Kamis, 10 Oktober 2013

PERJALANAN NERVUS II



PERJALANAN NERVUS II ( OPTIKUS)

Retina merupakan reseptor dari impuls penglihatan. Retina mewakili perluasan ke depan dari otak dan secara penting terdiri dari tiga lapisan neuron.
Neuron pertama disebut batang dan kerucut. Jika cahaya memasuki mata, reaksi fookimiawi pada unsur–unsur ini menghasilkan impuls yang dikirim ke korteks penglihatan (area Broadman17). Dianggap batang bereaksi terhadap terang dan melayani penglihatan pada waktu gelap dan kerucut sensitif terhadap warna dan melayani penglihatan pada saat terang.
Pada fovea sentralis dari makula, sel batang dan kerucut bercampur, batang jumlahnya sepuluh kali lebih banyak daripada kerucut. Pada daerah fovea yang mengalami ketajaman penglihatan tertinggi, hanya ada sel–sel kerucut, dan setiap kerucut berhubungan dengan hanya satu sel bipolar yang mewakili neuron kedua. Sel–sel bipolar mengirim impuls ke neuron ketiga, yaitu sel ganglion dari lapisan ganglion dalam retina. Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan pada lapisan serat retina ke papilla atau kaput saraf optikus, melewati lamina kribrosa dari sklera mata dan akhirnya mencapai korpus genikulatum lateral dari thalamus.
Traktus serat yang berjalan naik dari mata ke kiasma  disebut saraf optikus (fasikuli optisi). Setelah saraf tiba pada kiasma, separuh dari seratnya yang berasal dari separuh sisi nasal retina menyebrang melalui kiasma ke sisi yang berlawanan. Separuh lainnya yang berasal dari separuh sisi temporal retina terus berjalan ipsilateral. Dibelakang kiasma semua bergabung dengan serat yang menyebrang dari mata kontralateral dan membentuk traktus optikus. Setiap traktus berakhir pada korpus genikulata lateralnya.
Serat makula untuk penglihatan sentral, memasuki kaput saraf temporalis. Serat segera mencapai posisi sentral dalam bagian orbital dari saraf. Atrofi berkas serat makula, menyebabkan kepucatan yang khas dari bagian temporal kaput saraf yang mungkin berhubungan dengan kerusakan penglihatan sentral, penglihatan perifer tetap utuh. Jika serat perifer dari saraf optikus mengalami kerusakan (cedera saraf periaksial), ketajaman penglihatan tetap utuh, tetapi penglihatan perifer menyempit. Kerusakan seluruh saraf yang membawa ke atrofi, diikuti oleh kepucatan seluruh papilla. Dikatakan atrofi optik primer jika saraf mengalami kerusakan secara langsung, misalnya akibat tekanan saraf oleh tumor. Atrofi seperti itu dan skotoma sentralis pada sisi tumor dan papilaedema pada sisi yang lain, dikenal sebagai sindroma foster kennedy. Atrofi optik sekunder terjadi mengikuti papilaedema.
Jika tidak ada penyakit intraokular kerusakan penglihatan pada satu mata selalu menandakan lesi pada bagian orbita, foramen, atau kranial dari saraf optikus.
Jika pusat kiasma mengalami kerusakan, sehingga serat yang menyebrang menjadi terganggu  (oleh tumor hipofise, kraniofaringioma, meningioma tuberkulum sela) hasilnya adalah hemianopia bitemporal. Biasanya serat yang datang dari separuh bawah retina dan mengisi bagian ventral kiasma adalah yang pertama-tama rusak; yang menjelaskan mengapa hemianopia dimulai pada kuadran atas atau bitemporal dari lapangan pandang. Hal tersebut pertama-tama melibatkan penglihatan warna. Pada kasus yang jarang, hemianopia heteronimus mungkin binasal. Penemuan seperti itu menunjukan bahwa bagian lateral dari saraf optikus intrakranial, kiasma atau traktus postkiasmatik mengalami kerusakan (oleh arteri abnormal, tumor, meningitis basalis).


Berlawanan dengan heteronimitas dari lesi kiasma, lesi yang mencederai traktus optikus menghasilkan hemianopia homonimus. Sebagai contoh lesi pada traktus optikus kanan mengganggu impuls yang berasal dari separuh kanan kedua retina. Akibatnya kerusakan penglihatan melibatkan kedua separuh kiri dari lapangan pandang.
Sesaat sebelum traktus optikus mencapai genikulatum lateral, sejumlah kecil serat yaitu berkas pupilosensorik medialis, berlanjut ke kolikuli superior dan nucleus pada pretektal. Berkas ini adalah serat aferen untuk beberapa refleks optik, terutama yang penting refleks pupil terhadap cahaya. Jika gangguan terhadap trektus optikus melibatkan serat-serat ini, cahaya yang jatuh pada separuh homonim retina yang terlibat, tidak menghasilkan reaksi pupil.
Massa serat traktus optikus memasuki korpus genikulatum lateral melalui penggabungan dengan lapisan tipis substansia alba yang memisahkan neuron menjadi enam, sebagian adalah lapisan yang saling berhubungan. Lapisan pertama berjalan sejajar dengan basis dari korpus. Lapisan 2,3 dan 5 menerima serat yang tidak menyeberang dari mata ipsilateral, dan lapisan 1,4 dan 6 menerima serat yang menyebrang dari mata kontralateral. Akson dari neuron-neuron membentuk radiasio optika (radiasio Gratiolet).
Radiasio berproyeksi ke dalam korteks penglihatan atau korteks kalkarina, yang meluas dengan bibir atas dan bibir bawah sepanjang fisura kalkarina (area Brodman 17). Korteks dari area ini ditandai dengan jelas oleh strip Gennari, lapisan serat horizontal bermielin yang lebih tebal dari biasanya, terbagi menjadi empat lapisan dari sel saraf kecil. Serat-serat radiasio optikum sangat berdekatan hanya pada waktu muncul dari korpus genikulatum lateral. Setelah melewati yang disebut ismus lobus temporalis, serat-serat menyebar dalam substansia alba lobus temporalis dekat dinding lateral kornu posterior dan inferior dari ventrikel lateral.
Urutan retinotopik dari sel-sel dalam korpus genikulatum lateral juga dipertahankan pada akson-aksonnya dan pada titik akhir akson pada korteks kalkarina. Serat-serat tersebut mewakili separuh homonim dari akson kedua mata yang membentuk inti sentral dari radiasio. Serat ini melanjutkan perjalanan yang sangat lurus ke separuh kaudal dari korteks penglihatan pada sisi medial lobus oksipitalis dan pada bagian cembung dari kutubnya. Kuadran dorsalis dari macula dan separuh retina perifer, berproyeksi ke dalam bibir atas (dorsal), dan kuadran ventralnya kedalam bibir bawah (ventral) dari korteks penglihatan.
Beberapa serat ventral dari radiasio, pertama-tama berjalan ke rostral ke arah kutub temporal. Kemudian setiap serat membentuk Loop Meyer yang paling rostral dapat mencapai tingkat ujung kornu ventrikularis inferior. Serat yang melingkar mewakili kuadran bawah dari bagian perifer separuh homonim dari retina.
Gangguan pada serat radiasio optika juga menyebabkan cacat hemianopik homonim kontralateral dari lesi. Hemianopik dapat lengkap, tetapi seringkali tidak lengkap karena serat-serat tersebar luas. Hemianopia homonim yang terbatas pada dua kuadran atas dan berakhir secara tajam pada garis tengah vertical (cacay ‘pie-in-the-sky’) selalu menunjukan lesi lobus temporalis yang melibatkan Loop Meyer.
Area Brodman 17, resepien primer dari impuls penglihatan, dikelilingi oleh area 18 dan 19, yang meluas dari sisi medial lobus oksipitalis diatas kecembungannya. Kedua area kortikal ini mewakili lapangan penglihatan sekunder dan tersier atau area asosiasi untuk jejak penglihatan (lapangan memori optikal). Stimulasi elektris pada area 18 dan 19 menghasilkan aura optikal dalam bentuk kilatan cahaya, warna dan bentuk-bentuk serta garis-garis sederhana. Impresi penglihatan tiba pada area 17 mungkin karena pengalaman dan interpretasi sebelumnya.

Hancurnya area 18 dan 19 mengurangi kemampuan untuk mengenal obyek melalui bentuk, ukuran dan kerangka dari benda itu, serta kesadaran akan adanya benda itu (agnosia optikal, aleksi). Gangguan tersebut terutama terbukti jika serat komisural dari splenium korpus kalosum yang menghubungkan kedua area penglihatan mengalami gangguan.























DAFTAR PUSTAKA

1.    Duus Peter. “Diagnosis Topik Neurologi”; Sistem Optik (II). Hal. 85 – 90
2.    Mardjono Mahar, Sidharta Priguna. “Neurologi Klinis Dasar”; Nervus Optikus. Hal. 116 – 26  























Tidak ada komentar:

Posting Komentar