaringan dan edema minimum.
§
Ditandai dengan kemerahan dan
setelah 24 jam timbul gelembung yang kemudian kulit mengelupas.
§
Kulit sembuh tanpa cacat.

§
luka bakar mencapai kedalaman
dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut.
§
Ditandai dengan adanya vesikula /
bulla disertai pembengkakan disekitarnya.
§
Sembuh dalam waktu 5-7 hari.
§
Dalam fase penyembuhan akan tampak
daerah bintik-bintik biru dari sebasea
dan akar rambut. Dibagi menjadi 2 :
1.
Superficial :
v mengenai epidermis dan lapisan
atas dari korium.
v Akan sembuh dalam 2 minggu
v Sering disebabkan air panas, atu flash burn akibat ledakan.
v Gejala dan tanda : kemerahan/bertitik, blister, bengkak, nyeri sensitif
terhadap udara.
v Sembuh tanpa terbentuknya sikatriks.
2.
Dalam :
v sisa-sisa epitelial tinggal sedikit
v penyembuhan melalui jaringan granulasi tipis, dan akan ditutup oleh
epitel yang berasal dari dasar luka selain dari tepi luka.
v Kerusakan seluruh lapisan kulit, ujung saraf dan subkutan.
v Disebabkan api, kontak lama dengan cairan panas, kontak dengan benda
panas, listrik.
v Gejala dan tanda : pucat, keputihan, seperti perkamen, kulit terbuka
tampak lemak, permukaan kering, tidak nyeri sensorik hilang, edema.
v
Penyembuhan lebih lama 3-4 minggu.

§
Luka bakar mengenai seluruh
tebalnya kulit atau mengenai juga lapisan dibawah kulit seperti subkutan, otot
dan tulang.
§
Tampak epitel terkelupas, dan
daerah putih karena koagulasi protein dermis. Dermis yang terbakar kemudian
mengering dan menciut disebut eskar. Bila eskar melingkar akan menekan
arteri, vena dan saraf perifer sehingga pada awalnya akan muncul gejala
kesemutan.
Setelah minggu ke dua eskar mulai lepas karen alesi
berbatasan dengan jaringan sehat kemudian tampak jaringan granulasi dan
memerlukan penutupan dengan jaringan parut yang menebal dan menyempit, keadaan
seperti ini disebut dengan kontraktur.
Perbedaan
|
Derajat 2
|
Derajat 3
|
Penyebab
|
Suhu dan lama kontak sedang
|
Suhu dan lama kontak lama
|
Bila epitel lepas, warna
kulit
|
Merah
|
Putih pucat
|
Rasa sakit
|
+
|
-
|
Penyerapan warna
|
+
|
-
|
Penyembuhan
|
-
Superficial : 2-3 minggu
-
Dalam : 3-4 minggu
|
Melalui jaringan granulasi.
|
Pembagian
menurut luas luka bakar :
Dewasa ("rule of nine") Wallace :
Kepala dan leher : 9 %
Dada dan perut : 18 %
Punggung hingga bokong : 18 %
Anggota gerak
atas masing-masing : 9 %
Anggota gerak
bawah masing-masing : 18 %
Perineum dan
genitalia eksterna : 1 %
Anak (rumus 10-15-20 ) Lund
and Browder
Kepala dan leher : 15 %
Ektremitas atas kanan dan kiri : 2 x 10 %
Badan depan dan belakang : 2 x 20 %
Ektremitas bawah kanan dan kiri :
2 x 15 %
Bayi (rumus 10)
Kepala dan leher : 20 %
Ektremitas atas kanan dan kiri : 2 x 10 %
Badan depan dan belakang : 2 x 20 %
Ektremitas bawah kanan dan kiri :
2 x 10 %
Cara
perhitungan yang lain : seluas telapak tangan penderita = 1 %
Klasifikasi Luka Bakar :
- Berat atau kritis, bila :
v
Derajat 2 dengan luas lebih dari 25 %
v
Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atu
terdapat di muka, kaki, dan tangan.
v
Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau
jaringan lunak luas, atau fraktur
v
Luka bakar akibat listrik.
- Sedang, bila :
v
Derajat 2 dengan luas 15-25 %
v
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %,
kecuali muka, kaki, tangan, mata, dan telinga.
- Ringan, bila :
v
Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %
v
Derajat 3 kurang dari 2 %
Indikasi
rawat inap



Patofisiologi
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget
dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan
bulla dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bulla yang terbentuk
pada luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar
derajat 3. dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi
serebral. Kondisi-kondisi ini dapat dijumpai pada fase awal/akut/syok yang
biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.
Bila luas luka bakar kurang dari 20 % biasanya mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya
tetapi bila diatas 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan,
maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi
di muka, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap
panas yang terisap. Udem yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa
hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang timbul adalah sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun yang
lain. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin
tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung,
pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih
dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan
terjadi mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah. Ini
ditandai dengan meningkatnya diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit
mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah
infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh
pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal pembuluh ini membawa sistem
pertahanan tubuh atau anti biotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,
selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman
saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi
nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kuman banyak yang sudah
resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya infeksi biasanya disebabkan oleh kokus gram
positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi
kemudian dapat terjadi invasi kuman gram negatif. Pseudomonas aeruginosa
yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya,
terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas
dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi
enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi
membentuk nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng
yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai
dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang
mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat
II menjadi derajat III. Keadaan ini disebabkan oleh trombosis; kuman
menimbulkan vaskulitas pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar sehingga
jaringan tersebut mati.
Bila luka bakar dibiopsi eksudatnya dibiak, biasanya
ditemukan kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya.
Luka bakar demikian disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman gram
pisitif seperti stafilokokus atau basil gram negatif lainnya, dapat terjadi
penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi
di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang
menyebar di darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat
II dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai
dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel
basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Akibat luka bakar
derajat II yang dalam mungkin terjadi parut hipertrofik yang nyeri, gatal,
kaku, dan secara estetik sangat jelek.
Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan
mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian, maka fungsi sendi dapat
berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik.
Pada fase akut peristaltis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada
fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.
Stres atau beban faali yang terjadi pada penderita luka
bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum
dengan gejala yang sama denga gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai
tukak curling. Yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah penyulit
perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme,
sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang
karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari
kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh
pada fase ini terutama didapat dari bpembakaran protein dari otot skelet. Oleh
karena itu penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan
menurun. Dengan demikian korban luka bakar menderita penyakit berat yang
disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila
luka mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban
kejiwaan berat. Jadi prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka
bakar.
Terapi
Tindakan
yang pertama kali dilakukan seperti setiap penderita trauma, di tempat kejadian
adalah mematikan api misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang
terbakar,berguling-guling di tanah untuk mencegah meluasnya pakaian yang
terbakar, menceburkan diri ke air dingin,dll. Semua tindakan dilakukan dengan
prinsip untuk mempersingkat kontak korban
dengan sumber yang menyebabkan luka bakar.
Proses
koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus
setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu
dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbaka
selama 15 menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk mempertahankan suhu
jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
Pertolongan
pertama setelah sumber panas di padamkan, disingkirkan, atau dihilangkan,
terdiri dari merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiraminya dengan air
mengalir selama 15 menit.
Prisip
penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah
infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berploriferasi dan
menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada
penderita luka bakar berat,selaian penanganan umum seperti pada luka bakar
ringan,maka hal yang pertama kali harus diperhatikan adalah airway, breathing, circulation pasien jika perlu dilakukan resuitasi
segera.
Airway :
bila pasien menunjukan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara
lembab dan oksigen. Bila terjadi udem laring dipasang pipa endotrakeal atau
trakeostomi.
Breathing :
jika ad gejala gangguan breathing yang bisa disebabkan keracunan CO maka
diberikan oksigen murni.
Circulation
: bila ada tanda-tanda syok, segera di resusitasi.
Perawatan
lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk
perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan
tertutup. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan atau toksoid.
Analgesik diberikan jika penderita kesakitan.
Pemberian cairan intravena
Sebelum infus diberikan, luas dan
dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.
- Cara Evans :
a.
Luas luka bakar (%) x berat badan (Kg) à ml Nacl / 24 jam
b. Luas luka bakar (%) x berat badan (Kg) à ml plasma / 24 jam
c. 2000 cc Glukosa 5 % / 24 jam
Hari pertama : separuh dari jumlah a
+ b + c diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
Hari kedua : setengah dari jumlah cairan hari pertama
Hari ketiga : setengah jumlah cairan hari kedua
Penderita mula-mula dipuasakan karena
peristaltik usus terhambat pada keadaan presyok, dan mulai di berikan minum
segera setelah fungsi usus normal kembali. Jika diuresis pada hari ketiga
memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi
bahkan dihentikan.
Keterangan :
a dan b : pengganti cairan yang
hilang akibat edema.
Plasma diperlukan untuk :



- Cara Baxter
Luas
luka bakar (%) x brat badan (Kg) x 4 ml
Cara pemberian :




Pemberian dapat ditambah jika perlu umpamanya bila penderita dalam
keadaan syok, atau jika diuresis kurang.
Jumlah produksi urin normal
Penting
diketahui sebagai acuan untuk mengetahui apakah pengobatan cairan memadai atau
tidak.
Produksi urin normal



Hal-hal yang perlu dimonitoring pada penderita luka bakar :





Hal-hal yang perlu diberikan pada penderita luka bakar :


-
Vitamin
A,B, dan D
-
Vitamin C 500 mg
-
FE sulfat 500 mg





Jaingan
parut yang membentuk kontraktur merupakan jaringan granulasi. Semakin dalam luka bakar, dan semakin
lama tidak dilakukan grafting, semakin banyak jaringan granulasi, maka jaringan
parut semakin buruk, sehingga resiko kontraktur semakin besar. Karena itu
lakukan grafting secara dini.
Posisi perawatan untuk
mencegah kontraktur :
o Ekstensi leher dengan bantal atau collar
o Ekstensi pergelangan tangan
o Jika axilla terbakar abduksi lengan 90º
o Jika fossa kubiti terbakar ekstensikan siku
180º
o Bidai ekstensi pergelangan tangan
o Abduksi paha 15-20º
o Ekstensi sendi paha dan lutut
o Pergelangan kaki 90º
Perkembangan
kontraktur pada luka bakar harus dicegah pada tahap dini.
Pengobatan lokal dan perawatan luka bakar
:
Luka bakar derajat I dan II yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh
sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak
karena infeksi. Pada luka yang lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin
membuang jaringn kulit yang mati. Dan memberi obat topikal yang daya tembusnya
tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan
secara terbuka atau tertutup.
Keuntungan perawatan terbuka
:
o Mudah dan murah.
o Luka tetap dingin dan kering sehingga
kuman sulit berkembang.
o Inspeksi dan pemeriksaan selalu dapat
dilakukan.
o Sesuai dengan bagian tubuh yang sukar
dibalut (wajah,perineum,bokong).
Kerugian perawatan terbuka :
o Bila digunakan obat tertentu misalnya
nitras argenti alas tidur menjadi kotor.
o Tidak enak untuk dipandang, karena
luka tampak kotor.
Perawatan tertutup : dilakukan dengan
memberikan balutan yang dimaksudkan agar luka tidak terkontaminasi, tetapi
ditutup dengan cukup longgar sehingga masih bisa berlangsung penguapan.
Keuntungan perawatan tertutup
:
o Luka tampak rapi.
o Terlindung dan enak bagi penderita.
Kerugian perawatan tertutup :
o Diperlukan tenaga dan dana lebih
banyak
o Suasana yang lembab dan hangat
memungkinkan kuman untuk berkembang biak.
Obat topikal yang dipakai dapat
berbentuk larutan,salep atau krim.
o Antibiotik dapat diberikan dalam
bentuk sediaan kassa (tulle).
o Antiseptik
§
Betadine
atau nitras argenti 0,5 %
§
Zilvesulfadiazin
dalam bentuk krim 1 %
Þ
Bakteriostatik
Þ
Daya
tembus cukup
Þ
Efektif
untuk semua kuman
Þ
Tidak
menimbulkan resistensi
Þ
Aman
Pada luka bakar
derajat II sebaiknya keropeng dibiarkan menjadi kering. Keropeng ini akan terlepas sendiri seperti
kulit ular setelah 7-12 hari. Pada waktuitu kulit dibawahnya sudah sembuh.
Pada luka bakar derajat III sebaiknya
keropeng dibiarkan menjadi kering selama 10-18 hari. Kemudian keropeng dapat
dilepaskan dan dilakukan cangkok kulit.
Tindakan bedah
Pengangkatan keropeng atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat
III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan keropeng, dan
pembengkakan yang terus berlanjut dapat membahayakan sirkulasi (menekan
organ-organ yang ada didaerah sekitarnya) yang dapat menyebabkan bagian
distalnya mati.
Tanda-tanda dini dari penjepitan ini berupa : nyeri kemudian kehilangan
daya rasa menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat
ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai
penjepitan bebas.
Deberidement diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan eksisi tangensial. Keadaan ini dilakukan setelh keadaan penderita
stabil.
Penutupan luka bakar dengan bahan biologis (kulit mayat, kulit kulit
binatang atu amnion manusia) dianjurkan jika transflantasi denang kulit
penderita mengalami kesulitan. Bahan tersebut berfungsi sebagai pencegah
infeksi, penghalang penguapan berlebihan, dan mengurangi nyeri.
Penyulit yang ditakuti pada
penderita luka bakar :
v
Infeksi
dan sepsis
v
Oligouria
dan anuria
v
Udema
paru
v
Anemia
(terjadi karena destruksi eritrosit yang terbakar, depresi sumsum tulang karena
sepsis, perdarahan pada luka saat penggantian pembalut).
v
Kontraktur
Permasalahan pasca luka
bakar yang terjadi adalah akibat dari jaringan parut yang dapat berkembang
menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabakan
kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali terutama bila
parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi
yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.
Pada
cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan
rasa percaya diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi
terutama jika cacat menaenai wajah atau tangan.
Bila
luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis,
pnemonia, atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma.
Tahap-tahap yang dilakukan pada luka bakar
1. Tindakan segera pada luka bakar
Airway
Bila ditemukan tanda-tanda
dibawah ini harus dicurigai adanya trauma inhalasi. Keadaan tersebut memerlukan
pertolongan segera dan penanganan definitif, termasuk dalam hal airway. Bila
terdapat trauma inhalasi harus dilakukan rujukan ke pusat rumah sakit luka
bakar. Terdengarnya stridor adalah indikasi untuk intubasi endotrakeal.
Tanda klinis trauma inhalasi :
v Luka bakar wajah
v Hangusnya alis mata dan bulu
hidung
v Adanya timbunan karbon dan
adanya tanda-tanda inflamasi akut didalam orofaring.
v Sputum yang mengandung arang
atau carbon
v Adanya riwayat terkurung dalam
kepungan api
v Ledakan yang menyebabkan trauma
luka bakar pada kepala dan badan
v Kadar karboksi hemoglobin >
10 % setelah berada dalam lingkungan api.
Menghentikan proses
luka bakar
Semua pakaian yang
dipakai harus segera dilepaskan
Pemberian cairan infus
Cari vena yang dapat digunakan untuk infus menggunakan
jarum F16.
2.
Penilaian penderita luka bakar
Anamnesis
v
riwayat luka bakar, cedera ikutan
v
riwayat penyakit yang sedang diderita
v
riwayat
alergi
v
riwayat
imunisasi tetanus
Luas luka bakar
Kedalaman luka bakar
3. Stabilisasi penderita luka bakar
- Airway
- Breathing
v Trauma bakar lansung menyebabkan udem
/ obstruksi dari saluran nafas atas.
v Inhalasi dari hasil-hasil pembakaran
yang tidak sempurna dan asap beracun.
v Keracunan
monoksida.
C.
Volume sirkulasi
Pengukuran produksi urine / jam
D. Pemeriksaan
fisik
v Tentukan luas dan dalamnya luka bakar
v Periksa apakah ada cedera ikutan selain luka
bakar
v Tentukan berat badan penderita
E.
Catatan urutan penanganan ( Flow sheet )
F.
Pemeriksaan lain yang diperlukan
v Darah
-
Darah lengkap
-
Golongan darah beserta pemeriksaan lainya (
cross-match )
-
Kadar HB CO
-
Gula darah
-
Elektrolit
-
Tes kehamilan pada wanita usia subur
-
Analisis gas darah / Astrup
v Pemeriksaan radiologi : foto Thoraks
G.
Luka bakar melingkar pada ( circumferential ) pada
ektremitas :
Upaya
menjamin sirkulasi perifer
1.
Lepaskan seluruh perhiasan yang dipakai
2.
Nilai keadaan sirkulasi distal à
sianosis,gangguan pengisian kapiler, gangguan neurologis yang progresiv (
misalnya parestesia,nyeri bagian dalam )
3.
Gangguan sirkulasi pada luka bakar ekstremitas dapat
dihilangkan dengan eskhartomi (konsultasi dengan ahli bedah)
4.
Fasotomià diperlukan jika luka bakar disertai fraktur, trauma tekan (crush
injury),trauma listrik atau trauma bakar yang melukai jaringan bawah fasia.
H. Pemasangan pipa
lambung
Bila
penderita muntah-muntah, kembung, luka bakar melebihi 20 %.
I.
Obat-obatan
narkotika, analgetik, dan sedativa.
Gelisah karena hipoksemia dan hipovolemia serta
nyeri.
J.
Perawatan luka
Luka
derajat II sangat nyeri, terutama bila terhembus angin.
-
penutupan luka dengan kain bersih
-
jangan pecahkan bulla atau vesikel
-
jangan berikan zat-zat antibiotik topikal
-
jangan kompres air dingin karena dapat menyebabkan
hipotermia
K. Antibiotika
Diberikan
hanya bila terjadi infeksi.