PERJALANAN NERVUS II ( OPTIKUS)
Retina merupakan reseptor dari impuls
penglihatan. Retina mewakili perluasan ke depan dari otak dan secara penting
terdiri dari tiga lapisan neuron.
Neuron pertama
disebut batang dan kerucut. Jika cahaya memasuki mata, reaksi fookimiawi
pada unsur–unsur ini menghasilkan impuls yang dikirim ke korteks penglihatan
(area Broadman17). Dianggap batang bereaksi terhadap terang dan melayani
penglihatan pada waktu gelap dan kerucut sensitif terhadap warna dan melayani
penglihatan pada saat terang.
Pada fovea
sentralis dari makula, sel batang dan kerucut bercampur, batang jumlahnya
sepuluh kali lebih banyak daripada kerucut. Pada daerah fovea yang mengalami
ketajaman penglihatan tertinggi, hanya ada sel–sel kerucut, dan setiap kerucut
berhubungan dengan hanya satu sel bipolar yang mewakili neuron kedua.
Sel–sel bipolar mengirim impuls ke neuron ketiga, yaitu sel ganglion
dari lapisan ganglion dalam retina. Sekitar satu juta akson dari sel-sel
ganglion ini berjalan pada lapisan serat retina ke papilla atau kaput saraf
optikus, melewati lamina kribrosa dari sklera mata dan akhirnya mencapai korpus
genikulatum lateral dari thalamus.
Traktus serat
yang berjalan naik dari mata ke kiasma
disebut saraf optikus (fasikuli optisi). Setelah saraf tiba pada
kiasma, separuh dari seratnya yang berasal dari separuh sisi nasal retina
menyebrang melalui kiasma ke sisi yang berlawanan. Separuh lainnya
yang berasal dari separuh sisi temporal retina terus berjalan ipsilateral.
Dibelakang kiasma semua bergabung dengan serat yang menyebrang dari mata
kontralateral dan membentuk traktus optikus. Setiap traktus berakhir pada korpus genikulata
lateralnya.
Serat makula
untuk penglihatan sentral, memasuki kaput saraf temporalis. Serat segera
mencapai posisi sentral dalam bagian orbital dari saraf. Atrofi berkas serat
makula, menyebabkan kepucatan yang khas dari bagian temporal kaput saraf yang
mungkin berhubungan dengan kerusakan penglihatan sentral, penglihatan perifer
tetap utuh. Jika serat perifer dari saraf optikus mengalami kerusakan (cedera
saraf periaksial), ketajaman penglihatan tetap utuh, tetapi penglihatan perifer
menyempit. Kerusakan seluruh saraf yang membawa ke atrofi, diikuti oleh
kepucatan seluruh papilla. Dikatakan atrofi optik primer jika saraf mengalami
kerusakan secara langsung, misalnya akibat tekanan saraf oleh tumor. Atrofi
seperti itu dan skotoma sentralis pada sisi tumor dan papilaedema pada sisi
yang lain, dikenal sebagai sindroma foster kennedy. Atrofi optik
sekunder terjadi mengikuti papilaedema.
Jika tidak ada
penyakit intraokular kerusakan penglihatan pada satu mata selalu menandakan
lesi pada bagian orbita, foramen, atau kranial dari saraf optikus.
Jika pusat kiasma
mengalami kerusakan, sehingga serat yang menyebrang menjadi terganggu (oleh tumor hipofise, kraniofaringioma,
meningioma tuberkulum sela) hasilnya adalah hemianopia bitemporal.
Biasanya serat yang datang dari separuh bawah retina dan mengisi bagian ventral
kiasma adalah yang pertama-tama rusak; yang menjelaskan mengapa hemianopia
dimulai pada kuadran atas atau bitemporal dari lapangan pandang. Hal tersebut
pertama-tama melibatkan penglihatan warna. Pada kasus yang jarang, hemianopia
heteronimus mungkin binasal. Penemuan seperti itu menunjukan bahwa bagian
lateral dari saraf optikus intrakranial, kiasma atau traktus postkiasmatik
mengalami kerusakan (oleh arteri abnormal, tumor, meningitis basalis).
Berlawanan dengan
heteronimitas dari lesi kiasma, lesi yang mencederai traktus optikus
menghasilkan hemianopia homonimus. Sebagai contoh
lesi pada traktus optikus kanan mengganggu impuls yang berasal dari separuh
kanan kedua retina. Akibatnya kerusakan penglihatan melibatkan kedua separuh
kiri dari lapangan pandang.
Sesaat sebelum
traktus optikus mencapai genikulatum lateral, sejumlah kecil serat yaitu berkas
pupilosensorik medialis, berlanjut ke kolikuli superior dan nucleus pada
pretektal. Berkas ini adalah serat aferen untuk beberapa refleks optik,
terutama yang penting refleks pupil terhadap cahaya. Jika gangguan terhadap trektus
optikus melibatkan serat-serat ini, cahaya yang jatuh pada separuh homonim
retina yang terlibat, tidak menghasilkan reaksi pupil.
Massa serat
traktus optikus memasuki korpus genikulatum lateral melalui penggabungan
dengan lapisan tipis substansia alba yang memisahkan neuron menjadi enam,
sebagian adalah lapisan yang saling berhubungan. Lapisan pertama berjalan
sejajar dengan basis dari korpus. Lapisan 2,3 dan 5 menerima serat yang tidak
menyeberang dari mata ipsilateral, dan lapisan 1,4 dan 6 menerima serat yang
menyebrang dari mata kontralateral. Akson dari neuron-neuron membentuk radiasio
optika (radiasio Gratiolet).
Radiasio
berproyeksi ke dalam korteks penglihatan atau korteks kalkarina, yang
meluas dengan bibir atas dan bibir bawah sepanjang fisura kalkarina (area
Brodman 17). Korteks dari area ini ditandai dengan jelas oleh strip Gennari,
lapisan serat horizontal bermielin yang lebih tebal dari biasanya, terbagi
menjadi empat lapisan dari sel saraf kecil. Serat-serat radiasio optikum sangat
berdekatan hanya pada waktu muncul dari korpus genikulatum lateral. Setelah
melewati yang disebut ismus lobus temporalis, serat-serat menyebar dalam
substansia alba lobus temporalis dekat dinding lateral kornu posterior dan
inferior dari ventrikel lateral.
Urutan
retinotopik dari sel-sel dalam korpus genikulatum lateral juga dipertahankan
pada akson-aksonnya dan pada titik akhir akson pada korteks kalkarina.
Serat-serat tersebut mewakili separuh homonim dari akson kedua mata yang
membentuk inti sentral dari radiasio. Serat ini melanjutkan perjalanan yang
sangat lurus ke separuh kaudal dari korteks penglihatan pada sisi medial lobus
oksipitalis dan pada bagian cembung dari kutubnya. Kuadran dorsalis dari macula
dan separuh retina perifer, berproyeksi ke dalam bibir atas (dorsal), dan
kuadran ventralnya kedalam bibir bawah (ventral) dari korteks penglihatan.
Beberapa
serat ventral dari radiasio, pertama-tama berjalan ke rostral ke arah kutub
temporal. Kemudian setiap serat membentuk Loop Meyer yang paling rostral
dapat mencapai tingkat ujung kornu ventrikularis inferior. Serat yang melingkar
mewakili kuadran bawah dari bagian perifer separuh homonim dari retina.
Gangguan
pada serat radiasio optika juga menyebabkan cacat hemianopik homonim
kontralateral dari lesi. Hemianopik dapat lengkap, tetapi seringkali tidak
lengkap karena serat-serat tersebar luas. Hemianopia homonim yang terbatas pada
dua kuadran atas dan berakhir secara tajam pada garis tengah vertical (cacay ‘pie-in-the-sky’)
selalu menunjukan lesi lobus temporalis yang melibatkan Loop Meyer.
Area
Brodman 17, resepien primer dari impuls penglihatan, dikelilingi oleh area 18
dan 19, yang meluas dari sisi medial lobus oksipitalis diatas kecembungannya.
Kedua area kortikal ini mewakili lapangan penglihatan sekunder dan tersier atau
area asosiasi untuk jejak penglihatan (lapangan memori optikal).
Stimulasi elektris pada area 18 dan 19 menghasilkan aura optikal dalam bentuk
kilatan cahaya, warna dan bentuk-bentuk serta garis-garis sederhana. Impresi
penglihatan tiba pada area 17 mungkin karena pengalaman dan interpretasi
sebelumnya.
Hancurnya
area 18 dan 19 mengurangi kemampuan untuk mengenal obyek melalui bentuk, ukuran
dan kerangka dari benda itu, serta kesadaran akan adanya benda itu (agnosia
optikal, aleksi). Gangguan tersebut terutama terbukti jika serat komisural
dari splenium korpus kalosum yang menghubungkan kedua area penglihatan
mengalami gangguan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Duus Peter. “Diagnosis Topik Neurologi”; Sistem Optik
(II). Hal. 85 – 90
2.
Mardjono
Mahar, Sidharta Priguna. “Neurologi Klinis Dasar”; Nervus Optikus. Hal. 116 –
26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar