Jumat, 28 Februari 2014

SALPHINGO OOPHORECTOMI BILATERAL PADA KANKER PAYUDARA



SALPHINGO OOPHORECTOMI BILATERAL PADA KANKER PAYUDARA
Introduksi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan cara mengangkat ovarium kanan dan kiri sebagai bagian dari terapi hormonal kanker payudara
b. Ruang lingkup
Kelenjar ovarium kanan dan kiri
c. Indikasi operasi
Wanita premenopause dengan kanker payudara stadium lanjut lokal atau lanjut jauh yang pada pemeriksaan imunohistokimia menunjukkan hasil reseptor hormonal yang positif (ER dan atau PR).
Wanita premenopause dengan kanker payudara stadium lanjut lokal atau lanjut jauh yang tidak memungkinkan diperiksa reseptor hormonalnya  karena fasilitas pemeriksaan yang tidak tersedia.
Wanita premenopause dengan kanker payudara yang mengalami kekambuhan lokal atau sistemik dengan reseptor hormonal (ER dan atau PR) yang positif.
d. Kontra indikasi operasi
  • Wanita post menopause
  • Penderita dengan komorbiditas yang berat
  • Tidak ada data mengenai reseptor hormonal (?)
Modalitas terapi hormonal pada penderita kanker payudara:
  • Surgery                   : salphingo oophorectomi bilateral
  • Non surgery          : radio kastrasi
  • Medical ablation : injeksi zoladex, tapros
e. Diagnosa banding
Kanker payudara
f.  Pemeriksaan penunjang
  • Pemeriksaan imunohistokimia (ER,PR) dari kanker payudara
  • USG abdomen: melihat adanya kelainan dalam ovarium
Teknik operasi
  1. Penderita dalam narkose umum atau regional, dipasang kateter dauer dan pinggul diganjal bantal.
  2. Desinfeksi lapangan operasi dengan larutan antiseptik secukupnya, selanjutnya lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.
  3. Insisi pfanenstil diperdalam lapis demi lapis sampai membuka peritoneum sambil merawat perdarahan.
  4. Melakukan staging surgikal dengan meraba permukaan liver.
  5. Pasang spreder, usus didorong ke kranial dengan gauze
  6. Adneksa ditarik ke depan dengan memakai klem dan ditarik ke atas.
  7. Uterus ditarik kedepan dengan memakai klem ellis
  8. Jepit klem pada ligamen infundibulo pelvik yang mencakup pembuluh darah ovarium. Kemudian dibuat insisi seperti gambar 6
  9. Pembuluh darah dipisahkan dan diikat dengan benang absorbable no.0
  10. Ligamen di ligasi dengan jahitan matras secara hati-hati agar tidak mengenai vena pada ligamen
  11. Perdarahan pada cornu dapat dihindari dengan membuat jahitan matras yang dalam pada kornu sebelum dieksisi
  12. Luka bekas eksisi adneksa ditutup dengan peritoneum
  13. Evaluasi perdarahan
  14. Tutup kulit lapis demi lapis.
g. Komplikasi operasi
1. dini
- perdarahan dari pembuluh darah ovarium
- ileus paralitik
2. lambat :
- adesi
h.  Mortalitas
Tidak ada, sangat rendah
  1. Perawatan Pasca Bedah
  2. Sadar baik boleh minum sedikit-sedikit kemudian diet bebas
  3. Kateter segera dilepas setelah penderita mobilisasi
  4. Evaluasi ILO hari 3, 5, 7
  5. Luka operasi diangkat pada hari 10 s/d 14
j. Follow up
1. Terhadap tindakan operasinya
2.  Terhadap respon tumornya setelah dilakukan terapi hormonal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar