REPARASI
CEDERA SARAF PERIFER
Introduksi
a. Definisi
Reparasi cedera saraf perifer adalah
suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki cedera saraf
perifer.
b. Ruang lingkup
Cedera saraf perifer baik terbuka
maupun tertutup sering dihadapi seorang ahli bedah. Prinsip-prinsip umum dalam
menangani cedera saraf perifer didasarkan oleh pemahaman yang baik tentang
dasar-daasr biologis sistem saraf dan responnya terhadap trauma.
Klasifikasi tradisional cedera saraf
perifer adalah klasifiaksi Seddon. Seddon mendeskripsikan adanya tiga
macam cedera yaitu: neuropraksia, axonotmesis dan neuotmesis.
Neuropraxia
Adalah tidak berfungsinya sistem
saraf yang bersifat sementara tanpa terjadinya disrupsi fisik axon. Biasanya
fungsi saraf akan kembali normal setelah 2-4 minggu.
Axonotmesis
Adalah terjadinya disrupsi axon dan
myelin. Jaringan ikat lunak sekitarnya termasuk endo- neurium intak. Terjadi
degenerasi axon distal dan proksimal lokasi terjadinya trauma. Degenerasi
distal dikenal sebagai degenerasi Wallerian. Axon akan memngalami
regenerasi dengan kecepatan 1mm/hari. Secara bermakna fungsi akan
kembali normal setelah 18 bulan.
Neurotmesis
Adalah terjadinya disrupsi axon dan
endoneurial. Komponen kolagen perifer seperti epineurium dapat intak atau terjadi
disrupsi. Degenerasi axonal terjadi pada distal dan proksimal segmen.
c. Indikasi
Operasi
- Lesi saraf komplit yang disebabkan laserasi atau luka tembus
- Lesi saraf lain yang cukup bermakna tanpa perbaikan klinis maupun elektrofisiologis setelah 3-6 bulan observasi klinis
d. Diagnosis Banding
- Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculo- neuropathy
- Cervical Spondylosis: Diagnosis and Management
- Diabetic Neuropathy
- Femoral Mononeuropathy
- Guillain-Barre Syndrome in Childhood
- HIV-1 Associated Acute/Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy
- HIV-1 Associated Distal Painful Sensorimotor Polyneuropathy
- HIV-1 Associated Multiple Mononeuropathies
- HIV-1 Associated Neuromuscular Complications
- Leptomeningeal Carcinomatosis
- Metastatic Disease to the Spine and Related Structures
- Peroneal Mononeuropathy
- Polyarteritis Nodosa
- Radial Mononeuropathy
- Spinal Cord Hemorrhage
- Spinal Cord Infarction
- Syringomyelia
- Vasculitic Neuropathy
e. Pemeriksaan
Penunjang
EMG (Elektromyografi)
Teknik Operasi
- Teknik operasi yang dapat diterapkan pada reparasi saraf perifer mencakup internal dan eksternal neurolisis.
- Neurolisis eksternal dikerjakan dengan membebaskan saraf dari jaringan sekitarnya secara sirkumferensial.
- Neurolisis internal diindikasikan untuk lesi saraf parsial yang memerlukan reparasi terpisah antara fasikulus saraf yang berfungsi dengan fasikulus saraf yang tidak berfungsi.
- Prosedur ini sangat berpotensi untuk melukai axon yang mengalami regenerasi dan harus dikerjakan dengan tuntunan elektrofisiologis. Secara umum neurolisis internal mencakup diseksi segmen yang non fungional.
- Kemudian fasikulus yang sudah didiseksi dilakukan reparasi end to end dengan atau tanpa graft saraf.
- Reparasi end to end lebih disukai apabila gap yang terjadi kecil dan kedua ujung dapat didekatkan tanpa tegangan/tension yang bermakna. Tension akan menghambat proses penyembuhan. Jika jarak cukup jauh maka dapat dilakukan graft interposisi.
- Umumnya donor saraf diambil dari saraf sensoris superfisial autologus misalnya nervus suralis.
- Jahitan monofilamen (7.0-10.0) pada epineurium digunakan untuk mendekatkan fasikulus. Ujung saraf harus direseksi sampai ke fasikulus yang sehat untuk mendapatkan orientasi yang baik dan mengoptimalkan perbaikan fungsi. Meskipun begitu kontinyuitas fasikulus secara anatomi tidak menjamin terjadinya regenerasi axon.
- Dua penyebab kegagalan adalah preparasi yang tidak baik stump sarat dan adanya tension. Kedua hal itu akan menyebab terjadinya scar interneural yang akan mengganggu regenerasi sarabut saraf.
f. Komplikasi
operasi
Kegagalan anastomosis
g. Perawatan
Pascabedah
Setelah terjadinya cedera saraf
perifer, sangatlah penting bahwa pasien harus menjalani fisioterapi untuk
mempertahankan ROM dan mencegah imobilisasi untuk mengoptimalkan penyembuhan
fungsi motorik bersamaan dengan terjadinya reinervasi otot.
h. Follow-up
Pemantauan EMG sangat membantu untuk mendeteksi
tanda-tanda dini reinervasi otot beberapa bulan sebelum kontraksi secara klinis
didapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar